Dibunuh demi selingkuhan, hartanya di rampas dan dia dipisahkan dengan anaknya, dia kembali ke masa lalu dan mengubah takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Pergi bersama Manager
Perempuan itu melihat pria di depannya dari balik matanya yang Memang agak buram karena menahan air matanya agar tidak menetes.
Deg!
Deg!
"Ma,, manager," ucap Melinda sangat terkejut melihat manajernya di kantornya juga berada di tempat itu.
Dilan agak menyipitkan matanya melihat perempuan yang ada di depannya.
"Apa kau butuh tempat untuk bercerita?" Tanya pria itu dengan sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.
Melinda yang mendengarkannya sangat terkejut, di kehidupan masa lalunya Dia tidak punya seseorang pun tempat ia bercerita.
Karena dia adalah orang yang tertutup dan pemalu, bahkan pada Niko pun, dia tidak berani menceritakan apapun dan hanya berani memendam setiap hal yang membuat hatinya bersedih.
Jadi dia sangat terkejut ketika dia kembali ke masa lalunya dan mendapati manajernya menawarkan diri sebagai tempat untuk bercerita.
"Itu,,, tidak perlu." Ucap Melinda kini membuang muka dengan mata yang semakin berkaca-kaca.
Entah kenapa dia merasa terharu mendengar seseorang yang menawarkan diri untuk mendengar ceritanya.
"Baiklah, Tapi Aku sarankan padamu untuk tidak perlu kembali lagi ke dalam ruangan. Saat ini aku hendak pergi ke sebuah tempat yang menyenangkan, Kalau kau mau ikut bersamaku, kita bisa pergi sekarang." Ucap Dilan kembali membuat Melinda terkejut dengan perempuan itu mengepal erat tangannya.
Untuk pertama kalinya ia ditawari oleh seseorang untuk pergi ke tempat yang menyenangkan.
Padahal, dia sudah hidup dua kali,, tapi kenapa ini baru yang pertama kali???
Maka dengan tidak sadar air mata yang sedari tadi tertampung di kelopak matanya kini jatuh membasahi pipinya yang mulus.
"Ayo," ucap Dilan langsung menggenggam tangan Melinda dan menarik perempuan itu tanpa persetujuan dari Melinda.
Melinda sangat terkejut, tetapi perempuan itu hanya tetap mengikuti langkah Dilan sembari tangannya yang lain menghapus air matanya.
"Masuklah," ucap Dilan ketika Dilan membukakan pintu mobilnya untuk Melinda.
Melinda masih terdiam di tempatnya, ia menatap pria di depannya, 'dia adalah manajerku dan dia bukan orang yang suka berinteraksi dengan orang lain. Dia adalah orang yang acuh dan hanya fokus saja pada pekerjaan.
"Tidak pernah berbicara dengan orang di kantor kecuali jika membicarakan masalah pekerjaan. Tapi kenapa...?' Melinda merasa sangat aneh dalam hatinya.
Tetapi melihat pria itu sudah berusaha menghiburnya dan bahkan sudah membukakan pintu mobil untuknya, maka Melinda langsung naik ke mobil Dilan dan duduk dalam perasaan yang aneh.
Dilan langsung berputar ke pintu kemudi dan duduk di kursi kemudian sembari melihat ke arah Melinda yang masih terdiam di tempatnya.
"Apakah kau ketinggalan sesuatu?" Tanya Dilan menatap perempuan yang terlihat bingung.
Maka Melinda mengangkat kepalanya menatap Dilan, lalu perempuan itu menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, kita akan pergi sekarang," ucap Dilan segera menyalakan mesin kendaraannya.
Tetapi ketika dia kembali melihat Melinda, perempuan itu sudah menatap keluar jendela dengan wajah yang terlihat masih linglung. Padahal dia belum memasang sabuk pengamannya.
Maka dengan segera, Dilan mendekatkan diri ke arah perempuan itu hingga tatapan mereka bertemu dan wajah mereka sangat dekat.
"Ada apa?" Tanya Melinda dengan jantung berpacu kuat dan dia merasakan panas menggerogoti seluruh tubuh dan berkumpul di pipinya.
"Kau terlihat sangat linlung, kau bahkan lupa menggunakan sabuk pengaman mu," ucap Dilan langsung menarik sabuk pengaman Melinda lalu memasangkannya untuk perempuan itu.
"Te,, terima kasih," ucap Melinda setelah dilan kemudian menjauh darinya.
"Aku tidak menerima ucapan terima kasih lewat kata-kata," ucap Dilan sembari menyalakan mesin kendaraannya langsung membuat Melinda kebingungan menatap pria itu.
"Jadi, kau mau apa untuk ucapan terima kasihku?" Tanya Melinda dengan raut wajah yang masih kebingungan.
Dia bingung dengan sikap manajernya yang ternyata sangat berbeda dari yang ia ketahui di kehidupan sebelumnya.
"Bagaimana kalau makan siang bersama?" Tanya Dilan sembari melirik ke arah Melinda yang tampak terkejut mendengar permintaannya.
"Itu,," Melinda merasa sangat aneh, hanya karena dia dipasangkan sabuk pengaman lalu ucapan terima kasihnya adalah,,, makan siang??
"Kalau kau tidak bisa maka--"
"Baiklah!" Sela Melinda langsung membuat Dilan tersenyum senang.
"Kalau begitu, Kau bisa mengatakan padaku kapanpun kau siap untuk berterima kasih padaku." Ucap Dilan.