Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.
Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?
~~ Dilara Annisa ~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkuak
Dilara bangkit dari kursinya tanpa bicara, setelah mendengar penjelasan dari Mbak Ina dan sudah memahami penuturan Maria yang penuh manipulasi.
" Sayang ! Mau kemana ? " Seru Fikri melihat Dilara berlalu dari tempatnya.
Dilara menoleh sekilas. " Ambil laptop " Jawabnya singkat lalu melanjutkan langkahnya ke lantai dua menuju kamarnya.
Fikri bingung. " Untuk apa laptop. Kenapa Dilara tidak berkomentar dengan permasalahan yang sedang dibahas. " Batinnya. Tapi tak pelak dia diam di tempatnya, menunggu Dilara kembali.
Umi hanya diam di tempatnya. Dia sudah bisa tanggap, apa yang akan dilakukan oleh Dilara. Tapi jujur, hatinya bertanya-tanya dengan perubahan sikap sang menantu yang tiba-tiba sangat dingin dan irit bicara.
Mbak Ina pun demikian. Perempuan yang mengabdikan hidupnya sudah lebih delapan tahun pada keluarga Fikri itu bingung melihat sikap sang majikan yang terlalu dingin pada semua orang. " Mungkin bu Lara sangat tertekan dengan pernikahan bapak. " Gumamnya dalam hati.
" Maaf Umi ! Kak Fikri, saya bawa Ann ke dalam dulu untuk istirahat. " Ujar Maria setelah beberapa menit berlalu, suaranya memecah keheningan. Jujur dia ketar ketir apa yang akan dilakukan oleh Dilara. Dia takut semuanya akan terbongkar. Fitnahnya pada Mbak Ina akan diketahui oleh semuanya.
" Tidak ada yang beranjak dari tempatnya ! " Suara dingin penuh penekanan menghalangi pergerakan Maria yang hendak beranjak dari tempatnya.
Dengan berat hati Maria merapatkan kembali bokongnya di kursi makan. Nampak Dilara datang menenteng tas laptop d tangan kanannya dengan wajah datar.
" Cih..apa maunya si mandul sih ? Ini ĵuga Umi dan kak Fikri, patuh sekali dengannya. Lagaknya kaya nyonya besar. " Umpat Maria di dalam hati.
Dilara meletakkan laptop di atas meja dan mengaktifkannya tanpa berujar sepata katapun.
" Untuk apa laptop, sayang ? " Tanya Fikri lembut seperti biasanya seraya menarik kursi merapat ke arah istri pertamanya.
" Menyelesaikan kekacauan hari ini. " Jawab Dilara singkat mulai membuka aplikasi di dalam laptop.
" Maksudnya ? "
" Jika manusia bisa berbohong, memanipulasi keadaan. Mungkin rekaman CCTV ini yang akan menjelaskan secara jujur. " Sahutnya tenang konsisten dengan wajah datar.
" Deg " Wajah Maria seketika pucat pasi. Bola matanya bergerak liar mencari cara agar lolos dari kemarahan Fikri kelak.
" Sial ! Kenapa aku tidak menyadari ada CCTV dalam rumah ini. " Lagi-lagi dia hanya bisa mengumpat di dalam hati. " Bodoh kau Maria. Tentunya ada cctv. Ini rumah orang kaya. " Geramnya kembali menyesali kecerobohannya.
Ann mulai bosan. Gadis kecil itu bergerak gelisah. " Ayah ! Ann mau bobo. Ann mau bobo sama ayah ! " Rengek gadis kecil itu manja.
Hati Dilara berdenyut nyeri, sontak dia menoleh ke arah Ann mendengar rengekan anak kecil itu yang bermanja pada suaminya. Sebagai manusia normal, hatinya sangat sakit dan cemburu melihat kedekatan suaminya dan anak sambungnya. " Andai aku bisa memberinya anak. " Batinnya sendu.
" Ooh..Ann ngantuk, ya ? Sini ayah gendong sambil ayah puk puk. Nanti bobo di pangkuan ayah dulu ya, nak ! " Bujuk Fikri lalu membawa tubuh Ann ke dalam gendongannya.
Maria menyeringai dan menatap Dilara dengan tatapan mengejek, seolah menjelaskan " Lihatlah, suamimu sangat menyayangi anakku "
Dilara membuang tatapannya, kembali fokus ke layar laptop dan mulai mencari rekaman CCTV dua jam yang lalu.
" Dapat ! " Gumamnya lalu mengatur volume laptop menjadi maksimal.
" Mari kita lihat kronologis kejadian kekacauan tadi. " Ucapnya menatap layar datar itu dengan serius.
