"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Pasti Aku
Setelah puas melihat pondok pesantren, Alya dan Mbak Inggit pun kembali ke ndalem. "Udah lihatnya sayang?" tanya Umi Fatimah.
"Iya, Umi. Ternyata luas juga ya, sampai capek Alya," ucap Alya dengan bercanda.
"Kapan-kapan Umi ajak kamu ke kebun punya pondok pesantren, disana bagus banget loh," ucap Umi Fatimah.
"Loh ada kebunnya juga?" tanya Alya.
"Iya, tapi agak jauh. Biasanya para santri itu ambil sayur di kebun pakai motor atau mobil pick up gitu, nanti kalau Rayhan udah pulang deh kita kesana," ucap Umi Fatimah dan diangguki Alya.
Alya memutuskan untuk duduk di depan ndalem sebelah utara, dimana ia melihat dari kejauhan asrama putri dan juga sekolah putri. Namun, ketika Alya melihat seseorang yang tidak asing dimana tengah berdiri di depan masjid sebelah utara yaitu tempat khusus para santri putri, orang itu adalah Ningrum.
"Tunggu, bukannya perempuan itu yang kemarin gosipin aku, tapi kenapa dia berdiri disitu," gumam Alya.
Tak lama, Mbak Inggit pun datang dan membawakan air minum untuk Alya. "Ini Ning," ucap Mbak Inggit.
"Ya Allah, makasih Mbak. Padahal aku bisa ambil sendiri loh," ucap Alya.
"Gapapa Ning, sekalian saya juga ambil minum," ucap Mbak Inggit dan diangguki Alya.
"Mbak Inggit tau perempuan yang berdiri itu?" tanya Alya dengan menunjuk keberadaan Ningrum.
"Oh itu Ningrum, dia bekerja di ndalem. Ada apa memangnya Ning?" tanya Mbak Inggit.
"Kenapa dia berdiri disitu?" tanya Alya.
"Dia sedang dihukum, saya juga kurang tau apa yang sudah dia lakukan sampai dia dihukum langsung sama Pak Kyai," ucap Mbak Inggit.
"Biasanya kalau dihukum disana apa aja Mbak kesalahannya?" tanya Alya.
"Saya juga kurang tau sih, Ning. Tapi, paling umum ya karena bertengkar sampai pukul-pukulan atau karena berkata yang tidak baik kayak menghina atau melakukan perundungan gitu Ning," ucap Mbak Inggit.
'Apa Abi tau soal Ningrum yang bicarain aku, tapi gak mungkin sih. Masa gara-gara aku, dia sampai dihukum, aku kan cuma orang baru disini, aku gak punya kuasa buat hukum orang,' batin Alya.
"Tapi, saya dengar katanya Ningrum habis menghina salah satu keluarga Pak Kyai, saya juga gak tau apa yang dibicarakan Ningrum sampai Gus Rayhan pun juga ikut marah," lanjut Mbak Inggit.
"Siapa yang dihina Mbak?" tanya Alya.
"Kalau soal itu saya juga kurang tau Ning," jawab Mbak Inggit.
'Ini pasti aku, tapi bagaimana bisa Abi tau soal itu dan kenapa yang dihukum cuma Ningrum, kenapa Mbak Lyla gak ikut dihukum? pasti ada yang gak beres. Aduh sayangnya gak ada Mas Rayhan, kalau ada Mas Rayhan ini enak, aku bisa tanya-tanya,' batin Alya.
"Ning Alya kenapa?" tanya Mbak Inggit yang melihat Alya melamun.
"Saya gak kenapa-napa Mbak, saya cuma penasaran aja," ucap Alya.
"Saya juga penasaran, Ning. Tapi, saya tidak berani untuk mencari tau lebih dalam karena itu bukan urusan saya dan saya tidak boleh ikut campur," ucap Mbak Inggit.
Alya dan Mbak Inggit pun mengobrol hingga Mbak Inggit harus pergi karena Bu Dian yang membutuhkan bantuannya dan Alya hanya sendirian disana. Ia terus memperhatikan Ningrum, dengan rasa penasaran, Alya pun menghampiri Ningrum.
"Ning," sapa Ningrum ketika Alya sudah ada dihadapannya.
