setelah menjalani setahun pernikahan kontrak olivia dan barra akhirnya berhasil bercerai.
namun tanpa mereka sadari ada satu malam yang telah mereka lupakan bahwa ada suatu momen penting yang telah terjadi yang mengakibatkan kesalahan fatal bagi mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nukamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datanglah kapanpun kau mau
Di pagi yang cerah dengan suasana hati yang baik pula, terlihat barra tengah berjalan santai menuju ruangan kerjanya. Namun, seketika wajahnya berubah masam tatkala dirinya melintasi ruang rapat dan mendapati oliv sedang bersama dengan rekan arif di sana. Mereka terlihat sangat akrab saat berbincang-bincang hingga membuat barra tampak risih saat memandangi mereka berdua.
"Kau benar-benar sudah berusaha keras saat membuat sebuah catatan itu, asisten oliv" ujar rekan arif mengapresiasi kerja keras oliv satu hari yang lalu.
"Tidak kok, sebenarnya saya hanya menuliskan apa yang saya pikirkan saja" ucap oliv merendah
"Wah bisa-bisanya kamu berkata begitu, padahal kau itu yang paling terbaik dari semua penulis copywriter yang pernah saya temui sebelumnya, jujur saja saya sangat kagum loh denganmu"
"Kenapa kau terus memujiku seperti itu"
"Itu karena kau selalu baik dan sempurna dalam berbagai hal"
Dan seketika mereka berdua pun tertawa bersama, tanpa berpikir panjang barra langsung menerjang masuk ruangan itu untuk menghentikan adegan canda tawa mereka.
"Ehem" ucap barra berdehem
"Oh, ada pak direktur, selamat pagi pak" ujar arif langsung berdiri begitu barra datang
"Hm ya pagi" saut barra segan
"Apa ada yang bisa saya bantu pak?"
"Kapan rapatnya akan di mulai?"
"Masih tersisa 10 menit lagi sebelum rapat di laksanakan pak"
"Kalau begitu, kau tolong cetak catatan rapat minggu kemarin!" Titah barra
"Biar saya saja pak yang mencetaknya" ucap oliv menawarkan diri
"Tidak, bukan kamu, saya minta tolong pada arif" ucap barra terus terang
"Baiklah pak" ucap arif langung tanggap meninggalkan ruangan itu.
Dan kini hanya tinggallah mereka berdua yang masih ada di dalam ruangan itu,
Tanpa basa-basi dan tiba-tiba barra langsung duduk di samping oliv yang justru hendak beranjak pindah tempat duduk.
"Eh, mau kemana kau?!"
"Saya hanya ingin bergeser saja pak" ucap oliv
"Tidak perlu, duduk di sini saja, lagi pula ada yang mau saya bicarakan denganmu"
"Soal apa?"
"Aku hanya mau bilang terimakasih sama kamu, berkat nasihatmu beberapa hari lalu aku sudah berbaikan dengan temanku"
"Oh rupanya anda sudah berbaikan dengan pak Salman, saya ikut senang mendengarnya pak" ucap oliv
Sepintas dia pun kembali teringat ucapannya saat itu di dalam lift , kala itu oliv tak berniat menasihati barra, hanya saja dia mengatakannya karena sebenarnya mengatakan hal itu untuk dirinya sendiri.
Andai saja waktu itu oliv mencari tahu lebih keras lagi dan tidak menyerah begitu saja, tentunya dia tidak akan kehilangan kepercayaan begitu cepat dan akan lebih mempercayainya. Dan apakah sejak saat itu mereka berdua akan selalu menjalani kehidupan yang berbeda hingga sampai sekarang ini. Cukup lama oliv terdiam dan termenung hingga membuat barra bertanya-tanya akan raut wajahnya yang tampak masam saat itu.
"Jika kau rindu pada ayahmu, aku tak masalah kalau kau mau datang padaku" ucap barra bersimpati
"Ya?" Pekik oliv terkejut
"Kamu sendiri yang bilang kalau aku sangat mirip dengan ayahmu, aku tidak mempermasalahkan dengan hal itu, jadi kau bisa datang untuk melihatku sesering mungkin"
"Hah, melihat wajah anda?!" Ucap oliv menahan tawa
"Memangnya kau tidak mau, aku mengatakan itu juga demi kebaikanmu!"
"Haha, baiklah terimakasih karena anda sangat baik pada saya!"
Boro-boro aku mau melihat wajahnya sesering mungkin, hanya berpapasan sekali sahati saja aku terpaksa, batin oliv berkata lain. Sesaat kemudian arif kembali masuk ke ruangan rapat untuk menemui barra.
"Pak direktur, saya sudah membawakan catatan rapat yang anda minta" ucapnya
"Cepat sekali!"
"Iya pak"
Dia selalu melakukan segala hal pekerjaan dengan sangat cepat rupanya, batin barra.
Setelah 10 menit berlalu, akhirnya rapat kantor pun dilaksanakan juga, posisi tempat dudu k seseorang tetap sama hanya barra yang duduk di sembarang kursi dan memilih untuk duduk di samping oliv.
"Bisa saya mulai pak?" Tanya bu miran pada barra
"Ya silahkan" ucap barra sembari memeriksa bahan rapat yang akan di bahas.
"Hari ini, saya berharap semua orang bisa untuk memberikan idenya masing-masing, jika kita banyak menerima ide dan masukan, kita bisa memperbaiki proposal rapat pekan lalu nantinya" ujar bu miran mengawali rapat kali itu.
"Baiklah, bisakah saya lebih dulu memberikan idenya" ucap salah seorang karyawan lain.
Terlihat barra tampak tak fokus dalam megikuti rapat itu, tangannya terus memainkan sebuah pulpen dengan mengoyang-goyangkannya, terlebih lagi saat cindy mulai ikut serta bicara dalam rapat tentu saja ekspresi wajahnya makin tak fokus seolah dia tengah memikirkan hal lain dalam rapat.
Dia sedang tidak fokus sekarang, apa biasanya dia bisa mudah terganggu oleh pikirannya sendiri seperti itu?, batin oliv bertanya-tanya. Tiba-tiba saja barra menjatuhkan sebuah pulpen yang terus ia main sedari tadi di tangannya.
Tuk, suara pulpen jatuh yang menggelinding tepat di bawah kaki oliv.
Dia sengaja menjatuhkannya supaya aku mau mengambilnya atau bagaimana, batin oliv lagi
"Hah, ya tuhan" gumam oliv lirih sembari menunduk ke bawah meja untuk mengambil benda kecil itu.
Seketika saja tangannya langsung bersentuhan dengan tangan barra yang ternyata dia juga ikut meringkuk ke bawah meja untuk mengambil pulpennya, meski adegan itu hanya terjadi di sepersekian detik saja, namun hati oliv tak mampu berbohong untuk mengakui perasaan berdebar saat tubuhnya bersentuhan dengan barra yang seolah-olah lelaki itu baru saja memeluknya dari belakang tubuhnya.
Sesegera mungkin oliv bangkit dan kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang sempat memerah karena tingkah polah barra yang aneh itu.
Apa-apaan itu, apa dia baru saja melakukannya karena tidak sengaja?, batin oliv bergemuruh. Padahal saat itu ada Cindy yang tengah duduk di depan barra dan terkadang memperhatikannya, tapi meski begitu, ekspresi wajah barra terlihat biasa-biasa saja dan sangat datar seperti tak terjadi apapun.
Dengan sekuat iman oliv berusaha keras untuk kembali fokus pada inti pembicaraan dalam rapat agar dirinya tak tertinggal dan terlihat tak mengikuti rapat dengan serius. Ketika Cindy angkat bicara dan memberikan sebuah ide rapat, semua orang tampak termenung dan sulit untuk menerima ide brilian darinya, namun saat giliran oliv yang bicara dan memberikan beberapa idenya entah mengapa semua orang tampak setuju dengan ide yang di berikan olehnya.
"Itu ide yang cukup bagus nona oliv" ucap bu miran.
"Iya saya juga menyukainya!" Timpal ketua tim lainnya.
Seketika semua orang pun melihat ke arahnya sembari memberikan sebuah tepuk tangan ringan padanya, tentu saja hal sepele itu mampu membuat Cindy merasa cemburu dan tersaingi dalam pekerjaannya.