Sang Ratu Antagonis S2

Merebut Hati Ceo Dingin

...****************...

Tian An berjalan pergi meninggalkan satu keluarga itu, dia menaiki salah satu mobil milik Lu Yan Cheng yang kuncinya dibawa oleh salah satu supirnya.

"Nona, apa kita akan langsung menemui wanita itu?" ucap Xin Xin.

"Tidak,"

Tian An melajukan mobilnya dengan cepat, meninggalkan rumah besar keluarga Lu.

Setelah keluar dari jalan utama, dua mobil yang sudah mengintai sejak tadi, segera mengikuti mobil yang dikendarai oleh Tian An.

"Nona, jika kita tidak pergi ke tempat wanita itu, terus kita akan kemana?" Xin Xin kebingungan melihat Tian An melajukan mobilnya ke arah yang berlawanan dengan arah rumah dimana Yun Xiu Ying berada.

"Perhatikan dua mobil di belakang! Mereka sudah mengikutiku sejak aku keluar dari jalan utama,"

Xin Xin menoleh ke belakang, dan benar saja. Dua mobil hitam sedang mengikuti mereka.

"Nona, siapa mereka?"

"Aku rasa itu adalah anak buah Ming atau orang suruhan Yun Xiu Ying,"

"Kalau begitu kita dalam keadaan gawat. Cepat hubungi pemeran pria sekarang, nona!"

"Untuk apa, justru ini yang aku tunggu!"

Xin Xin menatap Tian An dengan tidak percaya, nonanya itu justru sedang dikejar oleh mereka. Tapi dia bilang jika dia sengaja menunggu.

"No.... Nona, apa maksudmu?" ucap Xin Xin.

"Jika aku tidak keluar dan memancing mereka, maka kemungkinan yang akan mereka kejar adalah Lu Yan Cheng. Aku masih bisa menghadapi mereka, tapi aku tidak yakin Ceo dinginmu itu bisa,"

"Apa dia tidak bisa bertarung, nona?"

"Bisa, hanya saja mungkin gerakannya tidak akan seimbang,"

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku pernah melihatnya beberapa kali memakai perban elastis pada kaki kirinya,"

Xin Xin nampak terkejut mendengar itu, "Apa kakinya patah? Tapi aku tidak melihat dia kesakitan atau keanehan saat dia berjalan, nona,"

"Mungkin karena belum terlalu sakit, dia memakai perban elastis itu untuk menahan rasa sakit, karena mungkin lukanya belum begitu parah,"

"Huhuhu, nona. Apakah kalian tidak akan bersama lagi? Dulu kau yang meninggalkan pemeran pria, dan sekarang...."

"Jangan berlebihan, mungkin saja dia hanya mengalami retak pada tulangnya. Itu bisa disembuhkan!"

"Maaf nona, tapi aku benar-benar ingin melihat kalian bersama,"

Tian An yang masih mengendarai mobilnya hanya bisa memutar kedua matanya, mendengar ucapan Xin Xin.

Mobil terus melaju hingga akhirnya Tian An menghentikan laju mobilnya, setelah mereka berada di sebuah tempat untuk meletakan box muatan truk.

"Nona, kenapa kita ke sini?" Xin Xin melihat sekeliling.

"Karena di sini aku bisa melakukan apapun pada mereka semua. Sudah lama aku tidak menggerakan badanku, dan sekarang ada orang yang merelakan dirinya untuk jadi bahan latihanku,"

"Nona, kau sungguh-sungguh akan melawan mereka semua? Jika dilihat mereka ada 8 orang!"

"Tentu saja, berikan aku tongkat baseball terbaik,"

"Apa yang kau maksud adalah tongkat baseball yang kau dapatkan dari undian itu?"

"Benar, sudah cukup lama itu tidak digunakan,"

"Baik, aku akan mengeluarkannya,"

Brak

Brak

Terdengar suara pintu mobil dari arah belakang mobil yang dinaiki Tian An. 8 orang laki-laki keluar dari dalam mobil itu sambil membawa senjata yang mereka miliki.

"Waaah, menghadapi satu wanita saja harus memakai senjata seperti itu. Mereka sangat mamandang tinggi diriku," Tian An melihat dari kaca spion mobilnya.

"Nona, ini tongkat baseball yang kau inginkan!"

Xin Xin memberikan tongkat baseball seperti yang Tian An mau.

"Baiklah, saatnya bersenang-senang!"

Tian An keluar dari dalam mobil, dia menatap 8 orang laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya.

"Apa ini? Hanya satu orang wanita, dia meminta kita semua untuk datang dan membunuhnya?" seru salah satu di antara mereka.

"Sudahlah, jangan banyak bicara. Kita mendapatkan bayaran, dan dia ingin kita semua turun tangan," ucap yang lainnya.

Tian An berdiri dengan santai, "Siapa yang meminta kalian mengikutiku?"

"Kau tidak perlu tahu, yang harus kau tahu adalah kau akan mati di tangan kami!"

Tian An mengangguk, "Kalau begitu aku ingin lihat, kalian bisa atau tidak melakukannya,"

"Wanita s*alan! Kau pikir kua bisa melawan kami sendirian hanya dengan tongkat itu?"

"Kita lihat saja,"

8 orang laki-laki itu merasa sangat geram karena diremehkan oleh Tian An yang hanya seorang diri. Itu terlihat dari wajah mereka yang sudah tidak sabar ingin menyerang Tian An.