Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#12 Kedatangan Me Nik Laksmi
Dengan langkah ringan, Komang menuju sanggah untuk memulai sembahyang pagi, ditemani kicau burung dan semilir angin sejuk. Cahaya mentari pagi menyinari wajahnya yang khusyuk saat mengucapkan mantra-mantra suci. Aroma dupa semerbak bercampur dengan embun pagi, menciptakan suasana yang damai dan tenang.
Hari ini Komang akan melakukan prosesi Nyuang dan upacara Wiwaha yang akan di pandu oleh pemangku adat dan seorang pandita yang nantinya akan memberikan keberkahan. Dengan mengenakan payas Madya (pakaian khas Bali untuk acara sakral) Komang melakukan meditasi sebelum melakukan ritual.
Komang begitu terkesan melihat Edgar dengan pakaian adat sederhana yang ia kenakan, walau hanya pernikahan kontrak, namun seserahan yang Edgar bawa untuk Komang terbilang mewah.
Seperangkat alpaka yang berlapis emas dan berlian, satu set kebaya yang di rancang khusus oleh desainer terkenal dari Bali yaitu Desak Made Arisanthi Dewi, bahkan ada pula sepasang sepatu kulit yang juga dirancang khusus oleh desainer sepatu terkenal yaitu Niluh Djelantik.
Komang mengatakan pada Edgar bahwa semua ini sangat berlebihan, namun Edgar menganggap ini tidaklah seberapa dan lagi ini adalah pernikahan pertama bagi Edgar walau hanya sebuah simbolis tapi Edgar akan berusaha memberikan yang terbaik.
Komang hanya pasrah saat menerima seserahan itu, yang ia khawatirkan Edgar akan meminta balasan yang aneh-aneh nantinya pada Komang. Entah hingga sampai di titik ini Komang masih belum paham apa yang ada dalam pikiran Edgar, mengapa ia benar-benar melakukan apa yang Komang mau, walau pada akhirnya Edgar tak akan mendapatkan keuntungan apapun.
Prosesi nikah pun di mulai Pemangku adat melantunkan mantra-mantra kuno dengan suara yang sakral. Sesepuh desa membaca doa sambil menggores tanah dengan lidi lalu Pemangku adat memberkati pasangan pengantin dengan air suci.
Dengan khusyuk, pemangku adat melantunkan mantra dengan suara beratnya menggema di antara dinding rumah adat yang berukir. Cahaya matahari pagi menyinari altar sederhana tempat sesaji tertata rapi. Sesekali, ia mengayunkan keris pusaka sembari menaburkan beras kuning ke udara.
Suasana begitu sakral, membuat Sweta yang menyaksikannya merasa haru. Walau ia tahu pernikahan sang kakak hanyalah sebuah bisnis, namun ia berharap sang kakak bisa bahagia dan akan menemukan cinta sejatinya yang nantinya akan benar-benar bisa memberikan kasih sayangnya pada sang kakak.
Prosesi pernikahan telah selesai kini pemangku adat sudah mengatakan bahwa Komang dan Edgar kini telah resmi menjadi sepasang suami dan istri, sungguh hal itu membuat Komang benar-benar bergetar hatinya.
"Om swastiastu...!" terdengar seseorang telah datang dirumah Komang, Sweta yang tengah membuat canang untuk persiapan sang kakak sembahyang akhirnya beranjak untuk melihat siapa yang datang.
"Me nik Laksmi (Tante Laksmi), ada hal apa me nik datang kemari?" tanya Sweta, me nik Laksmi adalah ibu dari Ni Luh.
"Me nik datang kemari karena mendengar Komang akan menikah, mengapa kalian tidak mengabari Me nik?" cecar me nik Laksmi. "Tapi sampai disini sepi-sepi saja, seperti tidak ada acara, tidak ada prosesi adat juga." ujar me nik Laksmi dengan sikap meremehkan.
"Me nik tahu dari siapa kalau ate menikah?"
"Masalah aku tahu dari siapa itu tidak penting, seharusnya jika memang ate mu itu menikah, dia harus ijin dulu sama aku, bagaimana pun aku adalah me nik kalian, pengganti orang tua, mana adab kalian sebagai keponakan?" ujar me nik Laksmi sambil lalu masuk kedalam rumah Komang dengan petantang-petenteng.
"Ohh, sejak kapan me nik menganggap bahwa me nik adalah orang tua kita?" tiba-tiba Komang keluar dari dalam kamar setelah mendengar suara berisik me nik.
Melihat baju yang dikenakan Komang membuat mata me nik membeliak, "Astaga Komang, kau mau menikah tapi hanya memakai payas Madya? Kenapa tidak pakai payas agung? Apa calon suamimu orang miskin, bahkan ritual adat pun tak ada?"
"Lalu kenapa jika calon suamiku miskin? Yang penting dia bukan kekasih orang yang aku rebut untuk ku jadikan suami." sengat Komang, sebenarnya dia sudah jengah dengan sikap me nik Laksmi yang selalu sombong.
"Apa maksudmu berkata seperti itu? Asal kau tahu saja, Ni Luh tak pernah merebut Wisnu darimu, tapi memang Wisnu yang sudah tidak lagi mau dengan kamu!" ucapnya dengan wajah mengejek.
"Ohh, me nik tersinggung?" ucap Komang begitu ringan membuat me nik Laksmi benar-benar merasa terhina.
"Kau berani sekali sama me nik... Ohh sudah merasa kaya sekarang ya, menikah hanya dengan byakala, dasar miskin, cuih.." hina me nik Laksmi.
