Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehangatan di malam hari
"Sudah malam kita kembali." Raja kecil Ying menatap kearah istrinya.
"Baik."
Kereta membawa mereka kembali ke kediaman.
"Berhenti. Bagaimana jika kita melihat festival lentera?" Gadis itu masih tidak bisa melepaskan dirinya dari keramaian Ibu Kota.
"Baik."
Kereta kembali di hentikan tepat di dekat salah satu kedai kosong tanpa pemilik. Beberapa kereta juga di hentikan di sana. Li Anhe medorong kursi roda perlahan membelah keramaian. Wajahnya semakin berseri melihat ribuan lentera di pasang di sepanjang jalan. Berbagai bentuk dari binatang juga bunga ada di sana.
Gadis itu berhenti tepat di depan penjual permen bentuk. "Tuan aku ingin dua bentuk kelinci."
"Baik. Nyonya muda tolong tunggu sebentar." Penjual membuatkan seperti yang di inginkan pembeli. Dia membuat dua bentuk kelinci. Tidak butuh waktu lama dua permen bentuk kelinci jadi. "Nyonya muda silakan."
"Terima kasih " Li Anhe memberikan empat koin baru mengambil permen dari tangan penjual. "Kamu juga harus mencobanya. Ini sangat manis juga ada rasa asam saat sudah meleleh di lidah." Memberikan satu permen kepada suaminya.
Raja kecil Ying tidak terlalu suka rasa manis tapi dia juga ingin gadis di depannya bahagia. "Baik." Saat dia mencobanya. Rasa manis benar-benar terasa sangat pekat. Setelahnya di balut rasa asam. Cukup enak namun dia kurang menyukainya.
Kursi roda di dorong menuju ke salah satu dermaga kecil. Jalur air di bagian tengah Ibu Kota telah di jadikan tempat penyewaan perahu kecil untuk berlayar. Li Anhe memesan satu kapal khusus untuk dirinya juga suaminya.
Perlahan kapal berlayar menuju ke arah sungai besar. Arus sungai sangat tenang dengan kunang-kunang berterbangan memenuhi di sepanjang jalur sungai. "Kamu tahu jalur sungai ini mengarah kemana?" Gadis itu menatap langit penuh bintang.
"Sungai ini mengarah ke enam jalur sungai yang akan menghubungkan enam kota berbeda. Saat air sungai sampai di setiap kota. Aliran sungai kecil akan di buka kearah kota-kota lainnya hingga sampai di setiap perbatasan," jawab Raja kecil Ying santai. "Kamu sepertinya sangat menyukai tempat ini." Wajah teduh istrinya terlihat sangat indah di bawah pantulan sinar rembulan di malam hari.
Li Anhe diam untuk beberapa saat. "Aku menyukainya." Dia dengan perlahan mengeluarkan tusuk konde kayu terukir kupu-kupu dari balik bajunya. Dia hanya melirik sebentar agar gerakannya tidak membuat curiga suaminya. Dengan sangat hati-hati dia menenggelamkan tusuk konde kedalam arus sungai. 'Kakak. Beristirahat dengan tenang. Mengalirkan seperti arus sungai ini. Pergilah kesemua tempat yang kamu inginkan. Sekarang tidak akan ada lagi orang yang membatasi gerakanmu,' gumamnya di dalam hati.
Menurut kepercayaan warga desa Han. Kerabat yang di tinggalkan harus melemparkan benda pribadi orang yang telah meninggal ke dalam aliran sungai. Agar jiwa mereka bisa terbebas dari belenggu dunia.
Malam itu niat awal Li Anhe untuk berlayar telah terlaksana. Dia memutuskan kembali sekitar sembilan malam.
Di ruangan kamar gadis itu menatap lantai kayu di bawah tempat tidur. Dia membuat goresan setiap nama yang akan menjadi target selanjutnya dari kamp rahasia pembunuh. "Menteri pembangunan Heng Qui. Dia pasti akan menjadi target selanjutnya sebelum menuju target yang lebih besar. Raja kecil Ying dan Neneknya masih saja tidak bisa lepas dari bahaya. Nama mereka bahkan menjadi target utama. Ayahnya bahkan masuk kembali ke dalam target perburuan tingkat dua." Li Anhe membalik tubuhnya agar dapat merebahkan dirinya. "Huh. Ini akan semakin sulit di kendalikan."
