9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Zoe... Apa kabar, Nak?" salah satu wanita yang merupakan sahabat Mama Gita langsung memeluk Zonya
"Aku baik, Tan"
"Ini pasti Naina ya? Ish cantik sekali. Sudah berapa umurnya sekarang?"
"Baru sembilan bulan, Tan"
"Masih aktif-aktifnya dong ya"
"Iya Tan, sudah bisa duduk sendiri dan mulai belajar jalan sekarang"
"Oh... Perkembangannya hebat ya" wanita itu lantas melirik Sean "Nak Sean bagaimana kabarnya?" tanya-nya ramah
"Baik Tan" Sean menjawab seadanya. Sebab, ia tidak begitu mengenal wanita ini. Namun setiap ada acara di keluarga Nugroho, wanita ini pasti ada
"Mmm Tan, kita masuk dulu ya" pamit Zonya
"Iya Sayang"
Zonya dan Sean kembali melangkah masuk. Sepanjang langkah keduanya, ada saja sapaan-sapaan hangat yang terlontar dari para sahabat Ayah Ardan dan Bunda Gita. Begitu tiba di dalam, Bunda Gita langsung terlihat sumringah saat melihat kedatangan anak, menantu dan cucunya
"Uhhh sayang, sini sama Oma ya" Bunda Gita langsung mengambil alih Naina dari gendongan Zonya
"Ini Naina 'kan Kak?" tanya salah satu wanita paruh baya pada Bunda Gita
"Iya, cantik ya" pamer Bunda Gita
"Iya, persis seperti Nasila" sahut yang lain
Seorang wanita yang juga tak lagi muda datang mendekati Zonya dan menepuk bahunya pelan. Hal itu membuat Zonya menengok pada wanita tersebut "Tante..." sapa Zonya sopan
"Apa kabar, Zoe?"
"Baik Tan"
"Sudah isi belum?"
Zonya tentu tahu arah tujuan dari pertanyaan wanita didepannya ini. Sebagai Dokter kandungan, ia sering mendengar curhatan pasiennya yang tidak langsung hamil setelah menikah, dan menurut beberapa pasiennya, ini adalah pertanyaan paling menyeramkan yang pernah mereka dengar
"Mmm belum Tan. Lagipula, Nai juga masih kecil"
"Loh, apa salahnya? Kau lihat Ibra dan Dandi, anak-anak tante jaraknya juga cuma hitungan bulan. Dengar Zoe, sebagai wanita harus pintar-pintar jaga suami. Jangan karena dulu waktu muda tidak pernah pacaran, jadi sampai sekarang tidak tahu caranya menjaga laki-laki" ucapnya pedas
"Iya Tan"
"Sudah ya, Tante mau gabung dulu dengan yang lain. Ingat pesan Tante, pintar-pintar jaga suami" wanita itu menepuk bahu Zonya pelan lalu tersenyum pada Sean dan langsung pergi
Ini yang Zonya hindari dari pertemuan-pertemuan keluarga semacam ini. Karena pada akhirnya, ia akan menjadi bahan pembicaraan keluarganya sendiri, entah keluarga dari pihak Ayah ataupun Bundanya. Maka dari itu, sejak dulu ia selalu menghindar saat orang tuanya merencanakan acara kekeluargaan seperti ini. Ia akan lebih memilih pergi ke rumah sakit dan menghabiskan waktunya di sana, daripada mendengar kata demi kata yang keluarganya ucapkan
"Kak Zoe..." terlihat seorang wanita muda melambai kearahnya dan langsung mendekat "Hai Kak Sean" sapanya pada Sean yang hanya dibalas Sean dengan anggukan singkat
"Datang dengan siapa ke sini, Via?" tanya Zonya
"Dengan Mama dan Papa 'lah Kak, sama siapa lagi. 'Kan belum menikah" jawab Silvia
"Iya juga"
Silvia melirik kearah Sean sejenak, lalu kembali melihat Zonya "Mmm mau gabung dengan kita di sana tidak Kak?" tunjuk Silvia pada beberapa wanita muda dan beberapa laki-laki lainnya "Kak Sean juga boleh ikut, di sana juga ada Kak Agam, sama suami-suami Kakak-Kakak yang lain" tawar Silvia
Zonya melirik kearah Sean. Sejujurnya, ia lebih berharap agar Sean tidak setuju untuk ikut bergabung ke sana. Ia lebih setuju kalau suaminya itu memilih bergabung dengan yang lain, dan membiarkannya bergabung bersama Silvia dan yang lainnya sendiri saja. Sebab, Zonya akan jauh lebih merasa nyaman saat bersama dengan para anak dari sahabat orang tuanya, daripada bersama dengan sepupu-sepupunya
"Bagaimana Kak?" tanya Silvia
"Boleh, ayo" Sean mengajak Zonya untuk ikut bergabung. Sepertinya, ia akan mencoba memperhatikan interaksi Zonya saat bersama keluarga intinya dan bersama dengan para orang muda yang ia tahu merupakan anak dari para sahabat mertuanya itu
"Mas tidak ingin bergabung dengan Ayah dan yang lain saja?" tawar Zonya. Ia benar-benar tidak mau kalau Sean ikut bergabung bersamanya, ia masih merasa kurang nyaman
"Kumpulan Ayah bapak-bapak semua, masa aku harus bergabung dengan bapak-bapak?"
Zonya melirik kearah Ayah Ardan dan sahabat serta saudara-saudaranya. Memang benar apa yang Sean katakan bahwa di sana, Ayah Ardan mengobrol dengan para laki-laki seusianya. Pada akhirnya, karena tidak ada pilihan lain, Zonya menyetujui untuk membawa Sean bergabung bersama mereka
"Hai Kak Zoe..."
Zonya tersenyum dan menyalami mereka satu persatu. Sapaan hangat dan obrolan-obrolan yang mengundang tawa sesekali terdengar dari salah satu dari mereka, hingga membuat Zonya dan yang lainnya tertawa
"Kak Zoe ingat yang baru-baru ini konsultasi dengan Kak Zoe mengenai kandungan?" tanya salah satu wanita muda di sana
"Si Aylin dan Bara 'kan, kenapa memangnya?" tatapan Zonya beralih pada pasangan yang ia maksud. Sebab, beberapa minggu yang lalu, pasangan itu memang menghubunginya secara pribadi untuk konsultasi
"Kemarin, mereka baru pulang dari Bali Kak, bulan madu berkedok ngidam ceritanya"
"Oh ya? Jadi baby barunya bawa keberuntungan ya. Buktinya bisa pergi honeymoon ke Bali lagi" timpal Zonya
"Hm, mana anak pertamanya ditinggal sama Oma dan Opanya lagi Kak, 'Kan keasikan emak bapaknya di sana"
Mereka tertawa dan saling melempar ledekan satu sama lain. Selama mereka mengobrol dan tertawa, Sean terus memperhatikan Zonya. Ia mencoba mencaritahu sendiri tentang maksud ucapan Nasila saat itu yang mengatakan bahwa Zonya itu sosok yang lemah. Namun sejak tadi, Sean tidak melihat Zonya risih atau merasa tersudutkan. Justru, Zonya terlihat nyaman mengobrol bersama mereka semua
"Mmm Zoe, kita sapa yang lain dulu ya. Tidak enak dengan sepupumu yang lain" ajak Sean
Zonya melirik anak-anak sahabat orang tuanya. Jujur, ia lebih nyaman bersama mereka dan berniat untuk tidak menyapa para sepupunya sama sekali. Sebab, seperti yang sudah-sudah, sambutan para sepupunya pasti tidak mengenakan. Namun mengingat yang mengajaknya adalah Sean, laki-laki yang berstatus suaminya, akhirnya ia tidak mempunyai pilihan lain selain mengangguk dan langsung berjalan bersama menuju sekumpulan sepupu Zonya
"Zoe" panggil Sean, membuat Zonya menghentikan langkah dan menatap suminya "Aku ke toilet sebentar, nanti aku menyusulmu ke sana" ucap Sean
"Baiklah" Zonya kembali melanjutkan langkahnya menuju kumpulan sepupunya "Hai, Strid..." Zonya menyapa lebih dulu
"Oh hai..." wanita bernama Astrid itu hanya melambai sejenak, lalu kembali fokus pada ponsel ditangannya dan menunjukkan layar ponselnya pada teman-temannya yang lain, hingga membuat Astrid dan teman-temannya itu tidak menyapa Zonya sama sekali. Bahkan kehadiran Zonya seakan tidak mereka hiraukan
Zonya ingin pergi dengan cepat dari sana. Tapi mengingat, tadi Sean yang mengajaknya bergabung ke sini, jadilah ia memilih duduk di satu tempat kosong didekat sepupunya itu. Namun meskipun ia telah duduk bersama para sepupunya, sepupunya itu masih tetap tidak menyapanya sedikitpun
"Aduh, ini sofanya kenapa jadi sempit sih?" salah satu dari mereka menggerutu
"Noh, dari tadi benar-benar tidak lihat atau pura-pura buta kalau beban keluarga Nugroho sudah ikut bergabung?"
Zonya mengepalkan tangannya kuat. Dadanya serasa dibakar oleh api besar, membuat darahnya seakan mendidih dan ingin mencakar wajah sepupu laki-lakinya yang barusaja melontarkan kalimat pedas. Inilah yang ia hindari sedari dulu. Kalimat-kalimat pedas yang keluar dari mulut para setan ini, selalu membuatnya menjadi terlihat buruk didepan keluarga besarnya
Bagaimana tidak. Setiap pertemuan keluarga, maka sepupunya pasti akan mengatakannya sebagai beban keluarga Nugroho, bahkan tak jarang paman dan bibinya 'pun ikut berkata demikian. Untuk sekali atau dua kali, mungkin Zonya masih sanggup menahan amarahnya, tapi kalau sudah dipancing berkali-kali, maka ia ingin menegaskan pada seluruh dunia bahwa ia juga manusia yang memiliki batas kesabaran.
Itulah mengapa tak jarang, Zonya benar-benar mengajak sepupunya ribut demi mempertahankan harga dirinya. Namun pada akhirnya, jangankan pembelaan orang terdekatnya, bahkan orang tua serta semua keluarga dari pihak Mama maupun Papanya selalu melimpahkan kesalahan padanya