Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Bab 26
POV Author
Meski tidak bisa menemukan apa yang ia cari setelah bepergian bersama Arka, Rahayu mencoba mencarinya lewat internet. Dan benar seperti apa yang Kakek Sugeng katakan kalau ada beberapa Rumah Sakit yang bisa di akses informasinya dari sana. Meski informasi tersebut terbatas hanya di bagian umum saja.
Rahayu menandai Rumah Sakit yang tidak perlu ia datangi kembali. Setelah menyisihkan beberapa, tinggalah 3 Rumah Sakit yang menjadi titik fokus Rahayu dalam pencariannya.
Beberapa Hari pun berlalu, karena kesibukan tugas kampusnya, Rahayu tidak sempat untuk mendatangi Rumah Sakit yang sudah ia tandai. Akhir pekan yang seharusnya ia gunakan untuk mengunjungi orang tuanya pun ia lewatkan untuk mengganti hari mengecek Rumah Sakit.
Seperti biasa, Arka sudah siap menemani Rahayu dengan motor keongnya. Padahal sebelumnya Rahayu sudah menolak untuk pergi sendirian kali ini. Namun tuan muda tetap lah tuan muda. Jika ajakannya tidak lah berhasil, maka ucapannya itu di jadikan perintah olehnya.
"Jadi tinggal 3 Rumah Sakit?"
"Iya Mas."
"Sepertinya kita harus cari senior yang sudah bekerja lama disana. Kalau bertanya sama yang baru bekerja 3-6 tahun, tentu tidak bisa memberikan informasi yang kita perlukan."
"Tapi kayaknya jarang ada yang bekerja lama sampai 18 tahun untuk sebuah Rumah Sakit Mas."
"Kalau begitu jangan bertanya di bagian administrasi. Kita bertanya kepada pekerja yang lain."
"Siapa Mas?"
"Nanti kamu juga akan tahu. Kali ini, kita coba masuk ke dalamnya dan melihat-lihat."
"Berarti harus tunggu jam besuk dong Mas?"
"Memang begitu harusnya."
Rahayu melihat jam di handphonenya. Masih ada 3 jam sebelum jam besuk Rumah Sakit berlaku. Rasanya akan percuma kalau ia pergi saat itu juga.
"Iya tahu... masih awal. Karena itu, kita jalan-jalan saja dulu atau bertanya dengan orang-orang yang tinggal di sekitar Rumah Sakit yang kita tandai. Siapa tahu mereka bisa membantu kita memberikan jawaban yang kita cari." Ujar Arka lagi.
Rahayu mencerna kata-kata Arka dan menurutnya ada benarnya juga.
" Ya sudah. "
Arka tersenyum, lalu memberikan helm yang biasa Rahayu pakai saat berkendara dengannya. Gadis itu pun naik ke motor Arka sambil menggunakan helmnya. Begitu siap, Arka pun mulai melaju meninggalkan kendaraan.
Jarak Rumah Sakit yang sudah di tandai tidak terlalu jauh. Hanya dalam 20 menit, mereka sudah tiba di kawasan Rumah Sakit dan melihat-lihat di sekitar. Banyak bangunan ruko yang tampak baru serta rumah warga yang terlihat sudah lama tinggal di sana. Ketika melihat ada warga yang tampaknya bisa di tanyai, Arka kemudian menghentikan kendaraannya dan hendak bertanya pada seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu halaman rumahnya.
"Permisi Bu, mau numpang tanya." Sapa Arka.
"Ya, mau tanya apa ya?"
"Begini Bu, teman saya ini sedang melakukan tugas kuliah. Lalu dia di beri tugas untuk mencari nama ruangan Anggrek Bulan di Rumah Sakit itu." Tunjuk Arka dengan jarinya. "Kira-kira, apa Ibu tahu?"
Rahayu sedikit terkejut karena Arka berbohong. Ia pun memegang ujung jaket Arka di pinggang sebagai kode kenapa pemuda itu meski berbohong.
Bukannya menjawab Rahayu, Arka malah mengambil tangan gadis itu dan menggenggamnya dengan lembut.
Kesempatan dalam kesempitan.
Akibat dari perbuatan Arka tersebut, jantung Rahayu berdebar-debar karenanya dan membuat pipi gadis itu memerah karena malu.
"Anggrek Bulan?" Ulang sang Ibu tampak berpikir. "Mungkin Bapak lebih tahu dari pada saya. Bapak bekerja di rumah sakit itu cukup lama sebagai tukang bersih-bersih taman di dalam sana."
