Kiara, seorang peri naga terakhir memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena sang ibu, Ratu Oceana, memaksanya untuk menikah dengan Lucifer, Sang Iblis Jahat yang tinggal dilaut dalam . Tapi benang takdir membawanya bertransmigrasi kedunia manusia, akankah kali ini hidupnya bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Anggora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bertemu bu wati
Seorang ibu bernama Wati akan pergi merumput untuk memberi makan kambing kambingnya. Ia sudah siap dengan caping yang melindungi kepalanya. Dan juga arit ditangannya.
" ahhh semoga saja hari ini tidak terlalu panas."
Ibu wati pun lalu berjalan dengan mantap ke arah kebunnya. Biasanya ia pergi merumput ke hutan , tapi kali ini ia sedang kurang enak badan . Jadi memilih untuk merumput dikebun saja. Kebetulan kebun miliknya sengaja ia biarkan tanpa ditanami apapun agar rumput bisa tumbuh subur dan membuatnya tak perlu bersusah payah berjalan jauh ke hutan .
5 ekor kambing yang ia pelihara membuatnya harus bekerja extra agar kambing kambing itu kenyang . Bahkan kini seekor kambing sedang hamil, sepertinya tak lama lagi ia akan memiliki anak anak kambing lucu .
Mengingat ini membuat ibu wati bersemangat. Ia tak sabar untuk segera menjual beberapa ekor kambingnya ke pasar.
Di usianya sekarang yang menginjak 60 tahun, ia tak bisa beraktifitas banyak seperti dulu. Kini ia merasa sudah tak sekuat dulu. Bahkan nafasnya sering sesak jika berjalan ke hutan .
Peluh membanjiri dahi bu wati. Namun tak menyurutkan semangatnya sedikitpun .
Ditengah jalan bu wati dikejutkan dengan seorang wanita yang pingsan tepat di arah belokan ke kebunnya. Ia panik lalu mencari bantuan warga.
" tolong! Tolong saya! Tolong ada orang pingsan"
Seorang bapak bapa yang sedang mencangkul disawah mendengar suara minta tolong. Ia lalu bergegas mencari asal suara. Cangkulnya ia letakan begitu saja .
" ada apa bu wati? Tadi saya dengar ibu teriak teriak?"
" anu pak jarwo, saya menemukan seorang wanita tergeletak disana"
" wanita? Pingsan atau bagaimana?"
" saya tidak tahu pak, saya tak berani melihatnya sendiri"
" baiklah mari kita cek bersama"
tak lama pak jarwo dan bu wati pun sampai ditempat kejadian.
Dengan ragu ragu pak jarwo mengecek pergelangan tangan kiara dan menempelkan jarinya dihidung kiara.
" masih hidup bu, dia pingsan . Kita harus membawanya sekarang"
" baiklah bawa kerumah saya saja pak, biar lebih cepat sampai."
Pak jarwo mengangguk lalu membawa kiara menggunakan sebuah gerobak dorong. Biasanya gerobak ini digunakan untuk mengangkut hasil kebun .
Pak jarwo dan bu wati mendorong gerobak itu bersama sama. Untung saja jalan menuju rumah bu wati cukup datar dan tak berkelok kelok . Membuat pak jarwo dan bu wati tak terlalu kerepotan membawa kiara.
Setelah sampai dirumah bu wati , pak jarwo mendudukan dirinya di bangku depan rumah sambil mengipas ngipaskan topinya.
" duh gimana bawanya ini pak? kalau cuma kita berdua gak akan kuat"
" saya juga gak tahu buk"
" lho kok gitu ? Bapak ini gimana tho , bantu orang kok setengah setengah , kayak gak ikhlas banget. Nolong itu harus ikhlas dan sepenuh hati pak. Bla bla bla..."
Pak jarwo yang sudah hapal dengan tabiat bu wati hanya diam saja .
seorang pria yang berdiri tak jauh dari sana menghampiri bu wati dan pak jarwo.
" punten bu, pak , ada apa ya ini teh ribut ribut?" tanyanya dengan sopan.
" oh ternyata kamu jang, kapan kamu pulang dari kota?"
" baru tadi pagi bu. Rencananya saya akan menetap dikampung ini hingga liburan usai"
" oh begitu ya , bagus itu"
Bu wati menepuk jidatnya . Ia lupa dengan kiara. ia lalu menarik tangan Ujang menuju gerobak kiara.
" duh ampun, jang . Ibu lupa ! Tolong bantu angkat wanita ini, ya . "
" dia siapa buk?"
