Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raja
Tarik mundur cerita saat Arez pingsan setelah melawan Nero, Di Istana Pangea
saat bintang menutup mata,
Raja jatuh di istana, dalam kegelapan yang hampa.
Di bawah purnama, di istana yang luas,
Jiwanya menghilang, menyisakan luka yang mendalam dan berkasut.
Dinding-dinding megah, saksi bisu yang diam,
Menangis tanpa suara, menandakan kematian yang kelam.
Setiap lorong sepi, terdengar bisikan angin,
Mengisahkan kisah pilu dari malam yang hilang.
Pusara tak bernama di antara kertas-kertas emas,
Tempat tidurnya kosong, tak ada lagi mimpi megah.
Di luar jendela, hujan turun dengan lembut,
Menangisi raja yang pergi, menutup cerita yang sudah usang.
Malam ini, raja terbunuh, di bawah langit yang hampa,
Istana yang dulu bertahta kini hanya terbungkam dalam duka.
Kematian mengukir namanya dalam bayangan gelap,
Menghapus jejak kebesaran, menjadikan malam sebagai saksi akhir yang rapat dan Tirai baru terbuka lebar.
...Morgana...
Morgana, si penyihir dari kelompok Archié, duduk di singgasana raja dengan sikap yang penuh kemenangan. Dengan mata tajam dan penuh kejam, ia menatap mayat raja yang terbaring di lantai. Suara langkahnya yang lembut dan dingin menggema di seluruh ruangan megah yang kini kosong dan penuh kesedihan.
"Kini," Morgana berkata dengan nada dingin dan penuh kekuasaan, "Archie akan kembali memulai. semua yang kami rencanakan akan terwujud meski seluruh Zefia menentang."
Dia melanjutkan dengan senyum sinis, "Istana ini, yang dulu penuh kemegahan, kini menjadi saksi bisu dari kebangkitan kami. Dengan kekuatan baru yang telah kami ambil, tidak ada yang bisa menghentikan langkah kami."
Morgana mengangkat tangannya, memanggil energi gelap yang berkilau di sekitar tubuhnya, seolah-olah menandai awal dari era baru yang akan datang. "Dengan kekuatan yang diambil ini. kami akan membangun kembali melanjutkan rencana. Kini kami jauh lebih kuat dan lebih berbahaya dari sebelumnya. Ini adalah permulaan dari kekuatan yang akan menaklukkan Zefia."
Dia berdiri di singgasana dengan penuh keyakinan, menatap ke luar jendela ke arah malam yang gelap, menyadari bahwa masa depan yang baru kini berada di ambang pintu mereka.
Tiba-tiba, kabut tebal menyelimuti ruangan, dan Nero muncul dari dalamnya, tersenyum sinis. "Wah, wah, wah, sepertinya kau bersenang-senang, Morgana," katanya dengan nada yang penuh ejekan.
Morgana menoleh dengan tatapan tajam, "Cih, bajingan pengganggu. Apa ini sudah saatnya? Bagaimana dengan Arez?"
Nero mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Sesuai rencana yang telah diberikan pimpinan. Setelah pertarungan, Arez mulai mengingat masa lalunya. Sekarang mereka dalam perjalanan kembali ke Panggea bersama Cybele dan teman-temannya. Mereka mungkin akan sampai besok pagi."
Morgana mengangguk, senyum licik di wajahnya. "Bagus. Sekarang kita akan meninggalkan tempat ini. Beritakan kematian raja ke seluruh negara. Pasti saat besok, Arez dan Cybele akan mengetahui tentang kematian raja setelah mereka sampai. Mereka pasti akan datang kepada kita."
Nero mengeluarkan medali yang dihiasi dengan simbol misterius dan meletakkannya di atas meja singgasana. "Kita tinggalkan ini sebagai tanda."
Dengan satu gerakan tangan, Morgana dan Nero memulai ritual sihir yang membuat bayangan menyelimuti mereka. "Kita pergi sekarang sebelum ada lebih banyak keributan. Kerajaan Trevia akan menjadi sibuk dan berisik setelah kematian raja. Ayo pergi," kata Morgana sebelum mereka menghilang ke dalam kabut yang menyusut, meninggalkan ruangan dalam keheningan dan kesuraman.
Kerajaan Trevia bergolak dalam kekacauan setelah kematian Raja Athelstan. Berita kematiannya menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah Trevia dan ke empat negara tetangga.Bagai Hutan yang terbakar Dalam hitungan jam, ketegangan di istana menyebar hingga ke setiap sudut kerajaan, mengakibatkan keadaan kacau balau.
