Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 : Jejak yang tidak terlupakan
Dua hari berlalu sejak pertemuan dengan Marquis Mordain, dan waktu yang diberikan untuk memperoleh informasi tentang Kapten Jareth telah habis. Kota Zephyronia tetap sibuk dengan aktivitas harian, namun bagi Spectra dan kelompoknya, kegelisahan semakin menggelayuti mereka, Tidak membuang waktu, mereka harus segera bergerak.
Pagi itu, saat matahari baru saja menembus horizon, Spectra dan Arkane berdiri di balkon penginapan mereka, memandang ke arah pelabuhan yang penuh dengan aktivitas. Dari kejauhan, mereka bisa melihat kapal-kapal yang datang dan pergi, dan di antara mereka, kapal besar yang mungkin telah membawa Elina.
“Apakah Mordain sudah menghubungi kita?” tanya Spectra, suaranya penuh tekanan.
Arkane menggeleng. “Belum ada kabar, Tuan. Tapi aku rasa, kita tak bisa menunggu lebih lama, Apa kita perlu langsung mencari nya sendiri?!”
“Tunggu, bagaimana jika Mordain punya informasi yang lebih berharga?” Spectra berujar, lebih kepada dirinya sendiri.
Arkane menatapnya dengan tajam. “Informasi bisa datang terlambat. Sementara itu, kita bisa kehilangan Elina.”
Spectra menghela napas. “Kau benar. Sekarang kita akan mencari tahu sendiri.”
Belum sempat Spectra mengambil keputusan, sebuah suara nyaring terdengar dari pintu kamar mereka. Celeste muncul dengan langkah ringan, diikuti oleh Sylvie yang tampak gelisah.
“Apa lagi yang kita tunggu?” tanya Celeste, suaranya penuh semangat. “Kita tahu siapa yang menculik Elina, kita hanya harus menemukannya!”
“Lihatlah dia, seperti anak kucing yang kehilangan mangsa,” Sylvie mencibir, meskipun jelas terlihat kegelisahannya. “Aku tidak suka menunggu, tapi kita harus segera bersiap-siap.”
“Tidak ada waktu untuk persiapan berlebihan,” jawab Spectra tegas, menatap keduanya. “Arkane, kau ikut dengan aku. Celeste, Sylvie, kalian tetap disini dan terus berusaha melacak Elira.”
Mereka segera bergegas keluar dari penginapan, menuju kediaman Marquis Mordain. Begitu mereka tiba di kediamannya, mereka langsung dibawa ke ruang pertemuan. Mordain sudah menunggu mereka, wajahnya yang biasanya tenang kini tampak lebih serius.
“Informasi yang aku dapatkan memang tidak banyak,” kata Mordain, matanya penuh kekhawatiran. “Kapten Jareth memang terlibat dengan beberapa pihak di kerajaan, tapi aku tak bisa memastikan siapa. Apa yang aku tahu, dia memiliki seorang kontak di dalam kerajaan yang dikenal dengan nama Lady Virellia. Dia adalah seorang bangsawan yang sangat berpengaruh.”
“Lady Virellia?” tanya Arkane, mengernyit. “Bangsawan yang berhubungan dengan Jareth? Ini semakin rumit.”
Spectra tidak membuang waktu. “Di mana kita bisa menemukan Lady Virellia?”
Mordain menghela napas panjang. “Dia biasanya tinggal di salah satu kediamannya di distrik bangsawan. Namun, untuk menemukannya bukanlah hal yang mudah. Lady Virellia bukan tipe yang suka tampil di depan umum, dan dia sangat berhati-hati dengan siapa yang ia ajak berhubungan.”
Setelah menerima informasi itu, Spectra kembali berkumpul dengan Celeste dan Sylvie lalu menjelaskan seluruh informasi yang mereka terima dari Marquis Mordain.
