Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 8
Beberapa menit menunggu, akhirnya Sheina keluar dari restoran dengan setengah berlari, ia bersembunyi di balik mobil-mobil yang terparkir. Sheina terus sembunyi dari Devan yang masih berdiri di depan restoran. Ia mengendap-endap seperti pencuri, dan saat itulah Bara membuka pintu samping kemudinya.
"Naik, Shein!" perintahnya yang membuat Sheina terkejut setengah mati.
"Kamu!" Sheina melotot melihat wajah Bara yang ada di balik kemudi mobil putih yang tiba-tiba terbuka dan mengejutkannya. "Ngapaian kamu di sini?" tanya Sheina dengan galak. Lalu, ia melihat ke arah Devan yang masih celingukan mencarinya, laki-laki itu berjalan ke arah persembunyiannya. Mungkin curiga melihat pintu mobil Bara yang terbuka.
"Aku pengen ngomong sama kamu Shein." Bara memberanikan diri untuk membuka percakapan tanpa canggung, sebab selama empat tahun mereka tidak bertemu. Berpisah dalam keadaan buruk, dan bertemu dalam keadaan yang menegangkan ini.
Sheina tidak mendengarkan kata-kata Bara, ia terus fokus pada Devan yang berjalan semakin dekat. Ia tidak ingin Devan melihat Bara dan bisa mengenali Bara sebagai ayahnya Gabriel karena mereka sangat mirip.
"Aku pengen minta maaf, sejak malam itu ...."
Sheina tiba-tiba duduk di kursi penumpang dan menutup pintu mobil Bara. "Jalan cepat!" perintahnya yang membuat Bara bingung.
"Apa?"
"Aku bilang jalankan mobilnya," teriak Sheina yang membuat Bara gelagapan.
Dia benar-benar galak. Apa dia bisa maafin aku kalau gini ceritanya?
Bara melajukan mobilnya. Ia mencoba mengatur napas untuk kembali membuka obrolan dengan Sheina.
Ponsel Sheina bergetar, tapi wanita itu mengabaikannya setelah melihat nama Devan yang menghubunginya.
"Sorry Shein. Tolong maafin aku. Waktu itu aku sempat ke rumahmu, kamu nggak ada. Dua tahun lalu, aku datang ke sana lagi, kata mama kamu, kamu udah nggak tinggal di sana. Kamu tinggal di mana Shein?" tanya Bara panjang lebar.
"Bukan urusan kamu. Turunkan aku di sana!" perintah Sheina. Tangannya menunjuk pada halte di depan yang terlihat tidak begitu jauh dari posisinya sekarang.
"Shein, aku mau ngomong bentar aja."
"Nggak perlu. Turunin aku di sana."
"Nggak, aku pengen ngomong sama kamu. Aku pengen jelasin semuanya."
"Telat! Semua udah telat. Empat tahun udah berlalu dan kamu tiba-tiba datang lagi, membuka luka lama aku yang bahkan belum kering, Bar." Sheina melotot ke arah Bara. Tatapan tajam itu masih diselimuti kebencian yang sangat dalam.
"Makanya aku pengen jelasin, Shein."
"Turunin aku." Halte sudah sangat dekat tapi Bara tidak kunjung mengurangi kecepatan mobilnya. Sheina berusaha membuka pintu, tapi Bara menguncinya.
"Kita ke tempatku. Kita bicarain semua baik-baik, Shein!" ucap Bara saat Sheina masih berusaha membuk pintu mobilnya.
"Biar apa? Biar lo bisa perko*sa gue lagi?" teriak Sheina dengan sangat marah.
Bara terperangah. Ia tidak menyangka jika ucapannya membuat Sheina salah paham.
"Turunin gue!"
Bug.
Sheina memukul Bara dengan tas tepat di kepalanya.
"Turunin!" marah Sheina yang masih memegang tasnya, bersiap memukul Bara lagi.
Bara menepikan mobilnya, halte sudah terlewat beberapa meter di belakang mobil. Sheina berusaha keluar, tapi Bara masih mengunci pintunya.
"Pukul aku Shein! Pukul aja aku kalau itu bisa buat luka kamu sedikit terobati!" ucap Bara yang bersiap menerima pukulan Sheina.
Belum sempat Sheina memaki Bara, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Sheina hendak mematikan dayanya, tapi saat melihat nama Keyla, dia mengurungkannya dan memilih untuk menjawab panggilan saudara tirinya itu.
"Halo!"
"Apa? Gabriel kenapa?"
Mendengar Sheina menyebut nama laki-laki, Bara menatapnya cemburu.
"Oke, aku akan ke sana!"
"Siapa?"
"Bukan urusan kamu! Buka pintunya!"
🥀🥀🥀
Selamat malam gaess. Kira-kira kalian dukung Sheina sama siapa? Bara atau Devan? ❤❤❤