Para prajurit, yang sebelumnya terlatih dan disiplin, kini menjadi gelisah dan bingung. Mereka berlarian mencari pelaku pembunuhan tanpa petunjuk yang jelas. Desas-desus dan kebingungan melanda kota, menyebabkan pemerintah dan lembaga kerajaan mengalami kekacauan yang mendalam.
Dalam situasi krisis ini, beberapa faksi penjahat yang sudah lama bersembunyi dalam bayang-bayang kota memanfaatkan kekacauan untuk menyebarkan kerusuhan. Mereka menyusup ke pasar, jalan-jalan, dan bahkan ke dalam istana, menciptakan kekacauan tambahan. Kembali mengancam keamanan dan stabilitas kota, mereka merampok, menjarah, dan menyerang warga sipil yang tak berdaya.
Panggea, sebagai ibu kota yang strategis, menjadi pusat pertempuran. Prajurit kerajaan yang berusaha keras untuk menjaga ketertiban, berhadapan dengan para penjahat yang semakin berani. Bentrokan antara prajurit dan faksi jahat meletus di jalan-jalan utama, pasar, dan daerah-daerah penting lainnya. Tembakan panah, dentuman sihir, dan pertarungan pedang mengisi udara, sementara bangunan dan jalanan yang hancur menggambarkan suasana kota yang kacau.
Kekacauan ini memaksa pemerintah untuk memobilisasi semua kekuatan mereka dalam usaha menumpas faksi-faksi penjahat tersebut. Anggota faksi yang terlibat dalam kerusuhan dipukul mundur dan ditangkap, namun banyak juga yang melarikan diri, meninggalkan kota dalam keadaan rusak.
Sebagai hasil dari upaya keras dan perjuangan prajurit kerajaan, kerusuhan akhirnya berhasil diatasi. Meskipun beberapa faksi penjahat telah dihabisi, dampak dari kerusuhan ini meninggalkan luka mendalam di hati kota dan rakyatnya. Panggea dan kerajaan Trevia harus memulai proses pemulihan, berusaha memulihkan stabilitas dan keamanan di tengah-tengah kekacauan yang melanda.
Kembali ke masa sekarang
Saat Arez, Cybele,Erlana dan Hanzen melaju cepat untuk kembali menuju Panggea, mereka tiba-tiba bertemu dengan sekelompok prajurit dari Trevia yang sedang melakukan perjalanan. Salah seorang prajurit melihat mereka dan berteriak, "Arez! Dan Kapten Cybele! Kalian akhirnya kembali !"
Arez dan Cybele menghentikan kuda mereka, penasaran dengan kehadiran prajurit tersebut. "Apa yang terjadi? Mengapa kalian tampak begitu tergesa-gesa?" tanya Arez, dengan wajah khawatir.
Prajurit itu, yang tampak kelelahan dan penuh rasa urgensi, menjawab, "Kematian Raja Athelstan. Berita ini baru sampai ke setiap wilayah dan kekacauan telah merebak di seluruh kerajaan. Seluruh Panggea dan kerajaan Trevia sedang dalam keadaan kacau. Banyak faksi penjahat memanfaatkan situasi ini untuk menciptakan kerusuhan."
Cybele terkejut mendengar berita tersebut. "Apa? Kematian raja? Ini tidak mungkin… Apa yang sebenarnya terjadi?"
Prajurit tersebut mengangguk, tampak letih namun tegas. "Raja dibunuh malam tadi di istana. Pemerintah dalam kekacauan, dan penjahat di seluruh kota membuat situasi semakin buruk. Kami sedang berusaha keras untuk mengendalikan situasi, tapi kami sangat kekurangan tenaga."
Arez memandang Cybele dengan serius. "Jika itu benar, kita harus segera kembali ke Panggea. Situasi ini terlalu berbahaya."
Cybele mengangguk dengan penuh tekad. "Kau benar, Arez. Kita harus kembali secepatnya. Terima kasih atas informasi yang telah kalian berikan aku akan kembali ke Pangea." Teriak Cybele ke prajurit itu.
Mereka segera memacu kuda mereka dengan kecepatan penuh, hati mereka dipenuhi kekhawatiran. Mereka meninggalkan prajurit tersebut di belakang, kembali menghadapi situasi yang tidak mereka ketahui di Panggea dan melakukan segala yang mereka bisa untuk membantu dalam masa-masa sulit ini.
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/