Caroline Blythe Berasal dari keluarga Broken Home dengan ibu yang harus masuk panti rehabilitasi alkohol. Hidup sebatang kara tidak punya kerjaan dan nyaris Homeless.
Suatu ketika mendapat surat wasiat dari pengacara kakeknya bahwa beliau meninggalkan warisan rumah dan tanah yg luas di pedesaan. Caroline pindah ke rumah itu dan mendapatkan bisikan bisikan misterius yang menyeramkan.
Pada akhirnya bisikan itu mengantarkan dirinya pada Rahasia kelam sang kakek semasa hidup yang mengakibatkan serentetan peristiwa menyeramkan yang dialaminya di sana. Mampukah Caroline bertahan hidup di Rumah tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bantulah Kami
Caroline’s POV
Hari ini Toko kue sangat ramai, disamping itu, kami menerima pesanan untuk pesta sebuah keluarga yang merayakan ulang Tahun anaknya. Aku membantu Ana, ibu Willy, membuat kue ulang tahun. Aku menyukai kegiatan ini. Aku senang membuat kue ulang tahun.
Aku teringat waktu aku masih kecil, betapa rindunya aku akan kehadiran sosok ayah. Aku selalu iri jika ada temanku yang berulang tahun, lalu ibu dan ayah nya menemani nya potong kue, memberi mereka aneka hadiah dan juga kue tart yang cantik. Tak terasa mataku menjadi panas dan air mata pun meleleh.
“Hai mengapa kau menangis?” tanya willy yang mungkin sejak tadi memperhatikanku.
“Ah Tidak, mataku terkena uap oven, yang panas, sehingga mudah berair,” tepisku
“Oh, sini aku bantu,” ujar Willy sambil mengambil nampan berisi kue yang hendak ku panggang dalam oven.
“Terimakasih Willy,” kataku
“You are Welcome,” balasnya.
Kami berempat, aku , Willy, Ana dan Nenek Luisa larut dalam kesibukan hingga tanpa terasa malam pun tiba dan toko harus segera tutup. Aku menyapu dan pel semua ruangan toko dan dapur, Ana mencuci piring dan perlengkapan masak, Willy menutup kasir dan menghitung uang, serta nenek Luisa melap semua perlengkapan dapur. Kami sangat bersyukur, pendapatan toko kue hari itu lumayan bagus.
“Bawalah ini pulang bersamamu,” ujar Nenek Luisa
Aku melihat dalam kotak yang diberikan padaku, terdapat aneka kue, sepotong kue ulang tahun dan minuman sirup jahe yang bisa aku buat di rumah. Aku mengucapkan terimakasih pada nenek Luisa. Setelah semua selesai, aku pamit undur diri.
“Ayo aku antar kau pulang. Hari ini kamu kerja over time. Ini sudah gelap. Sebaiknya aku antar kau pulang,”
Ana ibu Willy menyahut, “Lain kali bawa lah baju ganti jika ada pesanan macam hari ini, sehingga kau bisa tidur di sini. Aku senang kau menemani nenek Luisa. Sekarang biar willy yang mengantarmu pulang,”
“Terimakasih Ana. kau sangat baik,” ujarku.
Akhirnya aku dibonceng Willy untuk kembali ke rumah tua kakek. Willy sempat melarangku kembali kesana malam itu. Namun aku jelaskan bahwa aku tidak nyaman tinggal di Losmen terus. Lagian sejak Mediumship, rumah kakek menjadi lebih aman demikian aku beralasan.
Akhirnya Willy menyerah dan mengantarku pulang. Sesampainya di depan pintu pagar rumah, willy kembali memastikan pilihanku untuk tinggal di rumah kakek.
“Kau yakin akan menginap di sini malam ini? Kau tidak takut?” tanya Willy.
“Tidak willy, aku baik baik saja.Yakinlah,” jawabku.
Tak lama terdengar bunyi guntur dan kilat mulai menyambar dilangit.
“Mau hujan, aku pulang dulu ya,” kata Willy berpamitan
“Hati hati di jalan will,” jawabku seraya bergegas masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam rumah, aku melihat Charles duduk menghadap jendela seperti baru saja memperhatikan aku dan Willy berbicara,
“Dia anak yang baik.” ujar Charles memecah keheningan.
“Siapa?” tanyaku pura pura tidak tahu.
“Willy temanmu.” ujarnya.
