NovelToon NovelToon
7 Lantai 49 Rahasia

7 Lantai 49 Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Epik Petualangan / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Raka Pradipta 22th, seorang mahasiswa yang baru bekerja sebagai resepsionis malam di Sky Haven Residence, tak pernah menyangka pekerjaannya akan membawanya ke dalam teror yang tak bisa dijelaskan.

Semuanya dimulai ketika ia melihat seorang gadis kecil hanya melalui CCTV, padahal lorong lantai tersebut kosong. Gadis itu, Alya, adalah korban perundungan yang meninggal tragis, dan kini ia kembali untuk menuntut keadilan.

Belum selesai dengan misteri itu, Raka bertemu dengan Andika, penghuni lantai empat yang bisa melihat cara seseorang akan mati.

Ketika penglihatannya mulai menjadi kenyataan, Raka sadar… apartemen ini bukan sekadar tempat tinggal biasa.
Setiap lantai menyimpan horornya sendiri.

Bisakah Raka bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misteri Yang Terungkap!

Suara dari luar pintu itu membuat mereka semua membeku.

Deni langsung merapat ke Raka, sementara Pak Joko dan Pak Wawan secara refleks mengambil posisi siaga.

“Kalian tidak seharusnya ada di sini.”

Suara itu terdengar datar, tanpa emosi, tapi justru karena itulah, suaranya terasa begitu mengerikan.

Raka menelan ludah dan memberanikan diri untuk melangkah ke pintu, lalu mengintip ke lorong.

Tidak ada siapa-siapa.

Namun, anehnya… udara di luar terasa lebih dingin dari biasanya, seakan ada sesuatu yang tidak kasat mata sedang mengawasi mereka.

Pak Wawan menghela napas dan berusaha tetap tenang. “Siapapun itu tadi, dia nggak ada di sini sekarang.”

Deni masih ketakutan. “Mas, yakin itu orang? Jangan-jangan…”

Pak Joko menoleh ke Raka. “Kita bawa ini ke polisi aja. Ini udah bukan urusan kita lagi.”

Raka menatap koper yang terbuka di meja, lalu kembali ke amplop yang tadi dia ambil.

Dengan hati-hati, dia membuka amplop itu. Ada beberapa lembar kertas di dalamnya.

Dan di bagian atas, tertulis sesuatu yang membuat napasnya tercekat.

"Saya membunuhnya, tapi saya tidak ingin mati."

Mata Raka melebar. Deni yang ikut mengintip langsung mundur.

“Mas… ini surat pengakuan?”

Kisah Ari Setiawan yang Sebenarnya

Mereka membaca surat itu bersama.

Tertulis dengan tulisan tangan yang sedikit berantakan, seakan ditulis dalam keadaan panik.

"Aku tidak punya pilihan. Aku tidak ingin membunuhnya, tapi dia mengancam akan membongkar semuanya. Jika aku tidak melakukannya, aku yang akan mati."

"Aku sudah mencoba kabur, bersembunyi, tapi dia masih ada di sini. Aku tahu dia belum pergi."

"Setiap malam, dia datang. Dia mengetuk pintu. Dia berbisik di telingaku. Aku tidak bisa tidur. Aku tidak bisa bernapas."

"Aku tahu dia ingin aku ikut bersamanya."

"Tolong… jika ada yang membaca ini, aku mohon… jangan cari aku."

Di bagian bawah, ada satu nama yang tercantum:

Ari Setiawan.

Suasana di dalam ruangan langsung menjadi berat.

Deni memegang kepalanya. “Gila… ini berarti beneran ada pembunuhan?”

Pak Wawan mengerutkan dahi. “Tapi kalau dia membunuh seseorang… di mana mayatnya?”

Pak Joko menoleh ke koper yang berisi pakaian lusuh. “Kita harus cari tahu… dan cepat.”

Raka masih terdiam. Ada sesuatu yang terasa janggal dalam surat itu.

Ari Setiawan bilang dia membunuh seseorang… tapi tidak menyebut siapa.

Dan yang lebih mengerikan lagi… dia berkata bahwa korbannya masih ada di sini.

Mayat Dalam Koper yang Menghilang

Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepala Raka.

Dia menoleh ke Deni. “Lo inget cerita mayat dalam koper di unit 515?”

Deni mengangguk cepat. “Iya! Tapi waktu dicek, nggak ada apa-apa, kan?”

Pak Joko dan Pak Wawan saling berpandangan.

Raka menggigit bibirnya. “Gimana kalau itu bukan halusinasi? Gimana kalau mayat itu memang pernah ada, tapi… dipindahkan?”

Seketika, suasana jadi semakin mencekam.

Pak Wawan berpikir keras. “Kalau memang ada mayat yang dipindahkan, berarti seseorang harusnya tahu di mana jasadnya sekarang.”

Pak Joko mengangguk. “Dan kalau Ari yang membunuhnya… bisa jadi dia juga yang menyembunyikan mayat itu.”

