Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan Utama
Setelah selesai mandi dan bersiap, Erlan turun kemudian melangkah menuju meja makan. Dia melihat Diandra yang sedang asik mengobrol dengan Bik Jum dan Bik Odah. Lagi-lagi Erlan terpukau dengan sikap ramahnya.
Diandra selama ini tidak punya teman mengobrol atau bersenda gurau, wajar saja dia bisa langsung akrab setelah beberapa kali berbincang dengan kedua asisten rumah tangganya itu. "Siall. Bener-bener siall. Cuma kayak gitu aja tapi senjataku langsung berkedut. Semuanya sangat natural dan ... dan aku sangat suka sikapnya," batin Erlan terpaku menatap wajah Diandra.
Kedatangan Erlan di ketahui oleh Bik Odah dan seketika ketiga wanita itu langsung bungkam. "Mbak Dian, kami izin pamit dulu ya?" izin Bik Jum kemudian segera menarik tangan Bik Odah. Diandra hanya mengangguk dan menatap Erlan yang sedang berjalan ke arahnya.
"Dia begitu tampan, tetapi kenapa begitu kejam. Tunggu, aku ralat. Kejamnya diawal pertemuan, sekarang udah cukup baik sih," batin Diandra. "Tuan, maaf! Susu evaporasi habis. Apa Tuan mau susu kental manis atau mau susu kambing atau susu fermentasi lainnya?" tanya Diandra dengan ramahnya. Cara bicara Diandra malah membuat Erlan gemas.
"Aku mau yang ada didada kamu saja," jawab Erlan kemudian merengkuh kedua bulatan kenyal milik Diandra. Tanpa basa-basi lagi, Erlan membuka beberapa kancing blouse bagian atas istrinya dan menyesap kedua bulatan kenyal yang telah menonjol sempurna itu.
"Tu-Tuan ... ah! Ja-jang-jangan disini," ucap Diandra terbata karena tidak kuasa dengan rasa dari sentuhan mulut dan tangan Erlan. Namun Erlan tidak mendengarkan perkataan Diandra dan malah mendorong tubuh Diandra masuk ke dalam kamar mandi di sebelah dapur. Erlan melahap bibir Diandra yang dia tahu sejak tadi sedang menahan suara kenikmatannya. "Tu-Tuan!" Diandra ingin protes dan mendorong tubuh Erlan perlahan agar mengakhiri ciuman dilehernya juga remasan dikedua bulatan kenyal milik Diandra.
"Diam lah! Aku sudah pernah bilang menurut lah dan ... dan jangan panggil aku Tuan," ucap Erlan tepat di telinga Diandra hingga membuat sensasi lebih dalam tubuhnya.
"Emh!" Diandra ingin menjawab, tetapi mulutnya telah dibekap oleh mulut Erlan.
"Ah!" desah Erlan sangat menikmati sensasi dan suasana yang berbeda itu. "Kenapa kamu begitu nikmat dan selalu saja menggodaku, Sayang. Ah ... rasanya semua milikmu ini selalu memanggil hasratku untuk bercinta," ucap Erlan kemudian duduk di water closet duduk dan memangku Diandra. Kini di depannya benar-benar terpampang dua benda yang sangat menggiurkan hasratnya.
"Sayang! Aku malu harus melakukan disini. Kalau ada yang mendengar bagaimana? Lagian kamu harus sarapan dan pergi ke kantor," ucap Diandra, tetapi Erlan tidak merespon malah kembali melahap bergantian bulatan kenyal milik Diandra.
"Keluarkan lah suara merdu yang menggairahkan ku, Sayang. Aku hanya akan bermain sebentar. Aku butuh asupan giziku," jawab Erlan menurunkan tubuh Diandra lalu melepaskan kain segitiga yang menggangunya. Setelah itu Erlan segera melepaskan gesper dan menurunkan celananya. Senjatanya sudah siap bertempur.
Erlan kembali menarik tubuh Diandra untuk segera duduk kembali diatas pangkuan dengan posisi senjata yang masuk ke dalam milik Diandra. "Ah ... Sayang!" rintih Diandra membuat semangat Erlan membara.
"Bergoyang lah dan keluarkan suaramu," titah Erlan dan Diandra pun menurut. Erlan benar-benar menikmati permainan panas mereka hingga Erlan menuntaskan hasratnya yang membara.
...***...
"Sandwich ini enak, siapa yang membuatnya?" tanya Erlan kini sudah berada di meja makan.
"Saya, Tu- ... maksudnya aku yang buat, Mas," jawab Diandra malu-malu.
"Mas?" Erlan mengulang panggilan yang Diandra lontarkan.
"Tuan nggak suka? Nanti akan say-"
"Aku suka." Erlan pun melanjutkan sarapannya kemudian meminum teh hangat sebagai tanda dia selesai dengan sarapannya. "Aku kenyang." Erlan beranjak dari tempat duduknya dan akan segera melangkah pergi.
"Tunggu, Mas!" cegah Diandra dan Erlan hanya mengangkat satu alisnya untuk bertanya. "Dasinya miring," ucap Diandra kemudian berjinjit untuk memperbaiki dasi yang dikenakan Erlan. Karena tidak mau membuat Diandra kesusahan, Erlan pun mencondongkan tubuhnya agar Diandra tidak perlu jinjit. "Sudah, hati-hati dijalan. Semoga pekerjaanmu lancar, Mas," ucap Diandra kemudian meraih tangan kanan Erlan untuk dia cium punggung tangannya.
Erlan benar-benar merasa desiran aneh mengalir ditubuhnya. Untuk pertama kalinya dalam hidup, rasa yang tidak bisa dia ungkapkan itu muncul. "Hm. Terima kasih. Aku berangkat sekarang," jawab Erlan segera mempercepat langkah kakinya.
Di dalam mobil, Jio telah menunggunya sejak dua puluh menit yang lalu. Laki-laki itu bahkan sampai bosan menunggu Tuannya. Parahnya lagi, Jio harus melihat Tuannya seperti orang gila karena sejak masuk mobil Erlan terus senyum-senyum tidak jelas. "Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Jio membuka suara di tengah kemacetan jalanan.
"Memang aku kenapa, hah?" tanya Erlan balik, tentu dengan nada dan raut wajah yang diluar dugaan Jio.
"Ah ... itu tadi ... em Tuan sejak tadi senyum-senyum sendiri. Apakah Tuan sedang mendapatkan proyek baru? Tapi setahu saya walaupun Tuan mendapatkan proyek baru tidak pernah sebahagia sekarang," jawab Jio yang sebenarnya sangat ragu mengungkapkan isi hatinya.
"Brengsekk lo," jawab Erlan seraya memukul bahu Jio. "Tapi aku memang sedang mendapatkan proyek baru yang aku yakini akan berkembang pesat juga membuat Mami dan Nenek bahagia," lanjut Erlan kembali dengan raut wajah sebelumnya.
"Syukurlah. Apa perlu dirayakan, Tuan? Supaya proyeknya benar-benar lancar dan berjalan sesuai rencana," kata Jio memberikan ide yang brilian.
"Boleh juga. Beri bonus semua karyawan kita dan nanti malam booking restoran untuk mereka makan malam." Jio hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali karena tidak percaya dengan sikap Tuannya itu.
"Saya juga dapet bonus, Tuan?" tanya Jio dengan wajar berbinar.
"Ya. Ambil juga bonus kamu karena kamu telah memberikan aku istri yang sempurna," ucap Erlan tanpa sadar.
"Oh ... jadi ini karena sikap Nyonya Diandra. Jangan-jangan maksud proyek yang tadi itu tentang pembuatan anak. Ah ... terserahlah. Yang penting dapet bonus," batin Jio.
Selama beberapa tahun ini, jangankan mendapatkan bonus, gaji karyawan saja banyak yang dipotong jika kinerjanya tidak sesuai dengan kemauan Erlan. Bukan hanya itu, bahkan beberapa karyawan sampai di sp 3 dan dipecat karena dianggap tidak becus bekerja. Namun karena sikapnya itu, Erlan berhasil membuat perusahaan peninggalan kakeknya itu berkembang pesat dan Erlan mendapatkan apresiasi dari beberapa majalah bahkan menjadi model di cover majalah bisnis.
"Semoga Tuan Erlan terus seperti ini biar isu CEO kejam itu hilang," gumam Jio.
"Apa kamu bilang?" tanya Erlan ingin memastikan pendengarnya.
"Tidak ada, Tuan. Kita langsung ke kantor Pak Davis kan ya?" Jio pun mengalihkan pembicaraan.
"Hm." Erlan hanya berdehem singkat.
"Baiklah!" Jio tidak berani berkata-kata lagi karena khawatir jika mood Erlan berubah dan bonusnya hilang.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