Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Ternyata Kakek dulunya Usil
Dika mengambil kesimpulan yang membuat Aura dan Fino jadi melihat kakeknya yang saat ini tersenyum karena Dika bisa membuat kesimpulan seperti itu hingga kakek tersenyum kepada mereka
"Ya sedikit tapi tidak banyak seperti.kebanyakan orang-orang sekarang ini"
Kakek tertawa sendiri yang membuat Dika, Fino dan Aura jadi ikut tertawa karena kakek mengakui juga kalau kakek mereka juga ternyata usil seperti Dika saat ini hingga mereka juga ingin tahu sedangkan Dika seperti merasa punya kawan dan pembenaran dengan usinya itu
"Ternyata kakek dulunya usil ya"
Kakek tersenyum mendengar kata-kata Dika yang sepertinya senang kalau kakeknya dulu juga usil
"Ya usil itu jangan kalian bayangkan dengan usil zaman sekarang ya karena zaman dulu pada masa penjajahan maka yang kita usilin adalah musuh negara kita yaitu bangsa penjajah hingga kita bisa menyerang bangsa penjajah untuk merdekakan negara ini"
Setelah bicara kakek terdiam seperti teringat akan perjuangan dia dulu memimpin kawan-kawannya untuk menyerang markas penjajah hingga dia suka kerjai penjajah yang akan menangkap dirinya dan menghancurkan banyak markas penjajah hingga negara mengangkat sebagai perwira TNI dan banyak bintang jasa karena perjuangan di garis depan hingga sampai saat ini.
"Ya itulah masa lalu, saya berharap semua menjadi masa lalu yang baik"
Kakeknya Dika bicara dalam hati dengan apa yang dia alami.
Sementara itu Dika melihat kakeknya tersenyum setelah menceritakan keusilan kakek hanya dalam mengalahkan musuh negara
"Oh begitu ya kek, berarti kakek seorang pejuang di negara ini dan keusilan kakek untuk mengusir penjajah. Dika pikir usil dengan kawan sekolah kakek"
"Masa penjajahan dulu, sekolah kita hanya sebatas bisa belajar baca tulis dan selanjutnya bagaimana cara memerdekakan negara ini jadi tidak kepikiran untuk usil seperti itu"
"Begitu ya kek, Dika baru tahu kek. Kalau kakek itu seorang pejuang kemerdekaan yang buat negara kita merdeka. Dika bangga sama kakek. Merdeka!"
"Merdeka!"
Kakek membalas semangat Dika yang mengucapkan merdeka begitu juga dengan Fino dan Aura yang ikut mengucapkan semangat merdeka
"Dika jadi semangat Merdeka ini kek"
"Iya Fino dan Aura juga semangat mendengar cerita kakek"
Mereka berempat seperti betul-betul dapat momen semangat merdeka di pagi hari ini namun tiba-tiba Dika bicara dengan kakeknya
"Kek, kalau kakek usil untuk mengusir penjajah hingga penjajah akhirnya pulang ke negaranya dengan rasa sial karena dapat sikap usil dari kakek tapi bagaimana dengan masa papa kek"
Kakek tersenyum mendengar pertanyaan cucunya ini yang seperti ingin tahu tentang papanya
"Papamu hampir mirip denganmu nak hanya beda zaman dan situasi Dika tapi usil papamu untuk kebaikan orang banyak"
"Hem!"
Dika, kakeknya, Fino dan Aura melihat kearah sumber suara yang tiba-tiba datang
"Papa"
"Pak De"
"Hei siapa yang mau ceritain papa ni?"
Tiba-tiba papanya Dika datang dari dalam rumah hingga Dika terkejut begitu juga dengan Fino dan Aura
"Iya pa, mau tahu tentang papa"
Dika tertawa karena papanya tidak mau rahasianya diceritakan oleh anak dan orang tuanya hingga papa bicara
"Nanti Dika bisa menyimpulkan sendiri bagaimana papa. Yang penting seperti kata kakek, usil papa itu untuk kebaikan"
"Kebaikan itu seperti apa pa?"
