Setelah ibu mertuanya meninggal, Zara Hafizah dihadapkan pada kenyataan pahit. Suaminya, yakni Jaka telah menceraikannya secara tiba-tiba dan mengusirnya dari rumah. Zara terpaksa membesarkan anaknya yang masih berusia 6 tahun, seorang diri
kehidupan Zara semakin membaik ketika ia memutuskan hijrah dan bekerja di Ibu Kota.
Atas bantuan teman dekatnya,
Suatu hari, Zara bertemu dengan Sagara Mahendra, CEO perusahaan ternama dan duda dengan satu anak. Sagara sedang mencari sosok istri yang dapat menjaga dan mencintai putrinya seperti ibu kandungnya.
Dua orang yang saling membutuhkan tersebut, membuat kesepakatan untuk menikah secara kontrak.
Sagara membutuhkan seorang istri yang bisa menyayangi Maura putrinya dengan tulus.
Dan Zara membutuhkan suami yang ia harap bisa memberinya kehidupan yang lebih baik bagi dirinya serta Aqila putrinya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka selanjutnya, akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sagara VS Zara
Setibanya di depan gang sempit, akhirnya Sagara memarkirkan mobilnya di bibir jalan samping gang tersebut, dari awal melihat saja, Sagara sudah menghela nafasnya.
'Kenapa tempat ini kumuh sekali!' keluhnya dalam hati.
Lalu Sagara mengedarkan pandangannya ke arah sekitar, di tatapnya orang-orang setempat yang menatap aneh kepada nya, ada yang menatap tidak suka, ada juga yang melambaikan tangan ke arahnya dari beberapa wanita yang berpenampilan kumal, sontak Sagara di buat bergidik ngeri di buatnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk segera masuk ke dalam gang sempit tersebut, saat ia melangkahkan kedua kakinya perlahan, aroma tidak sedap kian menusuk ke dalam indra penciumannya.
'Kenapa tempat ini bau sekali? Oh My God, aku tidak akan pernah membiarkan Maura datang ke tempat seperti ini lagi, pasti tempat ini di penuhi oleh bakteri serta kuman yang menyebabkan berbagai penyakit!' gerutunya kembali dalam hati.
"Ssttttt, Tuan tampan mau kemana? Sini mampir dulu, barang kali minat mau booking!" ucap wanita yang berpakaian sangat terbuka. Bukannya di lihat dengan jelas, Saga malah memejamkan matanya, sehingga wanita tersebut menjadi tersinggung, lalu Sagara menghiraukan wanita yang berdandan seperti ondel-ondel tersebut.
"Hey Tuan, belagu sekali anda, kalau saja tampangmu jelek sudah habis kau aku kuliti!" teriak wanita tersebut dengan suaranya yang tiba-tiba saja berubah menjadi sangar, persis seperti suara seorang pria.
Lagi dan lagi Sagara di buat bergidik ngeri.
"Aish, kenapa di tempat ini banyak sekali siluman jadi-jadian? Sialan..!" umpatnya sambil mempercepat langkah kedua kakinya.
Akhirnya ia menemukan alamat rumah teman putrinya, Sagara sempat menghela nafas panjangnya kemudian mengeluarkannya secara kasar.
Lalu Sagara memandang sekitar depan rumah tersebut.
"Kenapa Maura mau-maunya menginap di tempat kumuh seperti ini sih? Merepotkan saja!" cetusnya, kemudian Sagara mencoba mengetuk pintu rumah tersebut secara perlahan, dari balik pintu Ia bisa mendengarkan suara putrinya yang sedang tertawa terbahak-bahak, dan baru kali ini ia mendengar suara Maura tertawa lepas seperti itu, entah kenapa tiba-tiba saja dadanya terasa nyeri, seperti di tusuk oleh jarum, ia pun kembali tersadar atas apa yang telah ia lakukan terhadap Maura selama ini.
Kemudian pintu rumah pun di buka.
Ceklek
Sagara sangat terkejut saat ia melihat siapa yang saat ini berada di hadapannya.
"Kau, ngapain di sini!" ucapnya sembari menunjuk Zara dengan jari telunjuknya.
"T tuan!" ucap Zara terbata.
Sagara sempat terpana melihat Zara masih melilitkan handuk kecil di atas kepalanya, sepertinya dirinya baru selesai mandi, Sagara malah di buat sampai melotot, karena telah berhasil menatap leher jenjang milik Zara yang seputih susu, kali ini Zara terlihat berbeda di matanya.
Saat Zara tersadar bahwa dirinya masih mengenakan handuk yang masih terlilit di kepalanya.
"Ya ampun, hijab ku!" ucapnya yang kemudian buru-buru masuk ke dalam kamarnya, lalu mengambil hijab instannya.
'Hemmm, lumayan juga, Cantik! Eits apa yang ada di dalam otakmu Saga? Mana ada wanita menyebalkan itu cantik, tampang kampungan seperti itu!' elaknya dalam hati.
Lalu Zara kembali ke depan rumah dimana masih ada Sagara yang masih diam mematung, ia pun sampai lupa tidak mempersilahkannya masuk.
"M maaf Tuan, sudah menunggu lama!"
"Hemmm!" jawabnya tanpa ekspresi.
"Emmhhh, silahkan masuk Tuan!" ujarnya sambil menatap heran ke arah Sagara.