“Berarti kita harus mencari informasi lebih lanjut tentangnya,” kata Sylvie, seraya melirik Spectra. “Mungkin ada seseorang di kota ini yang tahu lebih banyak.”
Spectra menatap mereka semua, pikirannya bergerak cepat. “Kita akan mulai dari sana. Tapi hati-hati, ini bukan lagi soal perompak biasa. Menurut informasi dari Marquis Mordain, Lady Virellia adalah seseorang yang tak bisa dianggap enteng."
Mereka meninggalkan kediaman Mordain dan segera menuju distrik bangsawan. Setelah beberapa jam mencari informasi di pasar gelap dan berinteraksi dengan informan yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota, mereka akhirnya mendapat petunjuk. Lady Virellia sering mengunjungi sebuah kafe yang terletak di sudut kota, sebuah tempat yang dikenal hanya oleh kalangan tertentu.
Sesampainya di kafe, suasana terasa berbeda. Tentu saja, tempat ini tidak untuk umum. Meja-meja dihiasi dengan lilin yang redup, suasana yang penuh dengan percakapan bisik-bisik. Di sudut, seorang pelayan menunjukkan mereka meja yang kosong. Mereka duduk dengan hati-hati, menunggu dengan mata yang selalu waspada.
Tak lama setelah itu, seorang wanita elegan masuk. Wajahnya tertutup sebagian oleh selendang hitam, namun gerakannya yang anggun tidak dapat disembunyikan. Lady Virellia. Saat dia melangkah masuk, beberapa pengunjung lainnya secara otomatis menundukkan kepala, memberi tanda hormat.
“Dia... itu pasti dia,” bisik Sylvie.
Spectra memimpin dengan tenang. “Jaga jarak, jangan biarkan dia curiga.”
Mereka berdiam diri, memperhatikan setiap gerakan Lady Virellia. Tak lama, pelayan datang membawa minuman ke meja wanita itu. Tanpa ragu, Spectra berdiri dan mendekat dengan langkah santai. “Lady Virellia, apakah saya bisa berbicara dengan Anda?”
Wanita itu menoleh, matanya menilai Spectra dengan cermat. Beberapa detik berlalu sebelum dia menjawab dengan suara rendah dan lembut. “Apa yang bisa saya bantu, Tuan?”
Spectra menarik kursi dan duduk. “Kami mencari seseorang yang Anda kenal. Kapten Jareth. Kami tahu bahwa Anda memiliki hubungan dengan orang seperti dia.”
Lady Virellia tersenyum tipis, senyumnya tidak terkesan ramah, malah lebih seperti senyum penuh perhitungan. “Saya rasa Anda salah alamat. Saya tidak tahu siapa itu Kapten Jareth.”
“Tapi kami tahu Anda mengenalnya,” lanjut Spectra, suaranya lebih tegas. “Kami mencari seorang wanita muda yang hilang—Elina. Dia dibawa oleh Jareth, dan kami perlu tahu di mana dia berada.”
Mata Lady Virellia berubah tajam, meskipun senyumnya tetap ada. “Oh, jadi Anda mencarinya, ya?” Dia menyandarkan punggungnya dengan anggun ke kursi. “Saya tidak tahu di mana dia, tetapi saya yakin Anda tahu, bahwa bertanya-tanya tentang Kapten Jareth adalah hal yang sangat berbahaya. Ada banyak orang yang tidak ingin nama itu disebutkan.”
Spectra menatapnya tajam. “Apa yang Anda tahu tentang Jareth? Apa hubungannya dia dengan Anda?”
Lady Virellia menarik napas panjang. “Saya sedikit tahu lebih banyak dari yang Anda kira. Tetapi saya tidak akan memberitahukan informasi ini secara cuma-cuma. Anda harus memberi saya alasan yang lebih baik untuk berbicara.”
“Tuan, mungkin kita bisa lebih... meyakinkan dia?” Celeste berkata, melangkah maju dan menunjukkan tatapan tajamnya. Namun, Spectra menahannya dengan satu gerakan tangan.
