Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 26
Ibadah dilakukan keduanya dengan penuh hikmat. Baik Ravi maupun Leina bersama-sama menjadikan itu sebagai sebuah kesempatan bagi mereka melepaskan segala hal tentang dunia mereka.
Tak jarang air mata Ravi tumpah, mengingat banyaknya khilaf dan lupa karena terlalu fokus dengan dunia.
Pun dengan Leina, ia merasa bahwa semua yang hadir padanya hanyalah atas kebaikan Sang Pencipta, namun terkadang dirinya merasa sombong seolah-olah semuanya miliknya.
Kini Leina mengerti dan menyadari bahwasannya semuanya hanyalah titipan. Karir, harta, wajah, semua hanyalah bagian sementara dalam hidup. Dan yang paling utama dia mulai menerima apa yang terjadi pada tubuhnya, tentang penyakitnya dan tentang kematian yang mungkin tidak akan lama lagi ia rasakan.
" Terimakasih Ya Allah, terimakasih karena sudah memberikan hamba hidup yang luar biasa. Harta, keluarga dan juga suami yang luar biasa. Dan jika suatu saat nanti Engkau memanggilku, maka aku siap untuk menghadap-Mu."
Itulah untaian kata yang Leina ucapkan ketika berada di depan ka'bah. Dia tersenyum tanpa meninggalkan air matanya yang terus meleleh.
Pun dengan Ravi, awal dari pernikahan yang ia jalani sebenarnya salah. Namun kini dia mulai menerimanya dengan hati. Dan teruntuk Leina, dia tetap ingin terus berada di sampingnya hingga akhir.
" Aku terima Ya Rabb, aku menerimanya. Hanya, biarkan aku membuatnya bahagia. Biarkan aku membuatnya hidup tanpa ada penyesalan. Dan satu hal yang aku pinta, tolong selalu buat dia ingat tentang ku hingga akhir kita bersama."
Ravi tidak akan bisa mengingkari suatu hal yang memang sudah pasti. Meskipun entah kapan waktu itu akan datang, tapi dia sudah mulai menyiapkan dirinya dari sekarang.
Meksipun dia masih berharap akan sebuah keajaiban. Namun, dia tidak ingin berharap lebih, dan yang utama adalah membuat Leina bahagia. Membuat Leina memiliki kenangan indah, meskipun dia akan melupakannya nanti.
Perjalanan ibadah mereka berdua begitu mengharu biru, namun keduanya terlihat bahagia. Sehingga sungguh membuat kepergian pertama kali mereka menjadi suami istri begitu berarti.
Ravi selalu mengabadikan setiap momen tanpa lupa. Sehingga jika nanti mereka ingin melihat, tinggal membukanya.
Seminggu berlalu, mereka sudah kembali ke rumah dan semua keluarga datang. Semuanya terlihat bahagia melihat Ravi dan Leina pulang beribadah. Dari wajah Ravi dan Leina, mereka terlihat lebih segar dan bercahaya.
Satu per satu memberi sebuah ucapan selamat karena ibadah mereka berjalan lancar. Ucapan balasan yakni terimakasih pun Ravi dan Leina berikan karena memang mereka merasa bahagia sepulangnya dari tanah suci.
Kini keduanya kembali berdua. Satu persatu keluarga berpamitan untuk kembali pulang.
" Huaah, capek juga ya. Lei, kamu nggak akan buru-buru masuk kerja kan?"
" Nggak kok Mas, seminggu lagi deh biar genap sebulan bolosnya hehehe. Lagian udah ada Leon, biar bocah itu bertanggungjawab."
Ravi mengangguk setuju. Jika boleh meminta, dia ingin Leina di rumah saja biar tidak terlalu lelah. Tapi malah nanti istrinya itu merasa kesepian. Jadi Ravi membiarkan Leina melakukan pekerjaannya kembali nanti.
" Mas, mau ngapain?"
" Ke kamar mandi, mau salin."
" Boleh duduk bentar? Ada yang mau aku omongin."
Ravi mengerutkan alisnya melihat Leina menepuk kasur. Ia yang hendak berjalan ke kamar mandi akhirnya tidak jadi dan duduk di sebelah Leina.
Dan untuk sesaat Leina terdiam. Hal itu semakin membuat Ravi penasaran, tapi ia tidak ingin mendesak istrinya. Karena dia tidak tahu juga apa yang akan Leina katakan pada dirinya itu. Jadi, Ravi akan menunggu hingga Leina membuka mulutnya.
" Mas, ini soal yang waktu itu. Ehmm aku udah mutusin."
Degh degh degh
Dad Ravi berdegup kencang ' soal waktu itu' dia paham betul apa arti kalimat itu. Antara siap dan tidak siap saat ini Ravi akan mendengar tanggapan dari Leina. Dia bak abg yang akan mendapatkan jawaban dari confess yang dilakukannya.
" Mari kita menjalani pernikahan ini dengan sungguh-sungguh. Ayo jadi suami istri yang sebenernya."
" Ya? Alhamdulillah!"
Ravi langsung memeluk erat Leina. Dia sangat bersyukur akhirnya mereka memiliki tujuan yang sama. Dan tanpa sadar saat ini Ravi sudah menciumi wajah Leina. Dari kening hingga ke dua pipi.
" Eeh maaf, aku kelewat seneng."
" Nggak apa-apa Mas. Itu bukan hal yang salah."
Cup
Kini gantian Leina yang mencium pipi Ravi dan siapa sangka hal tersebut membuat wajah Ravi memerah.
Jatuh cinta, ya saat ini itulah yang tengah dirasakan oleh Ravi. Jatuh cinta kepada temannya dan jatuh cinta kepada istrinya.
" Aku sungguh menyukaimu Lei. Aku cinta sama kamu, bukan hoax bukan tipu-tipu."
" Aku tahu Mas, aku juga suka sama kamu."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