Deni tiba-tiba bergidik ngeri. “Tapi Mas… kalau mayatnya belum ditemukan… itu berarti…”

Raka menyelesaikan kalimatnya dengan suara pelan.

“Arwahnya masih gentayangan.”

Ketukan di Pintu

Tepat setelah Raka mengucapkan itu…

TUK.

TUK.

TUK.

Suara ketukan pelan terdengar dari pintu unit 515.

Deni langsung merapat ke dinding. “Si… siapa?!”

Tidak ada jawaban.

Pak Wawan melangkah mendekat dan mengintip melalui lubang pintu.

Lalu tiba-tiba… dia langsung mundur dengan wajah pucat pasi.

Raka menegang. “Pak Wawan? Ada apa?”

Pak Wawan berusaha bicara, tapi suaranya bergetar. “Aku… aku nggak tahu itu siapa…”

Raka buru-buru maju dan mengintip ke luar.

Yang berdiri di depan pintu adalah seorang laki-laki berpakaian kumal, rambut berantakan, dan wajahnya tertutup bayangan…

Seseorang yang terlihat seperti Ari Setiawan.

Tapi ada yang aneh.

Tangan Ari bergerak perlahan, lalu mengetuk pintu lagi.

TUK.

TUK.

TUK.

Kemudian dia mengangkat wajahnya…

Dan mata Raka langsung melebar.

Matanya hitam legam, dengan air mata darah mengalir di pipinya.

Bukan. Ini bukan Ari Setiawan.

Ini sesuatu yang lain.

Kebenaran yang Tersembunyi

TUK.

TUK.

TUK.

Ketukan di pintu semakin pelan, tapi dampaknya terasa begitu menyesakkan di dada.

Raka masih berdiri mematung di depan pintu. Sosok yang mirip Ari Setiawan masih di sana, dengan tatapan kosong, mata hitam legam, dan air mata darah mengalir di pipinya.

Deni gemetar di belakangnya. “Mas… jangan buka pintunya.”

Pak Wawan juga tampak panik. “Jangan lihat dia, Raka. Tutup matamu.”

Tapi Raka tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ada sesuatu dalam sosok itu yang terasa… menyedihkan.

TUK.

TUK.

Ketukan itu berhenti.

Lalu… sosok itu berbicara.

"Aku… tidak ingin mati."

Suara dari Masa Lalu

Suara itu terdengar hampa, seperti bergema dari kejauhan.

Dan saat itu juga… sesuatu di kepala Raka terasa berputar.

Flashback.

Dalam benaknya, ia bisa melihat sebuah adegan. Lorong apartemen yang gelap. Seorang pria berlari dengan napas tersengal-sengal.

Ari Setiawan.

Dia tampak panik. Tangan gemetar, wajah dipenuhi keringat. Sesuatu di pakaiannya tampak basah—darah.

Seseorang mengejarnya.

Ari tersungkur, jatuh di depan pintu salah satu unit.

Lalu… sebuah tangan terulur ke arahnya.

Tangan pucat, dingin.

Seseorang berbisik di telinganya.

"Ari… kamu harus mati juga."

Dan dalam hitungan detik, Ari menjerit sebelum semuanya menjadi hitam.

Flashback selesai.

Raka tersentak mundur.

Dadanya naik turun, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Pak Joko buru-buru menahan bahunya. “Kamu kenapa?”

Raka masih mencoba mengatur napasnya. “Aku… aku melihat sesuatu…”

Deni semakin ketakutan. “Mas, jangan-jangan lo udah kena gangguan?”

Pak Wawan menoleh ke pintu. Sosok di luar sudah menghilang.

“Tadi…” Raka mencoba mencerna semuanya. “Aku melihat Ari. Dia lari ketakutan. Dan… seseorang mengejarnya.”

Pak Joko langsung serius. “Maksudmu… ada orang lain yang terlibat?”

Raka mengangguk. “Aku nggak tahu siapa, tapi… dia bukan satu-satunya yang bersalah.”

Pak Wawan menarik napas panjang. “Kalau begitu, kita harus cari tahu kebenarannya sebelum semuanya terlambat.”

Deni masih gelisah. “Tapi Mas… kalo yang tadi itu bukan Ari, terus dia siapa?”

Hening.

Raka kembali menatap pintu.

“Kalau mayatnya nggak pernah ditemukan…” katanya pelan.

“…mungkin dia masih mencari seseorang yang bisa menemukannya.”

Ari Setiawan: Pembunuh atau Korban?

Mereka memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Ari Setiawan.

Pak Joko menelepon seseorang—mantan rekannya di kepolisian—dan meminta informasi.

Sementara itu, Raka dan Deni kembali ke ruang keamanan untuk memeriksa rekaman CCTV lama.

Mereka mencari rekaman satu tahun lalu, sekitar waktu ketika Ari Setiawan menghilang.

Setelah beberapa menit mencari, akhirnya mereka menemukan sesuatu yang aneh.

Di layar, terlihat Ari masuk ke apartemen sekitar jam 1 pagi, dengan langkah terburu-buru.