"Kamu dihukum karena apa?" tanya Alya.
"Karena saya lalai Ning," ucap Ningrum.
"Apa karena kamu membicarakan saya kemarin? tapi saya tidak memberitahukan pada siapapun, jadi bagaimana bisa Abi tau tentang itu?" tanya Alya.
"Ini sepenuhnya salah saya Ning, saya tidak sengaja membicarakannya dan Gus Rayhan mendengarnya," ucap Ningrum.
"Terus, kenapa yang dihukum cuma kamu? kenapa Mbak Lyla gak dihukum juga?" tanya Alya.
"Semua ini salah saya yang tidak bisa menjaga mulut saya Ning, Mbak Lyla tidak salah apapun, jadi saya tidak ingin melibatkan Mbak Lyla," ucap Ningrum.
"Tapi, kalian berdua sama-sama membicarakan saya, bagaimana bisa hanya kamu yang dihukum, mungkin menurut kamu ini adil, tapi bagi saya ini tidak adil," ucap Alya.
"Ning, saya yang salah karena tidak menjaga lisan saya hingga Gus Rayhan tau, saya mohon Ning, jangan hukum Mbak Lyla. Saya bisa kerja disini karena Mbak Lyla, Ning, saya gak mau Mbak Lyla dihukum karena saya, saya siap menanggung semuanya Ning, tapi jangan hukum Mbak Lyla," ucap Ningrum.
"Kamu tidak perlu khawatir, saya tidak akan mengatakan apapun pada orang lain, saya kan pernah bilang sebelumnya," ucap Alya.
"Iya Ning, terimakasih," ucap Ningrum.
"Kalau begitu lanjutkan hukumanmu," ucap Alya dan kembali duduk di kursi yang tadi ia tempati.
Alya merasa begitu tenang dengan suasana yang ada di pondok pesantren tersebut, Alya merasa penataan dan peraturan pondok pesantren ini sangat baik. Bahkan bagian depan rumah Abi Zaky dan Umi Fatimah saja dibagi menjadi tiga bagian, di sebelah selatan untuk akses ke santri putra, bagian depan untuk akses ke masjid lalu bagian utara untuk akses ke santri putra.
Mungkin karena Alya yang kurang paham tentang sistem pondok pesantren, makanya ia sedikit bingung. Tapi, meksipun begitu Alya tetap kagum karena akses bagi santri putra dan santri putri sangat ketat.
"Kalau aku dulu mondok, mungkin aku bakal ngerasain suasana tenang dan ramai jadi satu. Ayah, Ayah tenang di surga ya, Ayah dulu pernah bilang kan kalau Alya harus mondok, sekarang Alya sudah berada di pondok pesantren Yah, tapi bukan mondok," gumam Alya dan tanpa sadar matanya sudha berkaca-kaca jika mengingat tentang sang Ayah yang begitu memanjakannya dulu.
Alya kembali sadar dan melihat beberapa santri putri yang keluar dari sekolah dan pergi ke masjid karena sebentar lagi azan zuhur, banyak para santri yang menyapa Alya karena mereka tau jika Alya adalah istri dari Rayhan. Dimana ketika Alya berkeliling dengan Mbak Inggit tadi pagi, Mbak Inggit sempat memperkenalkan siapa Alya padahal Alya sudah melarangnya, tapi Mbak Inggit mengatakan agar para santri bersikap sopan dan tidak melebihi batas jika bertemu dengan Alya dan alhasil saat ini banyak para santri yang mengenalnya dan menyapanya sopan.
"Assalamualaikum, Ning Alya," panggil salah satu santri.
"Waalaikumsalam," balas Alya dengan tersenyum.
"Ning, ini buat Ning Alya," ucap santri bernama Putri.
"Untuk saya?" tanya Alya yang memastikan apakah paperbag yang di bawa Putri memang untuknya atau untuk Rayhan.
"Iya, ini untuk Ning Alya. Semoga Ning Alya suka ya, maaf kalau hadiahnya jelek," ucap Putri.
"Terimakasih," jawab Alya.
"Sama-sama Ning, saya pergi dulu. Assalamualaikum," pamit Putri.
"Waalaikumsalam," balas Alya.
.
.
.
Bersambung.....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka