Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan lamaran
"Mas, aku mau untuk acara 7 bulanan nanti. Mas ngundang Vina. Biar dia lihat kalau aku bisa hamil anak kamu, anak perempuan yang kamu idamkan." ucap Vina saat sarapan.
"Baiklah." jawab Anwar.
Sebenarnya dia pun juga merindukan Vina. Apalagi setelah membandingkan sifat Nadin dan Vina. Di lubuk hatinya, sekarang dia sudah merasakan sedikit penyesalan.
"Aku ingin pamer padanya. Karena dulu dia berkata bahwa merebut punya orang nggak bakalan bahagia. Aku mau buktikan kalau kita sangat bahagia. Apalagi dengan kehamilan ini." lontar Nadin.
"Boleh, bagaimana kalau kita ke tempatnya saja. Nanti sore." jawab Anwar.
"Sekalian aku mau ketemu dan mendengar suaranya." batin Anwar.
🍁🍁🍁🍁🍁
(Sebelumnya, aku minta izin pada kalian. Mungkin selama ini kalian pun sadar. Jika aku selama ini sangat menghormati Bunda kalian. Dan mungkin kalian juga tau kalau selama ini aku menyukai kalian.) Iqbal mengirim Wa pada grup chat yang beranggotakan 4 orang. Iqbal, Syahril, Adit, dan Saka.
(Jadi, untuk malam ini, aku ingin agar kalian bisa memberikan aku izin, agar bisa membahagiakan Bunda kalian. Aku berjanji akan menjaganya dan menyayangi kalian seperti anak-anakku sendiri)
(Bisa kalian luangkan waktu untuk nanti malam? Aku mau ngelamar Bunda kalian di resort x tepi pantai).
(Wahh,,, Pak Dokter akhirnya berani juga ya, aku kira bakal memendam rasa sampai mati) balasan Saka penuh dengan emoticon ketawa.
(Aku akan memegang janjimu Dokter. Nanti malam kami akan ke sana.) Balas Adit serius.
(Aku juga akan ke sana.) balas Saka.
(Ciee, yang siap nikah untuk ke 2 kalinya. BTW aku sudah mempersiapkan semuanya.) balasan Syahril.
(Terimakasih untuk kalian semua) balasan Iqbal.
Dan Syahril memberitahu semua rencananya sama Adit dan Saka melalui voice note.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sore harinya, Anwar bersama Nadin datang ke rumah Vina. Kebetulan Saka baru sampai menjemput pakaian kotor milik pelanggan.
"Mana Vina?" tanya Nadin. Dia memang nggak pernah memanggil Vina dengan embel-embel Mbak atau semacamnya.
"Siapa?" tanya Saka.
"Bunda mu, Vina kemana?" tanya Anwar.
"Tolong kasih tau, kami datang kesini. Ada keperluan." kata Anwar lagi.
"Ada apa?" tanya Vina yang mendengarkan suara orang-orang bicara diluar.
"Eh itu jandamu Mas." ejek Nadin. Sambil menunjukkan dengan dagu.
"Vina, minggu depan jangan lupa ke rumah ya. Sekalian kamu ajak anak-anak. Untuk acara syukuran 7 bulanan aku. Jangan lupa datang. Atau kalau kamu masih sakit hati atau belum bisa move on dari Mas Anwar sih nggak usah datang. Biar hatinya gak makin panas nantinya, melihat kebahagian kami." papar Nadin panjang lebar.
"Sudahkan? Jadi kalian bisa pulang!" tegas Saka.
"Hey, kok nggak ada sopan santunnya sih sama orangtuamu. Memangnya Bunda mu tidak mengajarimu ya." tuduh Anwar.
"Bundaku sudah mengajariku sopan santun, sampai dia juga mengajarkan jangan pernah main tangan sama sesama makhluk. Apalagi itu perempuan. Jangan menyakiti hati sesama makhluk. Apalagi itu seorang istri. Dia sudah mengajarkan banyak hal sama kami." jelas Saka, dia geram melihat Ayahnya. Yang selalu menuduh Bundanya, jika dia dan Adit yang salah.
Anwar tanpa sadar menamp*r Saka, dia marah mendengar perkataan anaknya, itu membuat Nadin tersenyum puas. Dan membuat Vina terkejut.
"Kamu ya." tunjuk Anwar pada Saka.
"Beraninya kamu menyakiti anakku." potong Vina berteriak.
Vina menamp*r balik Anwar, dan tentu saja itu membuat Anwar terkejut. Pasalnya selama ini dia yang selalu menyakiti Vina. Tetapi Vina tidak pernah melawan, ataupun membalas.