“Oh ya, dia selalu khawatir jika aku pulang malam. Dia selalu menawarkan diri untuk mengantarku pulang,”
“Aku bisa menjemputmu kalau kau mau. Seperti waktu itu. Kita bisa berboncengan,” ujar Charles
“Tidak Charles, aku tidak ingin mengundang pertanyaan orang tentang dirimu,” ujarku
“Kau bisa menjelaskan saja pada mereka bahwa aku teman dekat yang peduli padamu.” jawab Charles.
“Yah mungkin lain kali,” jawabku untuk memutus perdebatan yang tidak perlu.
“Aku Mandi dulu Ya Charles,” ujarku
Charles hanya mengangguk. Segera aku masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan Bathup dan mengisinya dengan air hangat. Lalu aku merendam diriku di dalamnya dan menikmati sensai air hangat yang membuat seluruh tubuhku seperti berdenyut dipijat air panas.
Untuk beberapa saat aku terlena dengan sensasi hangatnya air panas dan aroma terapi yang aku gunakan. Namun tiba tiba air dalam Bathup mengeluarkan gelembung seperti mendidih. Makin lama gelembung nya makin banyak dan aku merasa heran dan aneh. Bulu kudukku meremang dan hawa dingin menerpa wajahku berulang kali. Aku panik.
Baru saja aku hendak berdiri keluar dari Bath up, justru dari dalam air keluar kepala seorang wanita berambut panjang dengan mata merah melotot besar dengan mulut menganga dan mengelurkan bunyi seperti suara orang tercekik
“Haaakh…Haaakh…Haaak”
Spontan aku berteriak nyaring dan melompat dari dalam air lalu berlari ke pojok kamar mandi. Aku berteriak sambil menutup telinga dan memejamkan mataku.
“Tolong …tolong…” ujarku dengan teriakan yang nyaring.
Terdengar suara Charles dari luar pintu kamar mandi sambil berkata, “ Caroline, kau baik baik saja?”
Aku tidak mampu menjawabnya selain berteriak histeris. Mungkin karena panik, atau memang karena sudah menjadi kebiasaannya. Charles tidak menunggu lagi, dia menembus pintu kayu jati tebal itu wuuuuz. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan memandangku di pojok.
Aku makin berteriak melihatnya muncul dengan cara aneh itu.
“Caroline…tenang…tenanglah…sadar Caroline, “ ujar Charles mencoba menenangkan ku
Aku masih saja berteriak dan meronta ronta saat Charles mencoba memelukku.
“Caroline, sadar…ini aku Charles..sadar Caroline,”
Setelah dia mengatakannya berulang kali aku pun mulai tenang, dan seketika memeluknya.
“Bawa aku keluar dari sini, Aku takut,”
“Oke oke , kau harus pakai kimono handukmu dulu, oke ,,,oke? Aku akan ambilkan.” ujar Charles sambil tetap mencoba menenangkan ku yang mulai menangis.
Saat itulah aku baru sadar, jika aku telanjang bulat. Oh Tuhan malunya aku. Tapi buat apa juga malu pada Hantu.
Segera aku kenakan Kimono handuk yang diulurkan Charles padaku.
Dan tiba tiba dia menjunjungku dan mengangkatku laksana pengantin membawaku keluar dari kamar mandi.
****
Dia meletakkanku dia tas tempat tidur dan menyelimuti tubuhku. Aku mulai merasa tenang dan terkendali.
“Si…siapa itu Charles, mengapa dia muncul tiba tiba dari dalam air,”
“Haaah itu Linda. Dia juga arwah penasaran korban dari Reginald. Dia juga belum bisa menyeberang ke alam keabadian dengan sebab yang kurang lebih sama denganku. Dia tidak tahu dimana jasadnya. Kemungkinan dikuburkan juga dengan tidak layak,”
“Mengapa dia muncul dengan tiba tiba? Aku takut,” tanyaku
“Dia mungkin menghirup wangi dari sabun atau aromaterapi yang kau pakai. Dia memang hantu kepo,”
Charles memberikan aku minum jahe hangat buatan nenek Luisa.
“Terimakasih Charles, kau sudah menjagaku dengan baik,”
Charles lalu memandangku dan berkata, “Linda ingin berkenalan denganmu. Apa kau bersedia?”