“Tenang, Celeste,” kata Spectra, tetap menjaga kesabaran. “Aku tahu cara berbicara dengan orang seperti dia.”
Spectra mendekati telinga lady Virellia, dia membisikin sesuatu yang membuat mimik wajah Lady Virellia berubah.
Lady Virellia menatap Spectra dengan serius, seakan mengukur niatnya. “Menarik juga” katanya pelan, “tapi Anda harus mengerti, ini bukan sesuatu yang bisa Anda tangani sendiri begitu saja loh. Kapten Jareth hanya bekerja untuk orang-orang yang lebih besar, dan orang-orang itu tidak suka jika ada serangga yang menganggu rencana mereka.”
Spectra menyilangkan tangan. “Jangan terlalu berbasa-basi, Katakan apa saja apa yang Anda tahu tentang nya!"
Lady Virellia terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. Lady Virellia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan penjelasannya, suara hatinya yang dalam mengalir begitu tenang namun penuh ketegasan. "Kapten Jareth," katanya, "adalah pemimpin dari sebuah aliansi perompak yang dikenal dengan nama The Black Tide. Mereka bukan sekadar segerombolan perompak biasa, tapi sebuah kekuatan terorganisir yang menguasai hampir seluruh perairan di utara, terutama di wilayah Kar'tha. Ia sangat cerdik dan tak kenal ampun—dan di balik penampilannya yang tenang, ia adalah orang yang selalu selangkah lebih maju dari musuhnya."
Dia berhenti sejenak, memastikan kata-katanya diserap penuh sebelum melanjutkan, "Di bawah Jareth, ada tiga komandan utama yang memimpin pasukan terkuat mereka. Pertama adalah Komandan Varka, seorang pejuang brutal yang tidak ragu untuk menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Varka adalah tangan kanan Jareth, dan dikenal karena kekuatan fisiknya yang luar biasa dan kemampuannya dalam pertempuran"
"Komandan kedua adalah Lady Kaelith, seorang ahli strategi yang sangat pintar. Kaelith memiliki kecerdikan yang jarang dimiliki orang lain. Ia lebih suka menggunakan tipu muslihat dan perang psikologis untuk mengalahkan lawan-lawannya. Jika Anda berhadapan dengannya, jangan pernah merasa terlalu aman."
"Yang terakhir adalah Tormak, seorang mantan perwira dari tentara kerajaan yang kini berbalik menjadi perompak. Tormak adalah pakar dalam hal intelijen dan taktik pertempuran. Ia sangat terorganisir, dan segala sesuatu yang ada di bawah perintahnya dijalankan dengan disiplin yang tak tergoyahkan."
Lady Virellia melangkah lebih dekat, tatapannya semakin tajam. "Jareth dan ketiga komandan itu bekerja sebagai satu kesatuan yang sangat terkoordinasi. Mereka memiliki tujuan yang lebih besar, lebih dari sekadar perompakan. Jika Anda berani memasuki wilayah Kar'tha, Anda akan terlibat dalam permainan yang tidak hanya mengancam hidup anda tapi juga wilayah ini."
Lady Virellia tersenyum sinis seolah merasa akan ada kejadian yang menarik jika Jareth bertarung dengan Spectra.
"Kau tidak mencoba menipuku kan" Tatap tajam Spectra pada lady Virellia. Namun Virellia tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya tersenyum sambil memalingkan wajah nya.
"Jadi dia ada daerah yang disebut kar'tha kan?!" Spectra langsung berdiri bersiap meninggalkan tempat itu.
"Jika semua ini benar dan aku berhasil menyelamatkan Elira, aku akan memberi tau semua nya" Ujar Spectra. Lady Virellia lagi-lagi tersenyum mendengarnya "Ku nantikan itu" jawab nya singkat.
Mereka lalu bergegas menuju pelabuhan, siap menghadapi perjalanan berbahaya menuju Kar'tha.