Li Anhe mengukir nama Kaisar saat ini di bawa tempat tidurnya. "Terget besar hanya akan di buru saat semua pasukan hilang."
Dari arah luar terdengar suara langkah kaki juga kursi roda yang di dorong mendekat. Gadis itu langsung menggulingkan tubuhnya agar dapat segera keluar dari bawah tempat tidur. Dia bangun membenarkan bajunya dan duduk tenang di tempat tidurnya.
Tokk...
Suara ketukan pintu terdengar. Dia berjalan membukakan pintu, "Apa kamu butuh sesuatu?"
Pengawal Chang Lu memberikan dua keranjang besar berisi buah anggur dan apel.
"Aku lupa memberikannya saat kembali tadi. Dan," Raja kecil Ying ragu melanjutkan ucapannya. Dia melirik kearah pengawalnya.
Pengawalnya mengangguk mengerti dan bergegas pergi.
"Apa kamu bisa tidur di sini malam ini?" ujar pria muda itu dengan ragu.
"Tentu." Li Anhe tidak menanyakan mengapa suaminya tiba-tiba ingin tidur bersama dengannya. Yang dia pikirkan jika suami istri sudah seharusnya tidur di satu kamar dan satu ranjang. Tanpa memikirkan ketidaknyaman atau ketidaksetujuan. Dia membantu suaminya berjalan perlahan masuk ke dalam ruangan kamar. "Aku akan mengambil selimut baru," ujarnya setelah menempatkan suaminya di tempat tidur.
Raja kecil Ying tersenyum malu melihat geraian rambut istrinya yang terlihat sangat indah jatuh di pundaknya. Kehangatan itu membuat dirinya ingin memilikinya lebih jauh. Namun dia juga binggung harus memulainya dari mana.
Selimut yang telah di ambil di berikan kepada suaminya. Sedangkan Li Anhe langsung bergerak perlahan masuk kedalam tempat di bagian ujung. "Huh." Dia merebahkan tubuhnya. "Kamu tidak tidur?" Menatap kearah suaminya yang masih membuka kedua matanya.
Raja kecil Ying tersenyum lalu memejamkan kedua matanya. Setiap pergerakan yang istrinya lakukan akan membuat senyuman tipis di wajahnya.
Di pertengahan malam Li Anhe juga sudah tertidur sangat lelap. Saking lelapnya dia bahkan tidak sadar jika tubuhnya sudah memeluk suaminya. Kakinya menekan kaki suaminya cukup kuat. Dan wajahnya ia benamkan dalam dekapan suaminya.
Raja kecil Ying membuka kedua matanya. Dia mengelus lembut kepala istrinya. Menyibak pelan uraian rambut yang menutup wajah gadis itu lalu mencium keningnya. Dia memiringkan tubuhnya agar bisa memeluk gadis itu lebih dalam. Membiarkan dirinya ikut terbawa dalam kehangatan malam.
Sebelum pagi Raja kecil Ying sudah keluar dari kamar. Dia mendapatkan kabar persembunyian para pemberontak telah di temukan kembali. Di hari itu juga dia bergegas untuk melakukan perjalanan selama dua hari.
Saat Li Anhe bangun sekitar pukul tujuh pagi. Dia mencari keberadaan suaminya. Dan mendapati jika suaminya di berikan tugas Kaisar Ying Weisheng untuk melihat jalannya proses pengadilan di luar kota. Gadis itu juga tidak bertanya lebih lanjut. Karena kepergian suaminya bisa membuat dirinya melakukan tugas selanjutnya.
Dua hari tanpa kehadiran Raja kecil Ying di kediaman. Li Anhe selalu pergi saat malam hari hingga menjelang pagi tiba. Gadis itu menuju ke salah satu hutan di luar kota. Salah satu hutan yang di gunakan untuk pelatihan kamp rahasia pembunuh.
Gadis itu menatap dari kejauhan duduk diam di atas batang pohon yang tinggi. Di sana dia dapat melihat jalannya pelatihan mematikan yang di lakukan di dasar jurang. Pelatihan selalu memakan dua atau tiga korban setiap harinya. Sekarang kamp rahasia pembunuh juga mengambil anak laki-laki dari usia sepuluh hingga tujuh belas tahun.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut