Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
"Aku bosan di kontrakan, bosan pergi ke kampus. Lihat Kasih, dia pergi liburan lagi. Naik pesawat, aku juga mau."
Mia mengadu pada Dito.
"Kalau kamu mau seperti itu ya sabar, nunggu kita kerja dan uang."
"Bapak kamu kan kaya, masa sih kamu gak di beri kalau mau pergi liburan?"
"Kamu tahu sendiri bapak ku pelit," ujar Dito.
"Ah, menyebalkan. Percuma nikah sama kamu, suami gak tahu di untung. Cuma bisa main doang di atas ranjang!" Cibir Mia kemudian ia mengambil tasnya lalu pergi.
"Brengsek!" Umpat Dito kesal. "Kalau ku tahu menikahi Mia hanya menjadi beban. Aku tidak akan mau menikahi dia. Masih mending Kasih, dia tidak pernah menuntut hal apa pun pada ku."
Dito juga memutuskan untuk pergi, apa lagi kalau bukan pergi nongkrong bersama teman-temannya.
Sedangkan Kasih, ia yang sedang pergi berlibur merasa sangat senang sekali. Sejak menikah dengan Rangga, banyak hal baru yang Kasih rasakan dalam hidupnya.
"Mas, kapan-kapan aku mau mengajak ibu dan Nada pergi liburan seperti ini. Pasti mereka bahagia," ucap Kasih pada suaminya.
"Kenapa gak bilang?, kalau tahu begitu kita ajak ibu dan Nada aja kemarin."
"Ya gak bisa mas, Nada sebentar lagi ujian sekolah. Jadi dia tidak bisa pergi kemana-mana."
"Sayang, kamu bisa berenang gak?" Tanya Rangga yang lupa jika Kasih bisa berenang.
"Bisa dong mas. Kenapa?" Kasih bertanya balik.
"Berenang yuk, mas udah lama gak berenang."
Kasih mengiyakan, kebetulan sekali kamar hotel mereka memiliki kolam renang pribadi.
Mereka berenang, main kejar-kejaran di dalam air. Kasih yang kelelahan memilih duduk di pinggir kolam renang.
"Sayang, selain menjadi istri mas. Cita-cita kamu apa?" Tanya Rangga iseng.
"Menjadi istri mu sebenarnya bukan cita-cita ku dan aku belum memikirkan pernikahan. Tapi, sudah terlanjur menikah dan aku mencintai kamu, ya sudahlah terima aja. Kalau cita-cita ku hanya ingin kaya raya tanpa kerja keras," jawab Kasih membuat Rangga tertawa.
"Heran sama kamu, suka banget melucu." Ujar Rangga.
"Kalau mas pasti tidak memiliki cita-cita karena mas Rangga udah kaya sejak janin," sahut Kasih lagi-lagi membuat Rangga tertawa.
"Jelek begini mas punya cita-cita loh," ujar Rangga tak mau kalah.
"Apa?" Tanya Kasih singkat.
"Bikin anak bareng kamu," jawab Rangga membuat Kasih bergeleng kepala.
"Mas, ada-ada aja jawabannya!"
Berenang selesai, karena Kasih lapar. Mereka bergegas mengeringkan tubuh masing-masing kemudian berganti pakaian. Setelah itu Kasih dan Rangga pergi mencari makanan.
Menghabiskan waktu berdua, jalan sana jalan sini, belanja sana belanja sini. Tidak, bukan Kasih yang belanja melainkan suaminya sendiri. Kasih sampai hari ini masih sadar diri tidak mau menggunakan uang suaminya untuk berfoya-foya. Bahkan, uang bulanan yang di berikan Rangga rapi ia simpan di tabungan.
"Kamu ngomong dong sama mas mau belanja apa?, jangan diam aja." Kata Rangga bingung.
"Gak ada kok mas beneran. Nanti kalau aku pengen sesuatu, aku akan bilang sama kamu."
"Tapi, perasaan dari tadi mas mulu yang belanja. Kamu cuma beli ini aja," ujar Rangga yang menunjukan tas rajut khas tempat tersebut.
"Ya pengennya cuma itu. Lagian, aku sudah biasa terdidik irit. Kata ibu cari uang itu susah, jadi gak boleh semena-mena membuang uang. Mas belanja sebanyak itu, nanti kalau kita pulang, terpakai gak semua barang-barang itu?"
Rangga terdiam, ia berpikir jika apa yang di katakan oleh istrinya ada benarnya juga.
"Ya udah, kita makan malam setelah itu pulang. Kamu mau makan apa?" Tanya Rangga.
"Aku pengen makan cumi asam manis. Tadi ku lihat di kedai sebelah sana sepertinya enak." Jawab Kiran langsung di iyakan oleh suaminya.
"Istri ku memang berbeda, di tanya makan apa langsung jawab. Jadi, kaum kumisan gak harus berpikir milih selera kalau kaum lemah lembut mau makan." Batin Rangga.
Namanya juga Kasih, perempuan ini menghargai apa pun yang ia makan. Selera atau tidak selera tetap ia makan.
Selesai makan, mereka langsung kembali ke hotel.
"Perut kenyang, hati senang, istri bahagia, tinggal suami minta jatah." Ucap Rangga yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Yang di pikirin jatah melulu. Heran sama kamu mas."
"Ada istri kalau di anggurin itu mubazir. Istri itu kalau gak di goyang malam, paginya pasti lesu."
"Belajar dari mana kamu mas?" Tanya Kasih curiga.
"Gak dari mana-mana, cuma nebak aja!"
"Halaah....gak percaya aku. Kamu itu kalau ngomong suka bener!"
"Nah tuh kan. Mas bener, mas itu suka memperhatikan kamu. Makanya mas berani ambil kesimpulan seperti itu."
"Udah, aku mau cuci muka dulu." Ujar Kasih sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
sekitar lima belas menit berada di kamar mandi, akhirnya Kasih keluar. Mata Rangga terbelalak saat melihat istrinya yang keluar dengan menggunakan lingerie berwarna hitam.
Sungguh indah dan menggoda, Rangga menelan ludahnya kasar. Lingerie hitam membalut tubuh putih mulus milik istrinya.
"Sayang, sejak kapan kamu punya pakaian haram seperti ini?" Tanya Rangga berliuran.
"Tadi, saat kamu beli pakaian dalam tadi aku nguntit satu." Jawab Kasih malu-malu.
Tangan Rangga meremas jagung miliknya, bulu kuduk Rangga mendadak berdiri saat Kasih tiba-tiba saja memeluk dirinya.
"Rugi besar kalau gak di bantai," batin Rangga langsung menggendong istrinya ke atas tempat tidur.
Rangga merayap di atas tubuh sang istri, mengabsen bagian favorit di tubuh istrinya.
"Seger betul, sampai subuh pun aku kuat." Ucap Rangga dalam hati.
Rangga mulai menyambar bibir manis milik Kasih, mengisap lembut berjelajah di dalam mulut. Meremas lembut sambil memainkan biji mete berkualitas tinggi. Kenyal-kenyal bikin nagih, Rangga menyusu seperti bayi di atas sana.
Aaaaah.......
Kasih mendesah* membuat urat kepala Rangga semakin tegang. Ia sudah tidak tahan, akhirnya jagung milik Rangga masuk juga kedalam ladang milik Kasih.
Bup.....bup.....bup......
Bunyi indah dari cangkul milik Rangga yang membabat rumput hitam lebat. Rangga meminta pada Kasih untuk berada di atas dirinya.
Dengan gaya anggun tapi liar, Kasih mulai menjepit cangkul milik suaminya.
Wajah penuh kenikmatan, Rangga sangat menikmati permainan istrinya yang berada di atas apa lagi kedua tangan nakalnya bermain di pepaya gantung milik Kasih.
******** Rangga memenuhi ruangan, Rangga yang hampir keluar langsung membalikkan tubuh Kasih lalu menggenjot bergantian. Tidak mau sendiri, Rangga juga ingin sang istri merasakan nikmat bercinta.
Plok.....plok...plok.....
Aaaaaaah..........
Suara Kasih lebih dominan, perempuan ini begitu menikmati puncak semburan terlebih lagi Rangga menyusu di pepaya gantung milik dirinya. Tubuh mereka saling menggelinjang menumpahkan kenikmatan. Rangga berhasil menyebar benih jagung miliknya di ladang Kasih.