" gak tahu lah , wes pokoke kamu angkat dulu "
ujang lalu menggendong kiara masuk kerumah bu wati.
" nahh letakan dikamar saja "
Ujang lalu meletakan kiara disana.
" nahhh sudah , ayo mari ibu buatkan minum dulu . Kamu pasti haus."
" terimakasih bu tapi tidak usah . Saya akan melanjutkan perjalanan kerumah pak kades"
" oh begitu rupanya. Baiklah . Oh iya tolong kamu mampir dirumah bidan Susi ya, suruh dia kemari untuk memeriksa gadis ini"
" mangga bu,"
" mana mangga jang?"
ujang menggaruk kepalanya yang tak gatal.
" maksud saya , iya bu dengan senang hati saya akan melakukan perintah ibu"
" oh iya makasih ya jang"
" iya bu. Permisi"
Pak jarwo dan bu wati mengangguk ramah. Bu wati lalu menyuguhkan secangkir kopi dan ubi rebus untuk pak jarwo.
Bu wati masuk kekamar tempat kiara dibaringkan. ia dengan sabar menunggu kiara siuman.
" siapa sebenarnya kamu, nak? Kenapa bisa pingsan dikebun?"
Tak lama bidan Susi datang lalu memeriksa kiara. Ia mengecek pernafasan dan segala halnya. bu susi juga mengecek perut kiara.
" bagaimana keadaannya bu bidan?"
" dia sepertinya kelelahan dan baru saja mengalami kejadian yang membuatnya syok berat. Setelah saya periksa dengan teliti , wanita ini sedang hamil bu.. Jika saya tak salah periksa , mungkin kehamilannya baru menginjak usia 1 bulan. Jadi sebisa mungkin harus dijaga perasaan dan moodnya dengan baik. Saya akan memberikan obat vitamin dan penambah darah untuknya. Nanti jika sudah sadar harus segera diminum ya bu"
" iya bu terimakasih ."
" sebenarnya siapa wanita ini? Saya baru melihatnya sekarang ?"
" ohh itu, dia saya temukan pingsan di dekat kebun tadi pagi saat akan merumput. Saya kasihan jadi membawanya kemari."
" oh begitu rupanya, kasihan sekali ya "
Bu bidan pun berpamitan pulang , ia akan pergi ke tempat yang lain.
Bu wati ingin membayar obat yang bu bidan berikan , tapi bidan menolaknya
" terimakasih sekali lagi bu"
Bu bidan tersenyum dan pergi mengendarai motornya.
Karena hari sudah siang , bu wati pergi kedapur untuk memasak dan membuatkan bubur untuk kiara
------
Kiara terbangun saat merasakan sebuah cahaya menyilaukan masuk menerobos kaca jendela. Ia lalu beringsut dan mencoba duduk.
" ehhh jangan banyak bergerak dulu nak, kamu masih sakit"
" ibu siapa? Saya dimana?"
" saya bu wati . Dan kamu ada dirumahku. Tadi aku menemukanmu pingsan tak jauh dari kebunku. Jadi aku membawamu kemari"
" oh iya terimakasih banya bibi. "
" iya nak sama sama. Oh iya ini bibi bawakan bubur hangat untukmu. Makanlah ya"
Kiara menerima bubur itu dan menyuapkan sedikit demi sedikit kedalam mulutnya . ia merasa de javu . Kiara mencoba mengingat ingat tapi nihil . ia tidak ingat
" nak siapa namamu? Dan kenapa kamu bisa ada disana? Kemana suamimu?"
" saya tidak tahu bu . Saya tidak ingat apapun."
" oh baiklah nak, tidak apa apa jangan dipaksakan . Lagipula kamu sedang mengandung , jangan capek capek atau banyak pikiran ya"
" iya bu , terimakasih. Maaf merepotkan"
" nak, karena kamu tak ingat dengan namamu , bagaimana kalau ibu memanggilmu , Melati saja, bagaimana ? Kamu suka?"
" iya boleh bu"
melati sebenarnya bingung . Kini ia seperti seorang bayi yang baru lahir. Tanpa ingatan. Tanpa identitas. Bahkan ayah dari bayi yang ia kandung pun kiara tak ingat.
Bu wati menceritakan beberapa hal mengenai para tetangganya dengan maksud agar melati ingat dan tak canggung saat bertemu nanti.
Melati malah diam melamun . Suara bu wati hanya terdengar sayup sayup dikepalanya.