Aku memandang Charles dengan ngeri. Aku mengingat wajah Linda yang menakutkan. Namun karena aku merasa kami tinggal di tempat yang sama, maka lebih baik mengenal mereka dari pada tidak sama sekali.
“Tentu saja, dengan syarat setelah ini dia tidak akan lagi muncul tiba tiba dan mengejutkan ku. Setidaknya aku ingin privasiku terjaga selama aku ada di kamar mandi,”
Lalu Charles menunjuk ke arah sudut kamar, dan dari sana muncul seorang wanita mungil dan cantik. Wanita yang tadi berteriak ke arahku saat di dalam Bathup.
Aku agak mundur melihat fenomena aneh itu.
“Jangan takut, aku disini,” ujar Charles.
Linda mendekatiku lalu berkata, “Maafkan aku tadi. Mungkin kemunculanku mengagetkanmu,”
Linda mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sebagai permintaan maaf. Tapi aku ragu ragu dan memandang ke arah Charles. Lalu Charles menganggukkan kepalanya dan memintaku menerima uluran tangan Hantu Linda.
“Aku Caroline,” ujarku
“Caroline kau cucu Reginald? “ tanya Linda.
“Y….ya, tapi aku tidak mengenalnya, aku hanya mendapat warisan rumah ini. Aku tidak pernah kenal dia semasa hidupku. “ ujarku
“Aku tahu, Caroline, jangan takut,” ujar Linda.
Begitu aku menyentuh tangannya yang dingin sedingin es, sontak linda kembali berkata,” Hidupmu sangat menderita. Kau terbuang di sini,”
“Ya bisa dikatakan begitu,” ujarku
“Maukah kau berteman denganku?” tanya Linda
“Aku mau dengan satu syarat, kau tidak muncul dalam wajah seperti tadi. Kau menjaga privasiku dan jangan suka melakukan Jam Scare.”
“Hihihi,” Linda tertawa kecil
“Aku janji. Aku tidak akan muncul dengan cara mengejutkan. Aku akan berpenampilan Cantik dan tidak menakutkan. Itu sangat mudah,” Ujarnya.
Aku bisa membantumu memasak, memijit punggungmu saat kau mandi atau menemanimu.
Aku tersenyum tipis dan menjawab,” Aku perlu membiasakan diri dengan kalian semua,”
Charles memandangku dengan wajah serius, “ Belum semuanya,”
Tiba tiba Si wajah tengkorak dengan jubah putih muncul di hadapanku.
“Aaaaah,” aku berteriak kencang ketakutan.
Charles kembali menenangkanku dan berkata,” Itu simon…simon, ingat? “
“Oh ok ok…simon, Hai simon,” ujarku ragu
Lalu simon muncul dengan wajah manusia yang tidak menakutkan.
“Hai Caroline, Aku simon. Aku yang datang dan merasuki temanmu ketika kalian melakukan mediumisasi,”
Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu Charles, Linda dan Simon berdiri di hadapanku. Mereka seperti ingin menyampaikan sesuatu.
“Caroline, kau hanya boleh berbicara dengan kami. Karena kamilah Arwah asli di rumah ini, yang masih Linger dan belum bisa sepenuhnya menyeberang. Jika nanti kau mengenali hantu atau arwah lain selain kami, maka ketahuilah itu adalah roh roh liar yang entah seperti apa dan dari mana dia berasal. Kau tidak boleh berkomunikasi dengan mereka. Karena itu bisa membahayakanmu,” kata Charles menjelaskan.
“Baik, aku akan mengingatnya. Tetapi apakah kalian akan melindungiku?” tanyaku
Serentak mereka mengangguk dan berkata,”Pasti”
“Mengapa demikian, bukankah aku ini cucu dari orang yang membunuh kalian?” tanyaku
“Karena kami ingin suatu saat kau membantu kami untuk bisa menyebrang. Entah seperti apa dan bagaimana caranya.” Jawab Charles.
“Kami ini tidak bisa menyebrang bukan hanya karena kami mati dibunuh, tetapi juga karena ada hal yang mungkin belum tuntas semasa hidup kami namun kami tidak tahu apa itu,” Jawab Linda.
“Untuk itulah kami ingin minta bantuanmu,” ujar Simon menimpali.
“Baik …baiklah aku akan bantu kalian, dan kalian bantu aku di rumah ini ya” ujarku lemah
Kami saling mengangguk dan sepertinya kami sepakat untuk tinggal berdampingan di rumah itu dengan damai.
****