Di hari pernikahannya, Farhan Bashir Akhtar dipermalukan oleh calon istrinya yang kabur tanpa penjelasan. Sejak saat itu, Farhan menutup rapat pintu hatinya dan menganggap cinta sebagai luka yang menyakitkan. Ia tumbuh menjadi CEO arogan yang dingin pada setiap perempuan.
Hingga sang ayah menjodohkannya dengan Kinara Hasya Dzafina—gadis sederhana yang tumbuh dalam lingkungan pesantren. Pertemuan mereka bagai dua dunia yang bertolak belakang. Farhan menolak terikat pada cinta, sementara Kinara hanya ingin menjadi istri yang baik untuknya.
Dalam pernikahan tanpa rasa cinta itu, mampukah Kinara mencairkan hati sang CEO yang membeku? Atau justru keduanya akan tenggelam dalam luka masa lalu yang belum terobati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Tubuh Farhan menegang seketika.
“Apa yang kau lakukan?!” Farhan mendesis, suaranya bergetar karena marah bercampur panik. “Lepaskan aku!”
Ia mendorong bahu Kinara dengan tangannya yang kuat dan membuat tubuh Kinara terhuyung ke belakang. Keseimbangannya goyah, lalu—
Bruk.
Kinara jatuh ke lantai cukup keras. Pandangannya berkunang, jantungnya berdetak kacau. Ia menatap langit-langit kamar dengan napas terengah, tidak percaya pada apa yang baru saja terjadi.
Farhan membeku.
Tangannya masih gemetar setelah mendorong Kinara sampai terjatuh, dadanya naik turun dengan napas berat. Untuk sepersekian detik, ada kilatan sesuatu di matanya. Sebuah perasaan kaget, menyesal, takut yang bercampur menjadi satu namun segera tertutup lagi oleh lapisan keras yang selama ini ia bangun.
“Aku sudah bilang padamu untuk menjauh dariku.” ucapnya dingin, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Aku tidak butuh dikasihani.”
Kinara perlahan bangkit dengan bertumpu pada tangannya. Lututnya sedikit gemetar dan masih terasa sakit, tapi ia tetap berdiri. Gaun pengantinnya terlihat kusut, air matanya jatuh satu demi satu, tapi wajahnya tidak menunjukkan kebencian.
Hanya keteguhan yang menyakitkan.
Ia menatap Farhan suaminya dengan matanya yang sembab namun perih.
“Aku tidak mengasihani mu Mas,” ucapnya pelan. Suaranya serak, tapi jelas. “Kalau aku mengasihani, aku sudah lari dari tadi.” ucap Kinara yang membuat Farhan mendengus kasar.
“Kau tidak tahu apa-apa tentangku, Kinara. Kau tidak tahu apa yang aku rasakan.”
“Mungkin aku tidak tahu semuanya, mas. Tapi aku tahu satu hal kalau mas tidak bisa menyimpan semua rasa sakit mas sendiri. Mas butuh seseorang untuk mengobati luka di hati mas.” jawab Kinara lirih, lalu melangkah maju lagi.
Ia kembali memeluk Farhan lebih erat dari sebelumnya.
Farhan terkejut. Ia mencoba mendorong tubuh istrinya lagi, tapi kali ini Kinara mencengkeram bajunya dengan kuat. Tubuh kecil itu bergetar hebat, tapi pelukannya tidak melemah sedikit pun.
“Lepaskan aku! Aku bisa menyakitimu!” bentak Farhan dengan keras.
Kinara menggeleng, pipinya bersandar di dada Farhan yang naik turun dengan liar.
“Kalau mas mau menyakitiku, aku tidak akan melawan.” ucap Kinara di sela isak tangisnya yang mana hal itu membuat tubuh Farhan seolah disambar petir.
“Apa?” suaranya melemah tanpa ia sadari.
“Aku tidak akan melawan, mas.” ulang Kinara dengan suara lirih yang hampir tenggelam oleh tangisnya sendiri. “Karena aku tahu, orang yang paling mas sakiti selama ini bukan orang lain. Tapi diri Mas sendiri.”
Tangan Farhan yang tadinya berusaha mendorong Kinara kini terhenti. Jari-jarinya bergetar hebat. Napasnya semakin kacau, sementara dadanya terasa sesak.
“Aku mengerti, Mas,” ucapnya lirih. “Aku benar-benar mengerti apa yang mas rasakan selama ini. Sudah berapa lama mas menanggung semua rasa sakit ini sendiri? Sudah berapa lama mas membiarkan diri mas sendiri jatuh kedalam kebencian yang mas tanam dalam diri mas sendiri? Allah tahu mas terluka, Allah tahu mas kecewa dengan semua keadaan yang menimpa mas saat ini. Tapi percayalah mas, Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba hambanya. Mas mungkin kecewa karena calon istri mas sebelumnya meninggalkan mas, tapi.... Apa mas mau, menghancurkan kehidupan mas sendiri hanya karena seorang wanita yang tidak benar benar tulus mencintai mas?! Jatuh cinta dan kecewa itu wajar mas, tapi jangan buat diri mas hancur hanya karena semuanya tidak berjalan dengan sesuai keinginanmu, mas."
