Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Keluarga Abidzar sedang menikmati sarapannya. Hanya Firman dan Eva yang tidak ada karena mereka sedang ke luar kota untuk keperluan bisnis dan berangkat hampir dini hari tadi.
Aisha memakan sarapannya dengan santai. Hijab khas anak sekolah pun seolah sudah cukup membuatnya terbiasa.
Abid memandangi cucu menantunya yang lahap memakan sarapannya.
"Sha?"
"Iya, kek?", sahut gadis itu.
"Kakek dengar kamu mengikuti ulangan kemarin dengan nilai sempurna bahkan terlihat tidak ada kesulitan sama sekali. Benar?", tanya Abid.
"Huum!", jawab Aisha singkat.
Binar mencebikkan bibirnya.
"Gimana ngga bisa kek, dia kan yang paling tua di antara mereka. Wajar kalo dia lebih bisa!", celetuk Binar. Adi akan menegur istrinya tapi Aisha menyela.
"Oh ya?? Memang dari segi usia aku paling tua. Bahkan dengan guru termuda di sekolah pun, aku lebih tua. Tapi bukan berarti yang lebih tua harus lebih pintar! Mba Binar aja belum tentu bisa kok!", kata Aisha dengan santai.
Binar meremas gagang sendoknya sambil menatap kesal pada adik iparnya itu. Sejak pulang dari rumah sakit, adik iparnya jadi pembangkang dan menyebalkan.
Fazal tak ikut bicara kali ini. Ia membiarkan perdebatan kecil itu terjadi di hadapan kakeknya.
"Ayo mas, berangkat!", Aisha bangun dari bangku lalu mencium punggung tangan kakek Abid.
Fazal pun turut bangun dan mengikuti hal yang sama seperti yang Aisha lakukan pada kekeknya. Bahkan Fazal saja lupa kapan ia melakukan hal tersebut.
Binar juga selesai dengan sarapannya. Ia akan di antar oleh Adi ke perusahaannya. Setelah mengantar Binar, Adi pun ke kantor nya sendiri.
Di mobil yang berbeda, sepasang suami istri itu saling diam. Fazal tak punya topik pembicaraan sedang Aisha memang segan berbicara banyak dengan Fazal.
Mereka pun tiba di sekolah Aisha. Gadis itu pun bersiap keluar dari mobil.
"Makasih!"
Fazal mencekal pergelangan tangan Aisha hingga gadis itu menoleh dan mengurungkan niatnya keluar dari mobil.
"Jam berapa kamu ke bengkel? Biar aku bisa mengatur jadwal ku?", tanya Fazal.
"Aku bisa ke sana sendiri, mas Fazal cukup transfer aja ke bang Adam kalau aku udah di sana."
"Aku akan mengantar mu!", paksa Fazal. Aisha memutar bola matanya dengan malas.
"Ya udah, terserah! Jam empat aku baru keluar kelas!", kata Aisha. Lalu ia pun buru-buru keluar dari mobil Fazal.
Di saat yang sama, trio sahabat Asha juga tiba di sekolah dengan motor sport mereka masing-masing.
Asha merindukan saat-saat itu di mana ia biasa membonceng salah satu dari mereka bertiga.
Aisha memilih berjalan menuju ke kelasnya dengan penuh percaya diri. Tidak ada yang berani membully Aisha yang notabene cucu pemilik yayasan sekolah. Harusnya sih begitu, tapi nyatanya ada saja yang tak menyukai Aisha.
Sebelum tiba di kelas, ada empat orang siswo yang menghadang langkah Aisha.
"Kalian lagi? Minggir !", Aisha sedikit mendorong salah satu dari mereka.
"Dapat berapa Lo sehari, heum?", tanya salah satu dari mereka.
"Apaan sih? Ngga jelas!", ujar Aisha yang memilih melangkah meski lagi-lagi di gadang mereka.
"Gue semakin yakin kalo Lo bukan cucu pemilik yayasan."
Aisha menatap jengah pada mereka.
"Serahhh!", sahut Aisha.
"Lo jual diri sama om-om yang nganterin Lo tadi, heum? Tutor dong!", kata yang lain. Teman-temannya pun tertawa seolah hal itu sangat lucu.
Sialan! Mas Fazal kaya gitu di bilang om-om? Walau pun gue ngga ada rasa apa pun sama si Fazal itu, seenggaknya gue juga ngga habis pikir aja kalau Fazal di katakan om-om tua?
"Kalo bisa gratis ngapain harus jual? Ya ngga? Kalo kalian, gue baru percaya! Bukannya kalian suka check in sama om-om tua bangka?"
Mereka semua membelalakan matanya kecuali salah satu di antara mereka berempat.
Bagaimana bisa nih anak baru tahu???
"Ngga usah ganggu gue! Minggir!", Aisha mendorong bahu mereka agar bisa lewat.
Ketiga siswi itu menatap kesal pada Aisha yang tingkahnya sperti tak ada takut-takutnya sebagai anak baru.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Aisha menempati bangkunya dan meletakkan tas nya. Ia mengambil buku pelajaran sebelum guru yang mengajar di kelas itu masuk.
Tak lama kemudian tiga sahabat Asha masuk. Tiga cowok tampan yang selalu menjadi pusat perhatian bagi kaum hawa.
Visnu menghampiri meja Aisha diikuti oleh Dion dan Nikala.
"Lo jadi ambil motor bang Adam?", tanya Visnu. Aisha mendongakkan kepalanya menatap Visnu.
"Iya. Karena gue emang udah lama pengen milikin si merah!", jawab Aisha. Lalu ia pun berdiri di hadapan ketiga sahabat Asha.
"Sebenarnya Lo siapa? Asha ngga pernah cerita kalo dia punya temen cewek kaya Lo. Apalagi selama ini dia cuma main sama kita!", ucap Nikala.
"Kalo gue bilang, gue Asha sahabat kalian apa kalian akan percaya!?", tanya Aisha lirih.
Ketiga sahabat Asha mengernyitkan alisnya. Belum sempat bertanya maksud ucapan Aisha, seorang guru masuk dan mereka bertiga kembali ke bangku.
Tiga gadis yang tadi menghadang Aisha menatap benci pada Aisha karena setelah menyingkirkan Asha, kini datang Aisha! Bagi mereka, keberadaan Asha merupakan penghalang untuk bisa berdekatan dengan trio tampan itu.
🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih 🙏