PELET

🦉🦉🦉

Purnomo keluar kamar, tampaknya dia baru saja sudah mandi terlihat dari rambutnya yang setengah kering. Dia melihat Mirna yang berdiri mematung dianak tangga.

"Kenapa bengong? Apa ada yang mengganggu?" Tanya Purnomo yang hendak memeluk Mirna dari belakang, tapi segera di tepis.

"Aku melihat maling teriak maling, Kang!"

"Begitulah maling, mana ada yang mau ngaku? Paling ngakunya kalau sudah masuk penjara." Ucap Purnomo. Dia menatap wanita yang ada di sampingnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ada apa, Kang? Apa ada sesuatu di wajahku?" Mirna merasa tak enak jika ditatap seperti itu oleh Purnomo.

"Aku ingin menikah dengan mu hari ini, apa kau setuju?" Akhirnya apa yang diharapkan Mirna terkabul, dengan Purnomo menikahinya maka Sarah akan semakin menderita.

"Ternyata Purnomo sangat tampan, jika dilihat sedekat ini." Kata Mirna dalam hatinya.

"Tentu aku setuju, Kang." Purnomo tersenyum lebar kala mendengar jawaban dari Mirna.

"Ayo turun! Kita akan minta Bapak untuk menyiapkan segalanya. Ini hari juga kita akan melangsungkan pernikahan." Purnomo terlihat bahagia, dia menggandeng tangan Mirna menuruni tangga.

Semua mata tertuju pada dua sejoli yang baru saja sampai di lantai bawah, mereka menatap takut pada Mirna. Ditambah kebanyakan dari mereka tidak memahami dengan apa yang dikatakan Ustad Rahman.

"Ibu-bapak, aku ingin menikah dengan Mirna hari ini." Ucapan Purnomo sontak membuat semua orang terkejut. Hati Sarah semakin tercabik-cabik, Purnomo tidak memikirkan perasaannya.

"Kalian kembali lah bekerja!" Perintah Pak Tejo kepada pekerjaannya. Dia kembali menatap putranya dan Mirna, mengajak mereka untuk duduk di sofa.

Setelah beberapa waktu terdiam akhirnya Pak Tejo membuka suara. "Pur, kamu baru saja menikah dengan Sarah, apa tidak salah selang beberapa hari langsung minta nikah dengan Mirna?"

"Aku gak peduli, Pak! Pokoknya hari ini juga aku minta dinikahkan dengan Mirna."

"Baiklah, hari ini juga kalian akan menikah." Jawab Pak Tejo.

Sebelumnya hal ini sudah diwanti-wanti oleh dia, istrinya, dan juga menantunya. Setidaknya sudah ada titik terang cara untuk mengobati Purnomo.

Akhirnya Purnomo menikah dengan Mirna, sedangkan Sarah memutuskan untuk pulang dulu ke rumahnya. Pagi ini benar-benar pagi ter-sial baginya. "Kenapa kali ini tidak sesuai dengan keinginan ku lagi, sih?" Batin Sarah.

Walaupun begitu dia mencoba untuk tetap sabar, toh sebentar lagi Purnomo akan sembuh, dia akan kembali menjadi pemenang. Sarah tidak peduli dengan pernikahan purnomo dan Mirna, karena setelah kesembuhan Purnomo, dirinya akan menjadi satu-satunya wanita yang akan selalu diingat oleh Suaminya.

🦉🦉🦉

"Aku senang sekali, akhirnya bisa menikah dengan mu, Mirna sayang." Ucap Purnomo.

"Terima kasih karena sudah mau menikahi ku, Kang!" Ucap Mirna sembari menyentuh dada bidang suaminya.

"Aku sangat mencintaimu!" Kini giliran Purnomo yang tangannya mulai mengelus pipi Mirna.

Pemuda itu menatap lapar Mirna yang kini sudah menjadi istrinya. Purnomo tidak membuang kesempatan untuk menyentuh Mirna yang kini sudah halal baginya.

"Kang, jangan dulu! Aku lagi datang bulan." Ucap Mirna.

"Yah, kita gak bisa malam pertama." Sesal Purnomo, yang setelahnya dia tersenyum.

"Malam pertamanya ditunda dulu, gak apa kan?"

"Iya, gak apa! Yang penting kita sudah nikah, tidak ada lagi yang bisa memisahkan kita." Ucap Purnomo.

Purnomo tengah membantu Mirna melepas hiasan sederhana di kepalanya, yang digunakan saat akad nikah tadi kala terdengar suara ribut-ribut dari luar.

Sontak Purnomo dan Mirna keluar dari kamar, ternyata di luar sudah ada Juragan Bandi yang memakai Pak Tejo.

"Kenapa kau melakukan sesuatu tanpa izin dariku?" Hardik Juragan Bandi pada Pak Tejo.

"Ada apa ini, Pak?" Purnomo menghampiri keduanya dan melerai pertengkaran itu. Namun tiba tiba dari arah luar datang Sarah dan Ibu mertua Purnomo.

Sarah segera menarik lengan Bapaknya, dan berkata

"Sudah, Pak! Mereka menikah atas izin dariku. Aku yang meminta mertua ku untuk menikahkan mereka." Ucap Sarah.

Kabar pernikahan yang baru saja berlangsung itu, baru terdengar oleh Juragan Bandi. Dia sangat marah, dan bergegas ke rumah besannya.

Awalnya Juragan Bandi beranggapan bahwa pernikahan Mirna dan Purnomo akan menyakiti Sarah. Nyatanya putrinya lah yang meminta pada mertuanya untuk menikahkan suaminya dengan Perempuan Pelet itu. Juragan Bandi heran dengan sikap putrinya.

"Tapi kenapa harus melakukan ini, Neng?"

"Aku gak mau mereka tinggal bersama, tanpa sebuah ikatan. Biarkanlah mereka menikah, aku ikhlas demi kebahagiaan Suamiku." Kata Sarah, seolah dia memiliki kesabaran seluas samudera. Namun dibalik itu semua, keegoisan tetap meraja. Tujuan Sarah bukan hanya itu, apalagi harus melihat Mirna dan Purnomo bahagia, itu tidak mungkin.