Tubuh Farhan menegang hebat.
Kalimat Kinara barusan seperti palu yang menghantam sesuatu di dalam dirinya, sesuatu yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Napasnya tercekat, dadanya terasa penuh, seolah ada sesuatu yang ingin keluar tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
Ia menunduk.
Rahangnya mengeras, matanya terpejam kuat-kuat. Tangannya yang terluka kembali mengepal tanpa sadar dan membuat darah di tangannya menetes lagi ke lantai, tapi Farhan bahkan tidak peduli. Rasa sakit itu tidak ada apa-apanya dibandingkan sesak yang meremukkan dadanya sekarang.
“Apa kau tahu Kinara, aku benar-benar sangat lelah dengan semua yang terjadi pada hidupku. Aku tidak sekuat yang semua orang kira, Kinara." Ucap Farhan dengan lirih dan nyaris tak terdengar.
Dan di situlah semuanya mulai runtuh.
Isakan kasar keluar dari dadanya. Bahunya bergetar, napasnya tersengal, dan air mata yang selama ini Farhan tahan akhirnya jatuh juga. Berat dan menyakitkan. Tangisan seorang laki-laki yang terlalu lama berpura-pura baik-baik saja.
Kinara terdiam sesaat.
Hatinya terasa seperti diremas. Laki-laki di hadapannya, suaminya yang selalu tampak dingin dan tak tersentuh, kini menangis dalam pelukannya. Bukan tangisan keras yang mencari perhatian, tapi tangisan sunyi yang penuh luka. Tanpa berkata apa-apa, Kinara mempererat pelukannya dan membuat Farhan akhirnya menyerah sepenuhnya.
Kakinya terasa lemas, tubuhnya condong ke depan. Kepalanya bersandar di bahu Kinara, sementara tangan kirinya mencengkeram tubuh istrinya erat-erat, seolah kalau ia melepaskan pegangan itu, dirinya akan hancur lagi.
“Aku benci dengan diriku sendiri, Kinara. Aku benci karena aku nggak bisa lepas dari masa laluku sendiri.” ucap Farhan di sela-sela isak tangisnya dan membuat Kinara mengusap punggung Farhan berulang-ulang.
“Tidak apa-apa, Mas,” bisiknya lembut. “Mas nggak harus selalu menjadi kuat untuk menghadapi semuanya. Semua manusia butuh waktu dan aku percaya kalau mas pasti bisa melepas masa lalu mas yang membuat mas menderita saat ini.”
Beberapa saat berlalu. Tangisan Farhan perlahan mereda, berubah menjadi isakan kecil yang tertahan. Napasnya masih berat, tapi tidak lagi kacau seperti tadi.
Kinara perlahan melepas pelukannya.
Ia mengangkat wajah Farhan yang masih menunduk. Mata laki-laki itu masih memerah, basah, dan penuh kelelahan. Membuat hati Kinara terasa nyeri melihatnya. Tangannya terangkat, mengusap pipi Farhan dengan pelan untuk membersihkan air mata suaminya yang masih tersisa.
“Mas, Aku tahu aku bukan wanita yang Mas inginkan sejak awal. Tapi aku ingin Mas percaya, Aku akan berusaha, pelan-pelan, supaya Mas tahu. Bahwa tidak semua wanita datang untuk melukai Mas. Tidak semua yang datang akan pergi dan meninggalkan luka.” ucap Kinara sembari tersenyum kecil, senyum yang terlihat rapuh tapi tulus dan membuat
Farhan menatapnya dalam diam.
Farhan menelan ludah.
Ada perasaan asing yang bergerak pelan di dadanya. Hangat dan juga aneh. Menenangkan sekaligus menakutkan. Kinara kemudian menggenggam tangan Farhan dengan hati-hati.
“Ayo duduk, mas. Tangan Mas masih berdarah. Biar Kinara obati ya, mas." Ucap Kinara dengan lembut sementara Farhan tidak menolak.
Ia membiarkan Kinara menuntunnya ke kursi di sudut kamar untuk duduk dan membiarkan wanita itu mencari kotak P3K di dalam kamar itu. Setelah berhasil menemukan kotak P3K itu, Kinara lalu berjongkok di hadapannya sembari membawa kotak P3K ditangannya. Alisnya langsung berkerut saat melihat luka di tangan Farhan dari jarak yang sangat dekat.
Untuk mencapainya, Allah subhanahu wata'ala telah memberi pedoman dalam Al-Qur'an, dan Rasulullah SAW telah menjadi tauladan untuk meraih keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Bahwasannya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah berarti menciptakan rumah tangga yang tenang (sakinah), penuh cinta (mawaddah), dan kasih sayang (warahmah) dengan landasan kuat pada keimanan dan ketaqwaan,
dapat tercapai jika suami istri saling memenuhi peran dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya...😊
Aku ikut terharu membaca Bab22 ini, hati jadi ikut bergetar...👍/Whimper//Cry/