"Oh, bisa minta tolong di tanyai Bu?"
"Sebentar. Pak...! Pak... Sini sebentar!"
Ibu itu memanggil seorang pria paruh baya dengan melambaikan tangannya. Pria tersebut pun datang mendekatinya.
"Ono opo toh?"
"Iki loh Pak, cah bagus dan cah ayu nanyaken ruangan Anggrek Bulan di Rumah Sakit iku."
"Anggrek Bulan?" Ulang si Bapak tampak berpikir. "Ruangannya sudah lama pada di ganti."
"Bapak tahu? Apa pernah ada nama ruangan itu di Rumah Sakit situ Pak?" Tanya Arka.
"Memang pernah ada dulu. Ruangan itu di gunakan untuk perawatan ibu-ibu pasca melahirkan. Tapi sekarang sudah di ubah jadi ruang Srikandi kalau tidak salah."
Bagai mendapat durian runtuh ucapan di Bapak membuat Arka dan Rahayu tampak antusias. Benar-benar suatu keberuntungan mereka bertanya kepada orang yang tepat.
"Bapak yakin?" Tanya Arka memastikan.
"Yakin. Wong Bapak baru berhenti setahun yang lalu. Bapak berkerja disana sudah 16 tahun lamanya sebagai perawat kebun."
Jika mendengar penuturan si Bapak, itu artinya setelah aku di lahirkan, Rumah sakit itu masih menggunakan nama ruangan lama selama beberapa tahun kedepan. Batin Rahayu berasumsi.
"Wah! Terima kasih Pak, atas informasinya."
"Sama-sama. Adek- adek ini sebenarnya untuk apa toh mencari nama lama ruangan Rumah Sakit?" Tanya si Bapak.
"Tugas kuliah tadi katanya Pak." Si Ibu menyela.
"Iya Pak..., buat tugas kuliah dia ini." Jawab Arka melihat pada Rahayu.
"Oh begitu."
"Oh ya Pak. Apa masih ada pekerja lama yang bekerja disana?"
"Wah, kayaknya banyak yang sudah ganti dek."
"Oh begitu. Kalau begitu, terima kasih informasinya ya Pak. Kami permisi dulu."
"Sama-sama dek. Semoga tugasnya dapet nilai bagus ya."
"Aamiin..." Jawab Arka.
Setelah itu, Arka dan Rahayu bersalaman dengan Ibu dan Bapak tersebut. Kemudian mereka pun menaiki kembali sepeda motor keong dan mulai melaju meninggalkan rumah warga tadi.
"Kok banyak diem? Kita cari tempat enak buat ngobrol. Ada yang baru terpikirkan oleh ku."
Rahayu mendengar ucapan Arka namun tidak menjawab karena masih kepikiran soal genggaman tangan Arka padanya.
Kemudian mereka pun berhenti di sebuah warung kopi dan memesan minuman disana.
Arka memang sengaja tidak mencari tempat jauh dari rumah sakit. Karena itu ia memilih warung kopi tersebut untuk berbicara sambil menunggu.
"Kita beruntung, langsung menemukan rumah sakit yang kita cari. Tapi selama berbicara dengan Bapak tadi, aku berpikir..apakah mungkin rumah sakit tersebut sudah menggunakan CCTV 18 tahun yang lalu? Kalau pun ada, apa masih ada rekamannya karena itu sudah sangat lama. Mau bertanya dengan perawat yang berjaga di ruang bayi pun, apa mereka masih ingat karena mungkin sudah ribuan bayi yang mereka di tangani selama bertahun-tahun. Jadi aku pikir mungkin jika kita tetap masuk ke Rumah Sakit itu, akan menjadi sia-sia saja."
Rahayu terdiam mendengarkan penuturan Arka. Wajahnya yang tadi bersemangat berganti muram dan terlihat putus asa. Karena apa yang di katakan Arka ada benarnya.
Arka menghela napas panjang melihat raut sedih wajah Rahayu. Kemudian dia meraih tangan gadis itu yang sedari tadi meremas tangan sendiri di atas meja dan menggenggam lembut seperti tadi.
"Jangan sedih. Aku akan terus membantumu. Jika benar kamu bukan anak kandung mereka, maka aku akan masuk ke sarang mereka untuk menari tahu yang sebenarnya." Jelas Arka dengan tatapan serius.
"Maksudnya Mas?" Tanya Rahayu bingung.
"Aku akan mendekati Arumi dan kalau perlu jadi pacarnya untuk bisa mengorek informasi darinya."
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