Saat Anwar ingin membalas tamparan Vina, tetapi ditahan oleh Iqbal. Dia malah menonj*k perut Anwar. Anwar tersungkur. Dan Nadin berteriak dengan kencangnya. Saat Anwar berdiri, dia mau menghajar balik Iqbal. Tetapi para tetangga yang mendengarkan keributan menghampiri. Mereka memisahkan Anwar yang hendak melawan Iqbal.
"Tolong ibu-ibu bapak-bapak mengusirnya. Tadi saya lihat dia mau mencelakai Bu Vina." jelas Iqbal.
"Bohong, mereka mau menyakiti kandunganku, makanya suamiku marah."Fitnah Nadin.
"Dia mantan istri suamiku, dia nggak terima kalau kami bahagia dengan kehamilanku." teriak Nadin lagi.
Ibu-ibu berbisik, sebagian percaya dengan ucapan Nadin dan memandang sinis Vina. Sebagian lagi nggak percaya sama sekali. Karena selama mereka bertetangga Vina termasuk orang baik.
"Jangan begitu Bu Vina, bagaimanapun anak yang dikandung Ibu ini tidak bersalah." ujar Ibu-ibu yang mempercayai ucapan Nadin.
"Nggak mungkinlah Bu Vina kayak gitu, selama ini dia kan orangnya baik. Gak neko-neko lagi." bela ibu-ibu lainnya.
"Nggak usah didengerin Bu, semua itu fitnah. Dia Ayahku. Dan ini istri barunya. Hasil dari merebut Ayahku dari Bundaku. Tadi Ayah marah padaku, terus nampar aku. Makanya Bunda pun marah." jelas Saka.
"Uuuuu." teriak ibu-ibu.
"Cantik-cantik ternyata pelakor." kata Ibu-ibu.
"Usir aja mereka Pak." sahut Ibu-ibu lainnya.
Anwar dan Nadin akhirnya pergi, mereka dipermalukan oleh ibu-ibu. Bahkan ada yang merekam aksi mereka. Namun, Vina meminta agar jangan ada yang upload ke media sosial manapun. Karena bagaimanapun Anwar tetaplah Ayah dari anak-anaknya.
"Terimakasih ya Mas, karena sudah melindungi aku tadi." ucap Vina sambil membersihkan luka pada bibir Saka.
"Sama-sama. Tadi kebetulan aja Mas datang. Oya malam nanti, Mas mau ajak kamu untuk dinner. Bisakah?" pinta Iqbal.
"Bunda pergilah, jarang-jarangkan Bunda pergi makan malam." ucap Saka.
"Baiklah." putus Vina.
"Jam 7 malam kamu siap-siap ya. Nanti kamu pakai baju yang ini." Sambil menyerahkan paper bag oleh Iqbal.
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah bersiap-siap, Vina menunggu kedatangan Iqbal dengan hati deg degan. Pasalnya, ini pertama kalinya mereka keluar berdua saja. Walaupun Vina sudah mengetahui bahwa dia adalah Kakaknya di panti, tetapi Vina tetap merasa sungkan dan menjaga marwahnya sebagai seorang wanita.
Tidak lama kemudian Iqbal datang dengan mobilnya, Vina langsung keluar di antar Saka sampai pintu depan.
"Gak usah tegang gitu Bun, bawa santai aja." canda Saka. Pasalnya dari tadi Bundanya melihat jam yang melingkar ditangannya.
Vina memakai baju gamis warna putih BW, dipadukan hijab warna mocca serta kalung kecil bermotif kupu-kupu. Binatang kesukaannya dulu saat di panti. Karena Vina, ingin bebas seperti kupu-kupu yang berada di taman panti saat itu. Sedangkan Iqbal memakai baju kemeja putih, celana mocca dan jas mocca.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Vina takjub melihat keindahan laut saat malam hati. Begitu indah. Ditepi pantai, ada sebuah meja kecil dengan 2 kursi. Jalan menuju meja tersebut dihiasi lampu kerlap-kerlip dan bertaburkan mawar merah.
Di atas meja, ada sebuah buket mawar yang sangat indah. Saat mereka duduk. Pelayan datang membawakan mi goreng. Makanan yang dulu, begitu disukai Vina, beserta minumannya.
"Mi goreng?" tanya Vina.
"Apakah kesukaanmu telah berubah?" tanya Iqbal.
Vina tertawa begitu lepas. Dia tidak menduga kalau Iqbal masih mengingat tentang dirinya. Mulai dari kupu-kupu sampai makanan kesukaannya.