"Jika me nik kesini hanya untuk menghina Ate, lebih baik me nik pergi!" pekik Sweta.
"Berani sekali kau mengusir aku, dasar anak kecil bau kencur tak punya adab!"
"Maaf, ada apa anda membuat rusuh disini?" Edgar yang mendengar keributan segera keluar dan melihat perseteruan itu.
"Oh, jadi kau yang menjadi suami keponakan saya?" ujar me ni saat melihat Edgar keluar.
"Edgar, ku mohon masuklah, jangan ikut campur urusan keluarga ku," Komang memohon pada Edgar.
"Apa yang kau katakan sayang, keluarga mu kan sekarang menjadi keluarga ku juga." ujar Edgar sambil mengedipkan matanya pada Komang, seolah menyuruh Komang untuk diam.
"Kau bule dari mana? Apa kau kehabisan ongkos untuk pulang ke negara mu hingga kau menikahi keponakan ku yang miskin ini?" ucap me nik Laksmi begitu pedas.
"Perkenalkan, nama saya adalah Edgar Marvelo, saya berasal dari Perancis, saya menikahi Komang memang karena saya sangat mencintai keponakan me nik ini." ujar Edgar begitu tenang.
"Edgar Marvelo? Apakah kau pengusaha kaya itu?" me nik Laksmi memicingkan matanya seolah ia mengingat sesuatu. "Oh tidak mungkin, Edgar Marvelo tak mungkin menikahi gadis miskin, dan tak akan mau menikah secara byakala seperti ini, mungkin hanya namamu yang kebetulan sama." ujar me nik Laksmi.
Me nik Laksmi tahu perihal Edgar Marvelo yang begitu terkenal sebagai pengusaha yang sahamnya dimana-mana, namun ia tak pernah tahu wajah asli dari Edgar Marvelo.
"Oh, iya saya bukan Edgar Marvelo yang terkenal itu, hanya kebetulan nama saya sama dengan dia. Tapi saya ada sesuatu untuk me nik. Terimalah, semoga me nik suka." ujar Edgar lalu mengeluarkan lembaran uang ratusan ribu sebanyak dua puluh lembar.
"Wahh, kau baik sekali, kalau begitu ku anggap kau menantu kesayangan ku." ujar me nik Laksmi setelah menerima uang itu dari Edgar. "Pandai sekali kau Komang memilih suami." ujarnya lagi sambil melirik pada Komang yang sudah memasang wajah sebal.
"Oh iya, apakah me nik mau jalan-jalan hari ini?" tanya Edgar menawarkan pada me nik, sambil ia menelepon seseorang lewat handphone nya.
"Jalan-jalan? Maksudnya?" me nik Laksmi bingung dengan tawaran Edgar.
"Ini saya tambahin uang untuk jalan-jalan," Edgar kembali memberikan uang ratusan ribu sebanyak tiga puluh lembar. "Ini uang untuk jalan-jalan, me nik tidak usah khawatir, pakailah untuk shoping hari ini, dan sebentar lagi sopir saya akan membawa me nik jalan-jalan."
"Ya ampun Edgar, kau membuat me nik tidak enak hati pada Komang, ini apa tidak salah kau memberi uang sebanyak ini pada me nik?"
"Tidak me nik, pakailah uang itu, karena itu sekarang menjadi uang me nik."
Tak lama kemudian sebuah helikopter tiba-tiba mendarat di belakang rumah Komang yang kebetulan adalah sebuah lahan kosong yang akan di buat sebuah perumahan. Lalu beberapa orang lelaki berpakaian serba hitam mendatangi rumah Komang. Dalam pandangan me nik Laksmi, orang-orang itu benar-benar terlihat good looking sekali.
"Me nik, mereka adalah orang-orang saya, jadi me nik bisa ikut mereka," ujar Edgar.
"Tapi, me nik takut, me nik tak biasa untuk pergi dengan orang yang tidak di kenal." me nik Laksmi belum yakin sepenuhnya.
"Tidak usah khawatir, mari ikut kami." ucap salah satu pria berbaju hitam berwajah Indo-Belanda dan terlihat sangat maskulin sekali di mata me nik Laksmi.
"Baiklah kalau begitu," akhirnya me nik Laksmi mau ikut dengan beberapa pria berbaju hitam itu.
"Edgar, apa yang kau lakukan? Kemana para pria itu akan membawa me nik Laksmi?" gerutu Komang, setelah kepergian me nik Laksmi.
"Tenang saja, begitulah cara mengusir dengan halus, dan yang pasti sedikit pelajaran akan membuat dia akan berpikir berulang-ulang untuk mengganggumu lagi."
"Maksudmu...?"
🔹
🔹
🔹
"Tidaaakkkk!!! Ampuuunnn....!!!!" teriak me nik Laksmi saat ia akan di lempar dari helikopter yang dibawahnya adalah lautan lepas.
"Masih mau mengganggu Nyonya Komang lagi!?" bentak salah satu pria itu.
"Tidak, ku mohon, jangan lakukan ini padaku...!" ucap me nik Laksmi memohon sambil menangis kejer. "Aku janji akan memperlakukan keponakanku itu dengan baik, ku mohon lepaskan aku."
Akhirnya helikopter mendarat di sebuah lahan kosong didekat pantai Canggu, lalu me nik Laksmi diturunkan disana, me nik Laksmi pun segera turun dari helikopter terkutuk itu dengan kaki gemetar.
Bersambung......