"Ya seperti kata kakek, kalau dulu kakek untuk melawan musuh negara sedangkan papa untuk memberantas sikap sewenang-wenang dari oknum atau orang-orang yang mengandalkan kekayaan untuk menindas orang lain bukan untuk kesenangan pribadi kita"
"Begitu ya pa, bukan untuk kesenangan pribadi"
"Na dengar tu bang Dika, kalau usil untuk kebaikan bukan untuk kesenangan bang Dika mengerjai orang lain"
"Benar itu Aura, Dika itu usil bisa membuat kita spot jantung karena keusilan Dika"
"Benar bang Fino, Aura juga benar-benar spot jantung apalagi kita baru tahu model bang Dika saat ini"
Tiba-tiba Aura menyindir Dika yang saat ini seperti dapat pelajaran penting dari kakek dan papanya sedangkan Fino juga ikut-ikutan menyindir Dika
"Iya ya tapi usilnya Dika untuk kebaikan juga loh"
Dika tersenyum setelah mengatakan kalau usil dirinya untuk kebaikan seolah-olah membela diri
"Kebaikan apa?, sepertinya untuk kesenangan bang Dika"
"Iya tiba-tiba saja tanpa aba-aba hingga semua orang berlari karena usilnya Dika"
Fino dan Aura seperti sepakat menanggapi kata-kata Dika yang membela dirinya hingga mereka berdua membuat Dika sepertinya kerja keras untuk menjawab sanggaan saudara sepupunya ini tapi kelihatannya Dika tersenyum saja dan dengan santai menjawab sindiran dan sanggaan saudara sepupuhnya
"Seperti tadi ya, Aura sudah mual mendengar kata-kata temanya dan Fino sendiri merasa sudah risi sedangkan Dika melihat mereka sudah candanya berlebihan hingga timbul ide usil itu"
"Iya juga ya"
Aura sepertinya setuju dengan kata-kata Dika sedangkan Fino garuk-garuk kepala mendengar jawaban Dika yang tidak lepas ide untuk menjawab sedangkan kakeknya Dika tertawa mendengar jawaban Dika yang mirip papanya dalam berargumen hingga kakek berbisik kepada anaknya atau papanya Dika yang saat ini dekat dengan kakeknya Dika
"Andi, mirip seperti kamu dalam menjawab dan berargumen dengan apa yang dilakukan"
"Semuanya karena menurun dari papa kan dan papa juga tidak mengatakan cerita keusilan papa yang lain kan?"
Papanya Dika tersenyum dalam menjawab kata-kata kakeknya Dika ini hingga akhirnya kembali kepada kakeknya Dika ini
"Iya ya berarti saya dulu usil juga ya"
"Iya karena mama juga pernah cerita kalau kakek itu usil kali sama nenek"
Kakek tertawa mendengar kata-kata papanya Dika ini hingga dia mencoba menjawab kata-kata anaknya ini
"Yang penting papa berhasil mengarahkan kamu dalam kebaikan dan sekarang tugas untuk kamu nak untuk mengarahkan Dika dalam kebaikan"
"Iya pa, saya akan lakukan"
Papanya Dika dan kakeknya Dika ini kembali mau memandang Dika, Fino dan Aura tapi tiba-tiba mereka sudah tidak ada di halaman
"Hei kemana mereka?, kenapa tiba-tiba tidak ada"
Papa dan kakeknya Dika jadi heran karena mereka merasa Dika, Fino dan Aura ada di depan mereka tapi tiba-tiba tidak kelihatan hingga mereka berdua mencari-cari
"Iya kemana ya?"
Papanya Dika jadi tertawa kalau mereka berdua sudah di usilin sama Dika dan saudara sepupuhnya padahal mereka berdua adalah ahlinya dalam soal hal-hal seperti ini hingga dia bicara dengan papanya ini
"Betul-betul kita dikerjai ini pa"
"Sepertinya iya An"
Mereka berdua tertawa namun tiba-tiba terdengar suara Dika, Aura dan Fino memanggil mereka
"Kek, kemari kek, minum teh manis buatan nenek"
"Apa mereka sudah dibelakang?"