"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
“Gak kerja lagi? Kali ini, kenapa?” tanya Lily di telpon, Laura benar-benar tidak berangkat kerja dan bersantai di rumah sambil menonton televisi. Dia benar-benar sedang cosplay menjadi orang kaya, seperti yang dipinta oleh Sagara.
"Capek, habis lay4ni Daddy semalaman suntuk." Jawab Laura pelan. Nada suaranya saja terdengar lemas, dia emang makan merasa lemas saat ini. Apalagi lututnya, benar-benar masih terasa sekali lemasnya.
“Oalah, pantesan. Lemes yaa?”
"Iya, apalagi lutut gue. Rasanya kek lemes banget, kek gak ada tulangnya."
“Pasti kelamaan di atas, iya gak?” tebak Lily. Jujur, Laura cukup terkejut karena memang kenyataannya begitu, sebenarnya. Tapi dia tidak menyangka kalau Lily bisa menebaknya dengan mudah. Sepertinya, Laura lupa satu hal. Lily jauh lebih suhu dibanding dirinya. Sebelum dirinya mencebur ke dunia sugar baby, Lily sudah menyelam jauh di kedalaman.
"Kok tau?"
“Soalnya gue gitu kalau kelamaan main di atas. Yaudah, gue balik kerja lagi ya. Nanti kita sambung ngobrolnya.”
"Iya, makasih udah nanyain kabar gue."
“Santai aja. Istirahat ya, Lau.”
"Oke, Ly." Jawab Laura. Setelahnya, panggilan pun selesai. Hari ini, Laura benar-benar sedang menjelma menjadi orang kaya, dia tidak memasak apapun, tidak beberes karena ada orang suruhan Sagara. Dia hanya duduk seharian, makan, tidur, nonton televisi. Awalnya cukup menyenangkan, tapi Laura belum terbiasa. Dia merasa bosan dengan kehidupan seperti ini, tanpa melakukan apapun.
"Bosen.." gumamnya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Mungkin, kalau dia sudah menikah takkan terlalu bosan apalagi kalau sudah punya anak. Tapi sekarang jangan berharap apapun dengan hal apapun, pada siapapun.
"Telpon Daddy kali ya? Tapi, takutnya ganggu. Dia pasti lagi sibuk kerja jam segini." Gumamnya lagi. Dia masih mempertimbangkan banyak hal sebelum melakukan sesuatu. Tapi, tiba-tiba..
"Baby.." Sagara masuk ke apart, dia tersenyum sambil merentangkan tangannya. Laura terkejut, namun dia menyambut kedatangan sang pria dengan semringah. Laura beranjak dari duduknya, dia berlari kecil ke arah Sagara dan menghambur memeluknya dengan mesra.
"Kenapa hmm?"
"Kangen." Balas Laura sambil mendongak menatap wajah tampan Sagara yang tidak berkurang meskipun dia belum mandi setelah bekerja seharian.
"Benarkah? Baru setengah hari, padahal." Sagara terkekeh. Dia menepati janjinya untuk pulang tengah hari, dia bekerja setengah hari karena ingin menemani Laura.
"Tapi udah kangen, emangnya gak boleh ya, Dad?"
"Tentu boleh, baby. Kamu boleh kangenin Daddy, kapanpun."
"Aku baru aja mikir mau nelpon Daddy, tapi belum ada semenit habis mikir gitu, Daddy udah datang." Jawab Laura sambil terkekeh pelan. Sagara tersenyum, dia membelai lembut wajah Laura lalu mengecup singkat keningnya.
"Itu apa, Daddy?" Tanya Laura sambil menunjuk paper bag yang ditenteng oleh Sagara.
"Kopi."
"Yahh.."
"Daddy beli jus alpukat kesukaan kamu." Sagara mencolek pucuk hidung bangir Laura, membuat senyumannya kembali terbit.
"Peka banget sih, tau aja lagi pengen yang seger."
"Es krim Daddy mau?"
"Nggak, anyir!"
"Hahaha, sayang.." Sagara tertawa, membuat Laura mengerucutkan bibirnya.
Cup..
Sagara mengecup mesra bibir Laura lalu merangkul pinggang rampingnya dan keduanya duduk di sofa berdampingan, bukan lagi berdampingan tapi lebih ke berdempetan tanpa jarak.
"Hari ini kamu ngapain aja?"
"Cuma rebahan, makan, nonton televisi, main ponsel."
"Gimana rasanya? Menyenangkan, bukan?"
"Bosan, Daddy."
"Kenapa? Semua perempuan di luaran sana mendambakan hidup seperti ini, baby."
