Fabian dipaksa untuk menggantikan anaknya yang lari di hari pernikahannya, menikahi seorang gadis muda belia yang bernama Febi.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya?
Bagaimana reaksi Edwin saat mengetahui pacarnya, menikah dengan ayah kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Fabian sedang duduk di belakang meja kasir sambil memainkan ponselnya. Dia melihat poto-potonya dengan Febi. Fabian tersenyum, merasa lucu dengan dirinya sendiri.
Dulu, mana pernah Fabian mau berpose dengan gaya begitu, meleletkan lidah, mengacungkan dua jari bahkan menyilangkan jari jempol dan telunjuk mengikuti gaya Febi.
Menikah dengan Febi, membuat jiwanya seolah muda kembali. Fabian memilih sebuah poto yang menurutnya bagus, Febi dan dirinya tersenyum kompak ke arah kamera, memotongnya sedikit, lalu menjadikannya status whatsapp.
Fabian mencari kontak Febi, hendak mengirim pesan kepada istrinya, yang memilih diam di rumah, karena kecapean setelah melayaninya pagi-pagi. Febi memilih tidur kembali, beralasan cape dan mempersiapkan tenaga, karena nanti mereka akan pulang ke rumah orangtua mereka.
'Sayang masih tidur?'
Tak disangka pesannya langsung terbaca oleh Febi.
Febi membalasnya dengan mengirimkan poto, Fabian langsung mengklik tombol unduh, begitu poto berhasil di unduh, Fabian jadi mau cepat-cepat pulang.
Satu pesan menyusul masuk, 'Baru bangun, tapi mager,'
"Boleh pulang sekarang nggak?" pesan yang Fabian kirimkan.
'Mau berangkat ke rumah mamah sekarang?'
"Bukan, mau ikut rebahan juga, pengen di kelonin."
'Dasar om-om mesum," balasan dari Febi disertai emoticon leletan lidah.
Fabian tak tahu kenapa dia jadi seperti ini, istilah anak jaman sekarang, bucin alias budak cinta. Fabian ingin selalu dekat dengan istrinya, dia seakan tak pernah bosan untuk menyentuh Febi, segala yang ada di diri Febi menjadi candu untuknya.
Fabian sempat berpikir, mungkin karena efek pengantin baru. Sebenarnya Fabian merasa kasian melihat Febi, harus mandi dan keramas berulang kali, tapi setiap dekat dengannya, hasrat Fabian langsung muncul tak dapat di tunda.
Fabian keluar dari laman percakapannya dengan Febi, saat menggulir ke bawah, dia melihat jika pesan-pesan untuk anaknya sudah terbaca. Secepatnya Fabian menekan tombol gagang telepon untuk menghubungi Edwin, namun nahas nomor ponselnye kembali tak dapat dihubungi. Fabian melihat keterangan di bawah nama anaknya terakhir dilihat, sekitar dua jam yang lalu.
Fabian mengumpat dirinya, saat itu dia sedang melayani konsumen tokonya. Tak menyerah, Fabian mencoba menghubungi nomor Lidya, mantan istrinya, tersambung, namun hingga dering telepon berakhir, panggilannya tetap tak terjawab.
Fabian tak menyerah, dia mencoba lagi, panggilan kedua dan ketiga tetap sama, baru pada panggilan ke empat, panggilan teleponnya di jawab Lidya.
'Hallo, siapa ini?' suara khas bangun tidur, Lidya tak tahu siapa yang menghubunginya, mengganggu dirinya yang baru saja terlelap tidur siang.
Fabian segera masuk ke ruangan brankas, agar lebih bebas berbicara.
"Lidya, ini aku, Fabian."
Mata Lidya terbuka dengan sempurna saat mengetahui siapa yang menghubunginya. Dia menjauhkan ponselnya untuk melihat dengan pasti jika pemanggilnya betul-betul Fabian.
Lidya mengumpat kecerobohannya, tapi kemudian dia tersadar jika tak mungkin menyembunyikan perkara ini lebih lama lagi dari Fabian, dia ayah kandung Edwin.
Beruntung saat ini Lidya sedang di platnya sendirian, suaminya sedang pulang dulu ke Indonesia, ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.
'Ya, kenapa?'
"Kenapa kamu bilang, dimana kalian? dimana Edwin?" suara Fabian sedikit meninggi.
'Bhi....' tiba-tiba terdengar suara tangisan Lidya di seberang telepon.
Bhi adalah panggilan khusus Lidya untuk Fabian saat mereka bersama.
"Halo... halo.. kamu kenapa menangis Dhi?"
Kemarahan Fabian berubah jadi kepanikan saat mendengat suara tangisan Lidya.
Dhi adalah panngilan khusus Fabian untuk Lidya.
Setelah belasan tahun, tanpa sadar mereka saling memanggil menggunanakan nama panggilan kesayangan mereka dulu.
Beberapa saat masih terdengar suara tangisan Lidya, dan Fabian dengan sabar menunggu hingga tangisan Lidya mereda.
Lidya terdengar menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar, hembusannya terdengar oleh Fabian.
'Kami berada di Singapore, Edwin sakit!'
"Sakit? sakit apa?"
'Sipilis...' ucap Lidya lemah.
"Apa? Kenapa bisa penyakit seperti itu?"
'Aku nggak bisa jelasin di telepon. panjang.'
"Okey, sekarang kasi alamat rumah sakit tempat Edwin di rawat! secepatnya aku usahakan terbang ke sana."
Fabian mengakhiri panggilannya pada Lidya. Dia duduk termenung, bertanya-tanya, bagaimana anaknya bisa menderita penyakit kelamin seperti itu. Lalu bagaimana dengan Febi, tapi dirinya sangat sadar, saat pertama melakukannya dengan Febi, istrinya masih perawan, bahkan harus beberapa kali melakukannya, sampai dia bisa menembus tanda keperawanannya.
Lama berpikir, Fabian jadi merasa bersalah sudah menikahi Febi, bahkan tak bisa menahan diri menyentuh Febi.
'Apa reaksi Edwin, jika mengetahui ayahnya menikah dengan pacarnya?'
' Haruskah Fabian memberitahu istrinya?'
'Bagaimana j**uga dengan reaksi Febi, saat mengetahui Edwin tak datang di hari pernikahannya, karena sakit, dengan penyakit yang... entahlah.'
Semua pemikirannya, membuat kepalanya sakit. Setelah menitipkan toko pada Mayang dan Rifki, Fabia memilih pulang ke rumahnya.
¤¤FH¤¤
Lidya lega sudah memberitahu Fabian tentang penyakit anak mereka. Bagaimanapun Fabian adalah ayah kandung Edwin, sudah seharusnya mengetahui perkara ini.
Edwin juga pasti membutuhkan support dari ayahnya. Dukungan secara moril dan materil.
Lidya membuka laman percakapan dengan mantan suaminya, untuk memberitahu alamat rumah sakit, tempat Edwin di rawat. Setelahnya Lidya tak meneruskan tidur siangnya, dia memilih segera bersiap mengunjungi Edwin lagi, sebentar lagi jadwal kunjungan sore, meski tadi pagi sudah mengunjunginya, dia tetap harus menemani Edwin saat sore hari, agar Edwin tak terlalu kesepian.
BERSAMBUNG
Mon maaf jika visualisasi Febi nggak sesuai harapan readers tercinta.
Selamat membaca.
penasaran terus
gak enak banget dibaca
semoga bian dan Febi bahagia selalu
kan katanya sejak kecil Fabian kurang kasih sayang mama