Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tiga Pemimpin Prosdimos
Bulan ke 5, Tahun 1248
Thaos beserta para penduduknya telah tiba di Ibukota Kerajaan Kokki’al. Setibanya disana Sang Raja, Raja Lorrias Eleor menyambutnya dengan sangat baik. Raja Lorrias telah menyediakan tempat baginya beserta seluruh penduduk desa untuk tinggal. Ia pun telah meminta para prajuritnya untuk menyiapkan segala kebutuhan para penduduk desanya, baik itu makanan dan minuman ataupun kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti pakaian serta obat-obatan.
Tapi beberapa penduduk disini terlihat sedikit terganggu dengan kehadiran dirinya. Dalam hal itu, Raja Lorrias memintanya untuk bersabar dan berharap dirinya dapat memahami dan mengerti perasaan para rakyatnya. Dia sendiri pun sadar tentang semua itu, karena bagaimanapun mereka semua adalah korban dari kaumnya, Ras Harimau. Sekalipun ia dan seluruh penduduk di desanya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu. Sekalipun dirinya juga merupakan korban.
Dan saat ini dia sedang duduk berhadapan dengan Raja Lorrias Eleor, di dalam ruangan pertemuan yang telah dijanjikan. Ia dan Raja Lorrias sedang menanti kedatangan Rivian Aaron, pemimpin pasukan Kerajaan Nos’aetos. Pertemuan ini untuk membahas rencana pembentukan sebuah persekutuan melawan Ras Harimau dari The Tiger Kingdom yang dipimpin oleh Lord Lott Greg.
Terlihat olehnya Raja Lorrias yang sedang duduk dengan tegap sambil menutup kedua matanya dan melipatkan kedua tangannya di atas meja. Kesan pertama saat ia melihat Raja Lorrias Eleor adalah bahwa ia merupakan seseorang yang mencintai kedamaian. Terlihat dengan jelas bahwa Raja Lorrias bukanlah pria yang menyukai kekerasan. Hanya saja, keadaan saat ini membuatnya harus mencabut serta mengangkat pedangnya untuk melindungi tanah berserta seluruh rakyat yang dicintainya. Keterpaksaan oleh keadaanlah yang mengharuskan pria ini untuk menghunuskan pedangnya.
Tidak seperti dirinya yang merupakan mantan jenderal dari Kerajaan Lef’tigris. Baginya pertumpahan darah adalah hal yang biasa ia lakukan untuk melindungi tanah yang ia cintai, untuk menjaga raja yang ia kasihi dan hormati kala itu, Raja Drias Seer. Sekalipun pada akhirnya ia gagal dalam menjalankan tugasnya, dalam memenuhi sumpahnya.
Raja Lorrias pun memperlakukan para peduduk dari desanya dengan penuh kasih dan perhatian. Tidak ada bedanya dengan caranya mengasihi rakyatnya, para penduduk Kerajaan Kokki’al. Sungguh seorang raja yang lembut dan penuh kasih.
Tidak beberapa lama kemudian terdengar langkah kaki mulai mendekat, dan kemudian pintu di ruangan terbuka. Lalu terlihat sosok pria tua dengan sorot mata yang begitu tajam seolah-olah kedua matanya mampu menembus kedua matanya. Ia adalah Rivian Aaron.
Dan sesaat setelah ia memasuki ruang pertemuan, para prajurit dari Kerajaan Kokki’al kembali menutup pintu. Para pengawal yang mendampingi perjalanan Rivian Aaron pun berhenti dan menunggu di luar ruangan. Kali ini ruangan telah di isi oleh ketiga pemimpin dari Wilayah Prosdimos, termasuk dirinya.
Tapi terlihat tatapan sinis dari Rivian Aaron yang dengan sangat jelas tertuju padanya. Kemudian Raja Lorrias berkata,
“Baiklah, kali ini semua pihak telah hadir. Mari kita mulai perundingan kita untuk membahas pembentukan sebuah persekutuan.”