"Tapi kalau ada bayi, mungkin gak bakalan bosen ya? Soalnya pusing ngurusin bayi apalagi kalo rewel."
"Mau bayi?" Tawar Sagara tiba-tiba, membuat Laura terkejut.
"Apaan sih, Dad. Kayak yang udah siap aja punya anak."
"Kenapa tidak? Orang-orang seusia Daddy sudah pantas memiliki anak, teman-teman sebaya Daddy juga, semuanya sudah menikah."
"Terus, kenapa Daddy belum menikah?" Tanya Laura sambil mencomot croissant yang dibawa Sagara dan memakannya dengan lahap.
"Belum nemu yang cocok aja sih.."
"Padahal, kan Daddy ganteng, mapan. Udah tipe ideal perempuan manapun, pasti banyak yang naksir kan, Dad?"
"Ya itu dia, belum nemu yang pas, sayang."
"Ohh, begitu ya? Tapi mustahil kalau Daddy gak punya mantan, iya kan?"
"Ada. Tapi dia sudah menikah."
"Berapa orang, Dad? Banyak ya?"
"Hanya dua."
"Yang bener aja, Dad? Aku gak percaya." Tanya Laura sambil terkekeh. Jujur saja, mana dia percaya dengan ucapan Sagara? Usianya sudah sedewasa ini, mana mungkin hanya memiliki dua mantan kekasih? Belum lagi keadaan fisiknya yang menarik, kehidupannya juga mapan, bergelimang harta. Sedikit mustahil rasanya kalau ada yang tidak mau dengan Sagara.
"Iya. Daddy pacaran itu, pasti lama. Tapi ujung-ujungnya mereka menikah sama pria lain."
"Daddy ditinggal nikah?"
"Sudah dua kali. Yang kedua kalinya itu masih sekitar satu atau dua tahun yang lalu."
"Belum move on?"
"Sudah. Untuk apa gagal move on sama istri orang? Kek gak ada perempuan single saja." Jawab Sagara sambil tersenyum, dia mengusap puncak kepala Laura lalu mengecupnya.
"Daddy sedang ingin menjalani hubungan tanpa komitmen yang serius lebih dulu untuk saat ini. Jalani saja yang ada, tapi kalau memang Daddy sudah merasa yakin, pasti Daddy akan menikahi seseorang untuk menjadi pendamping hidup."
'Pasti itu bukan aku, kan? Aku hanya pelampiasan. Tidak. Aku hanya mainan ya?' Batin Laura sambil tersenyum kecut.
"Jangan banyak pikiran, baby. Kita jalani hubungan ini lebih dulu."
"Iya, Daddy."
"Jadi, mau pergi ke mall atau suatu tempat?" Tawar Sagara sambil tersenyum. Dia sedang meminum kopi sambil memakan kue sebagai cemilan, begitu juga dengan Laura.
"Pinggangku masih sakit rasanya, nanti malem aja gimana? Sekalian beli sabun mandi, udah habis."
"Oke, baby. Kalau begitu, bagaimana kalau kita menonton drama?"
"Boleh, Daddy." Balas Laura sambil tersenyum. Keduanya pun menonton televisi berdua.
Malam harinya, Laura dan Sagara pergi ke supermarket lebih dulu untuk membeli beberapa kebutuhan rumah. Selain sabun mandi, ada beberapa barang yang habis dan harus segera dibeli.
"Baby, beli bath bomb juga.."
"Oke, Daddy." Balas Laura. Dia memilih dan mengambil barang sesuai kebutuhannya. Untuk skincare dan keperluan pribadinya, Laura biasa membelinya bersama Lily. Selain barang untuk rumah, Sagara juga dengan wajah santai membeli sekotak kond*m sebagai persediaan, mungkin.
"Daddy ihh.."
"Biar aman, baby. Belum mau hamil, kan?"
"I-iya sih, tapi kan.."
"Lanjut belanja, baby. Biar Daddy yang membayar, kamu tidak perlu malu."
"Baiklah. Aku mau buah."
"Oke." Sagara mendorong troli belanja dan mengantar Laura ke section buah-buahan yang tidak terlalu jauh. Tapi..
"Lho, Sagara.." sapa seorang wanita dengan wajah yang terlihat begitu cantik dan anggun. Dia mendorong troli berisi barang belanjaan, namun hanya sendirian.
"Kamu lagi belanja ya? Sama istrimu?" Tanya nya lagi. Yang dimaksud istri olehnya adalah Laura, karena keduanya datang bersamaan.
"Hallo, salam kenal. Aku Catherine, mantannya Sagara."
Deg..
lanjut Thor dobel Napa Thor...