'Ada perlu apa Tuan Sagara datang ke sini? Perasan aku tidak cari masalah lagi dengannya?' batinnya merasa heran
Dengan seenak jidatnya, Sagara masuk ke dalam rumah Dewi tanpa melepaskan alas kaki alias sepatu nya terlebih dahulu, Zara yang melihat hal itu ingin sekali menegurnya, namun akhirnya ia urungkan, mungkin bagi Tuannya jika lantai rumah ini kotor.
Mengetahui ada tamu yang datang, tiba-tiba saja Maura dan Aqila datang berbarengan kemudian di susul oleh Suster Mira.
Maura dan Suster Mira si buat terkejut dengan kedatangan Tuan Sagara yang secara tiba-tiba, namun entah kenapa Maura malah tersenyum tipis.
"Maura, ternyata kau beneran ada di sini nak, ayo cepat kita pulang!" kali ini Sagara mencoba berbicara lembut terhadap putrinya.
Zara sontak kaget tidak percaya dengan apa yang sudah iya saksikan di depan matanya sendiri.
"Apa? Jadi Tuan Sagara adalah Papah kandungnya Maura?" tanyanya masih tidak bisa mempercayainya.
Sagara pun menatap tajam ke arah Zara, "Ya, Maura adalah putriku, memangnya kenapa?" ucapnya sembari menaikan dagunya.
"Oh jadi anda ini adalah seorang Ayah yang tidak pernah peduli dengan anaknya sendiri!" celetuk Zara yang asal ceplos, ia pun tidak sadar sudah berucap seperti itu, karena saking kesalnya dirinya atas kelakuan Ayah kandungnya Maura.
'Ya Tuhan, kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus pria menyebalkan ini yang menjadi Ayah kandungnya maura!' batinnya menggerutu kesal.
Mendengar Zara berkata begitu padanya, Sagara pun tidak terima.
"Woy, kau bilang apa barusan hah? Jangan sok ikut campur urusan keluargaku, ayo Maura kita pergi dari sini, mulai sekarang Papah tidak akan pernah memberikanmu ijin untuk datang ke tempat kumuh ini lagi, sangat bau dan menjijikan!" sungutnya sambil menatap ke arah Zara, seolah yang di sebut bau dan menjijikan itu adalah dirinya, Zara pun tidak terima.
"Anda bilang bau dan menjijikan, tapi wajah anda seolah menunjuk ke arahku! dengar ya Tuan Sagara yang terhormat, meskipun anda adalah bos saya, tapi anda tidak bisa bersikap semena-mena seperti ini!" tegasnya penuh dengan keberanian.
Sagara tidak menyangka jika wanita di hadapannya begitu berani padanya, seumur-umur ia belum pernah di bentak seperti ini oleh seorang wanita, apalagi wanita yang sangat ia benci.
Lalu Sagara mendekat ke arah Zara yang sedang berdiri mematung di depan pintu.
"Oh, sekarang kau sudah merasa hebat ya, kau tidak takut denganku hah? Aku bisa memecat mu kapan saja, jika kau masih berani kepadaku!" ancamnya dengan sengaja agar Zara takut padanya.
Zara malah menyunggingkan bibirnya."Anda kira saya takut, maaf ya Tuan Sagara, sedikit pun aku tidak memiliki rasa takut terhadap manusia seperti anda, di tempat kerjaku anda memang adalah atasanku, tapi di sini anda adalah Ayahnya Maura, seorang Ayah yang tidak pernah menyayangi putrinya layaknya anak sendiri, anda tidak pantas di sebut sebagai seorang ayah." cetusnya dengan sorot matanya yang nyalang, bahkan dadanya sampai naik turun.
Maura dan Suster Mira tidak percaya jika Zara berani menggertak Tuan Sagara yang terkenal memiliki sifat kejam dan juga arogan.
Mendengar perkataan dari Zara, Saga pun sampai mengepalkan kedua tangannya, rahangnya tiba-tiba saja mengeras, darahnya pun sudah mendidih.
"Sudah cukup, kau ingin mempermalukan aku lagi hah? Apakah kau tidak jera dengan hukuman yang telah aku berikan padamu?"
Zara pun terdiam, ia masih merasa kesal dengan pria di hadapannya.
"Saya hanya ingin membela Maura dari sikap anda yang tidak pernah adil padanya, saat saya mendengarkan keluh kesahnya tentang anda, hatiku benar-benar sakit, sebenarnya terbuat dari apa hati anda ini, Tuan? Apakah Tuan tidak sadar telah menyakitinya sekaligus menyakiti mendiang ibunya? Apakah Tuan tidak bisa menghargai setiap pengorbanan yang telah di lakukan oleh mendiang ibunya Maura? Anda tahu Tuan, demi melahirkan darah daging anda, ibunya Maura rela mengorbankan nyawanya, tapi mengapa dengan teganya anda malah menyia-nyiakan nya, itu sama saja anda telah menyakiti mendiang istri anda sendiri!" ucapnya, entah mengapa Zara bisa memiliki keberanian sebesar itu, tapi ia sangat puas karena sudah mengeluarkan unek-unek nya kepada Papahnya Maura yang ternyata adalah bos nya sendiri. Kali ini Zara sudah pasrah jika seandainya ia harus kehilangan pekerjaannya.
Semenjak Zara mengatakan perkataan nya yang barusan, Sagara tidak membalasnya, ia langsung terdiam dan buru-buru membawa Maura pulang bersamanya.
Bersambung....
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
sabar saga tunggu halal 😁