Dan kemudian perundingan pun dimulai.
***
Ini pertama kalinya para pemimpin wilayah Prosdimos berkumpul dan mengadakan perundingan untuk membahas pembentukan sebuah persekutuan. Saat ini dihadapannya telah duduk dua dari pemimpin Prosdimos, Sang Raja dari Kerajaan Kokki’al, Raja Lorrias Eleor dan mantan jenderal dari Kerajaan Lef’tigris, Thao Greg.
Dari kabar yang ia dengar setelah kejatuhan Kerajaan Lef’tigris, sang jenderal kerajaan dikatakan bersembunyi di suatu desa tersembunyi yang telah disiapkan raja mereka, Raja Drias Seer, bersama seluruh sisa-sisa pasukannya. Dikatakan mereka sedang menghimpun pasukan untuk merebut kembali Kerajaan Lef’tigris, yang saat ini telah dikuasai sepenuhnya oleh para Ras Harimau yang dipimpin oleh Lott Greg.
Meski begitu, dalam hati Rivian Aaron merasakan keengganan yang berat akan kehadiran mantan jenderal Kerajaan Lef’tigris itu dalam pertemuan ini. Karena baginya, bagaimanapun juga Thaos Greg merupakan salah seorang dari Ras Harimau, ras yang mengacaukan seisi Prosdimos. Baginya Thaos Greg tidak jauh berbeda dari Lott Greg dari The Tiger Kingdom yang merupakan musuhnya saat ini.
Dan saat ini, Raja Lorrias Eleor sedang membahas rencana penyerangannya ke The Tiger Kingdom yang memakai Kuil Anemos (kuil angin yang suci) sebagai istana mereka. Baginya Ras Harimau adalah kaum kotor dan tidak tahu diri yang telah menginjak-injak kehormatan Prosdimos, kehormatan simbol suci dari Prosdimos, Elementary Owner WIND. Karena itulah WIND kembali bangkit dalam wujud iblis yang kejam dan bengis. Ia lahir kembali dalam wujud Sang Iblis WIND.
Kedatangannya kemari tidak lain adalah karena kabar yang ia dengar bahwa Sang Iblis WIND berada di sini, di Ibukota Kerajaan Kokki’al. Yang menurut kabar turut serta mengawal para penduduk Ras Harimau dari Desa Tersembunyi warisan Raja Drias Seer menuju ke Ibukota Kerajaan Kokki’al. Ia berharap kedatangannya kali ini dapat mempertemukannya dengan Sang Elementary Owner WIND.
Tapi Sang Elementary Owner WIND memilih untuk membantu mereka, para Ras Harimau pelarian itu. Sang Penjaga dan Pelindung Prosdimos telah memutuskan untuk membimbing mereka. Karena itulah ia memutuskan untuk menerima kehadiran mereka di persekutuan ini, menerima kehadiran Thaos Greg di perundingan ini.
Tapi dimanakah ia? Seperti apakah sosok Sang Elementary Owner WIND kali ini? Ia sungguh ingin mengetahui semua itu. Dan ia berharap dapat bertemu dengannya disini.
Kemudian ditengah perundingan itu, tiba-tiba Raja Lorrias Eleor bertanya kepadanya,
“Tuan Rivian, apakah Anda keberatan akan keterlibatan para Ras Harimau yang dipimpin oleh Tuan Thaos Greg dalam persekutuan ini?”
Ia sedikit terkejut dengan pertanyaan Raja Kerajaan Kokki’al itu, dan ia pun menjawab,
“Ini adalah keputusan bersama. Tentu saya akan berusaha menerima dengan tulus niat dan kebaikan mereka. Karena ini semua demi meraih kembali kedamaian di seluruh dataran Prosdimos yang kita cintai.”
Kemudian ia menatap ke arah Thaos Greg dan berkata,
“Dan kuharap kehadiran Anda berserta seluruh kaum Anda, atau lebih tepatnya Ras Harimau yang anda pimpin dapat membawa kebaikan dalam persekutuan ini.”
Saat itu Thaos Greg menjawab perkataannya dengan sebuah anggukan kecil tanpa berkata sesuatu. Kemudian Raja Lorrias pun kembali membahas rencananya.
***
Pertemuan untuk membahas persekutan tiga Ras Half-blood yang tersisa di wilayah Prosdimos pada hari pertama pun berakhir tanpa masalah. Sekalipun terlihat jelas keengganan Rivian Aaron dengan kehadiran Thaos Greg dalam pertemuan ini. Tapi sang pemimpin dari Nos’aetos itu mampu menjaga sikapnya dengan baik.
Sejujurnya saat pertemuan berlangsung, Raja Lorrias Eleor agaknya sedikit risau dengan sikap Rivian Aaron. Tapi ia bersyukur pertemuan pertama berjalan dengan baik. Dan ia pun sungguh menghormati sikap bijak dari Thaos Greg dalam menghadapi rasa tidak suka Rivian Aaron akan kehadirannya.
“Sungguh lelaki yang bijaksana,” gumamnya dalam hati mengagumi sikap Thaos Greg.
Ia pun melangkah ke ruangan pribadinya untuk berjumpa dengan salah satu panglima perangnya Paul, yang saat ini sedang menanti kehadirannya. Dan saat ia telah memasuki ruangannya terlihat Paul dengan sigap bangkit dan membungkukkan badannya ke arahnya. Kemudian ia menjawab salam hormat dari panglimanya itu dengan sebuah lambaian tangan dan berkata,
“Duduklah sebentar bersamaku, aku ingin berbicara kepadamu dan memberi berberapa perintah.”
“Baik, Rajaku.”
“Paul, bagaimana keadaan para pengungsi dari Ras Harimau sekarang?”
Paul pun mulai menjelaskan padanya segala hal yang terjadi, mulai dari beberapa kebutuhan mereka yang telah terpenuhi dengan baik, serta beberapa dari mereka yang telah mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Tapi yang menjadi permasalahan saati ini adalah terdapat beberapa penduduk yang menunjukkan keengganan mereka terhadap kehadiran para pengungsi itu.
“Ya, tentu akan ada beberapa rakyat yang enggan terhadap mereka. Dan aku dapat memahami akan kerisauan dan keengganan mereka. Tapi kuminta kepadamu untuk dapat menenangkan para penduduk disini serta memberikan sedikit pengertian kepada mereka. Karena bagaimanapun juga para pengungsi itu juga merupakan korban dari para prajurit The Tiger Kingdom. Dan sudah sepatutnya kita membantu mereka. Karena setelah ini mereka semua adalah bagian dari kita, bagian dari persekutuan untuk memerangi The Tiger Kingdom...
"Kau, Paul, cobalah untuk merencanakan sebuah latihan bersama dengan para prajurit Ras Harimau itu untuk menambah pengalaman bertarung mereka. Dan tentu saja pengalaman bertarung para pasukan kita juga. Aku juga akan membahas hal ini dengan Thaos Greg. Dan jangan lupa untuk selalu mengawasi serta memperhatikan seluruh kebutuhan mereka, para penduduk serta prajurit milik Thaos Greg”
“Baik, Tuanku.”
Kemudian Paul melangkah pergi dari ruangannya untuk menjalankan segala perintahnya. Dan ia pun merenggangkan otot-otot ditubuhnya dan menyandarkan kepalanya di kursinya. Untuk sejenak memberi waktu bagi tubuh serta pikirannya beristirahat dengan tenang.
****
“Tatapan kelam itu menyadarkanku akan betapa terkutuknya diriku,
Betapa hinanya kaumku,
Dan menyadarkanku untuk segera bangun dari mimpi-mimpi yang dibalut oleh selimut kedamaian,
Untuk segera membuka mata serta mengepalkan kedua telapak tangan ini,
Dan mengubah segalanya serta meraih kembali kehormatanku,
Kehormatan kaumku.”
😂
😂