Dia tampak gelisah, terus menengok ke belakang, seakan sedang dikejar seseorang.

Lalu… sekitar sepuluh menit kemudian…

Seseorang masuk ke apartemen, mengikuti jejak Ari.

Tapi wajahnya tertutup hoodie, dan dia menghindari kamera.

Raka memajukan rekaman. Lima belas menit kemudian, sosok itu keluar lagi… tapi tanpa Ari.

Deni menegang. “Mas… berarti dia nggak sendirian.”

Raka merasakan bulu kuduknya berdiri. “Iya. Dan sekarang kita harus cari tahu… siapa orang itu.”

Sebuah Nama Muncul

Tak lama setelah itu, Pak Joko kembali dengan wajah serius.

“Aku dapet info dari temanku di kepolisian,” katanya. “Ari Setiawan memang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan…”

“…tapi dia bukan pelaku utama.”

Deni melongo. “Hah?! Maksudnya gimana?”

Pak Joko menghela napas. “Ada satu nama yang muncul dalam laporan. Seseorang yang punya hubungan dengan Ari dan diduga kuat sebagai dalang dari semua ini.”

Raka menegang. “Siapa?”

Pak Joko menatap mereka dengan tajam.

“…Danu Prasetyo.”

Hening.

Raka mencoba mengingat nama itu. “Siapa dia?”

Pak Wawan menelan ludah. “Dia… dulu pernah tinggal di apartemen ini.”

Deni semakin merinding. “Jangan bilang… dia salah satu korban?”

Pak Joko menggeleng.

“…Dia bukan korban.”

“…Dia masih hidup.”

Sebuah Ancaman Baru

Saat mereka masih mencoba mencerna semua informasi ini, tiba-tiba…

HP Raka bergetar.

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

 "Berhenti mencari. Jika tidak, kalian yang selanjutnya."

Deni langsung pucat pasi. “Mas… ini apa?!”

Pak Joko langsung menegang. “Ada yang tahu kita sedang menyelidiki ini.”

Raka menggenggam ponselnya erat. Matanya menatap layar, lalu beralih ke teman-temannya.

“…Ini belum selesai.”

Dan kali ini, mereka tahu.

Mereka bukan hanya berhadapan dengan arwah gentayangan… tapi juga seseorang yang masih hidup.

Seseorang yang mungkin… ada di antara mereka.

1
🦆 Wega kwek kwek 🦆
psikopat 🤣
🦆 Wega kwek kwek 🦆
bilang aja raka,,,kalo kami GK boleh kepo jangan suka bikin tetangga heboh diem 2 Bae ,,,, dikamar
🦆 Wega kwek kwek 🦆
Lama lama si Raka bakal bosen ketemu hal ghoib bukan takut tapi biasa kayak aku bukan nya takut justru kalo ketemu pasti aku ngomong kamu lagi kamu lagi 🤣🤣🤭🤣
Lilyana Azzahra Dekranasda: hahhaa mungkin saja...
total 1 replies
🦆 Wega kwek kwek 🦆
dibayar berpuluh-puluh juta pun aku GK mau kerja disitu ,,yg ada bikin aku kepo dan makin terlibat lebih jauh
🦆 Wega kwek kwek 🦆
kadang kepo itu tidaklah buruk ,,,,,ada hal2yg perlu diungkapkan demi kebaikan bersama
🦆 Wega kwek kwek 🦆
secara tidak langsung Raka dituntun untuk membuka tirai rahasia kelam apartemen ini,,,, semangat Raka
🦆 Wega kwek kwek 🦆
sepertinya Raka ini di mintai tolong secara langsung sama penghuni ghoib apartemen untuk membuka satu satu rahasia kelam . feeling aku udah ngerasa apartemen ini bukan apartemen biasa,selain hal2 yg saya sebutkan di komentar 2sebelumnya aku punya feeling apa apartemen ini berdiri di antara 2 dimensi ( seperti film Buffy the vampires slayer,yg kota tempat tinggal dia berada di mulut neraka)🙏✌️
🦆 Wega kwek kwek 🦆
koleksi setan diapertemen ini banyak nya ,,,, jangan 2 ada yg dijadikan tumbal untuk pembuatan nih apartemen
🦆 Wega kwek kwek 🦆
horornya beda woy....
🦆 Wega kwek kwek 🦆
heran deh ini apartemen dulu bangunnya ditanah sengketa atau gimana,atau pembangunannya Pake tumbal pesugihan apa? lah kok serem banget gitu
🦆 Wega kwek kwek 🦆
akhirnya update juga ,,,,
Tiara Bella
tegang bacanya berasa nnton film horor
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
ada kisah lain yg di nanti kan Raka cs
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
pembunuhan berantai 515
ke unit lantai 7
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
misteri apalagi 515
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
Siapa dia yg datang ,Ari ?
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
bisa jadi arwah Ari yg pulang ke unit 505
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
Pelajaran ghoib lagi
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
Pengalaman ghoib lagi
⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸
siapa lagi tuh hantu penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!