Maria mengepalkan tangannya dengan hati yang sangat gusar. Sumpah demi apapun, dia ingin lari dari sana. Kesalahannya akan segera terkuak.
" Apa kau tidak ingin melihat vidio penting ini, Maria ? " Sarkas Dilara menyeringai sinis.
Maria gelagapan. Mulutnya terbuka ingin bicara tapi mengatup kembali.
Fikri dan Umi menatap layar laptop dengan serius. Sedikit banyak, Fikri mulai tahu alur cerita yang sebenarnya. " Maria ! Berani kau membohongi kami ?! " Geramnya menatap tajam ke arah istri keduanya.
Maria terkesiap. Tubuhnya kaku di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.
Umi yang sudah mendengar cerita dari Mbak Ina hanya menghela napasnya dengan berat. " Inilah pentingnya bertabayun. Islam sangat mengajarkan kita untuk bertabayun untuk menyelesaikan masalah. Hal ini untuk menghindari yang namanya fitnah. Karena fitnah itu sangat kejam, bisa membinasakan orang yang tidak bersalah. " Ujar Umi menasehati Fikri dan membuat Maria tersindir.
Maria tertunduk dalam seraya mengepalkan tangannya di bawah meja. Dia seperti maling yang tertangkap basah. Sungguh, dia ingin mencabik-cabik tubuh Dilara yang telah mengungkap kebohongannya.
" Semuanya sudah jelas sekarang. Dan Mbak Ina tetap di sini. Mewakili suami saya, saya mohon maaf atas tuduhan yang dilontarkan oleh suami saya. " Ucap Dilara memohon maaf pada Mbak Ina. Dia tidak malu harus memohon maaf pada pelayan di rumahnya itu. Fikri terperangah. Sungguh dia seperti ditampar berulang-ulang.
" Dan kamu Maria, jaga batasanmu dalam rumah ini. Saya paling benci dengan orang yang suka mengadu domba. " Tekan Dilara menatap datar ke arah Maria yang tertunduk, entah merasa bersalah atau apa. Dia tidak tahu. Yang pasti, mulai sekarang dia harus hati-hati dengan madunya itu.
Fikri mengetatkan rahangnya, merasa geram pada Maria. Dia ingin menampar wajah tanpa rasa bersalah itu. " Minta maaf pada Mbak Ina sekarang ! " Sentaknya menyorot tajam ke arah Maria.
Maria mendongak menatap Mbak Ina dengan setengah hati lalu bangkit mendekati pelayan itu. " Maafkan saya mbak. Saya tidak bermaksud memfitnah mbak. Tapi saya takut, Kak Lara meminta ganti guci yang dipecahkan oleh Ann seperti kata mbak harganya sangat mahal. Saya tidak punya uang mbak. " Ucap Maria mengulurkan tangannya ke arah Mbak Ina.
" Astaga ! " Mbak Ina speechless. Bisa-bisanya wanita ini tetap melemparkan kesalahan padanya. Wanita berdarah jawa ini hanya mengumpat di dalam hati, tapi terpaksa menerima uluran tangan Maria.
" Tidak apa bu. Mungkin ini memang hanya kesalah pahaman. " Mbak Ina berucap setengah hati. Jujur dia ingin mencabik-cabik wajah munafik di depannya.
" Ekhem.. Karena abang adalah kepala keluarga di sini, silahkan selesaikan masalah ini dengan istri abang. Yang pasti saya tidak ingin ada kejadian seperti ini lagi lain waktu. " Dilara berdehem dan menatap tajam ke arah Fikri.
Fikri mengangguk kaku. Jujur dia merasa malu dengan Mbak Ina, yang sudah dituduhnya tanpa minta penjelasan terlebih dahulu. Tapi untuk meminta maaf, dia terlalu gengsi melakukan itu.
" Maaf Umi. Kalau sudah menganggu waktu Umi. "
Umi tersenyum lembut pada menantu kesayangannya. " Kau memang selalu bijak dalam bertindak, nak. Umi bangga padamu. " Ucap Umi lembut seraya membelai wajah Dilara yang semakin tirus.
Dilara tersenyum tipis. " Lara ingin bicara sama Umi dan Abi. Nanti Lara ke rumah Umi. " Ucapnya lirih tapi bisa di dengar oleh Umi. Umi hanya mengangguk pelan dengan tatapan teduh.
Maria mengepalkan tangannya geram mendengar ucapan Umi. Dia berjalan ke arah Fikri. " Biar Ann saya gendong ke dalam, Kak ! " Ucapnya meraih tubuh Ann yang sudah tertidur di gendongan Fikri.
Fikri semakin geram melihat wanita hamil itu. Dia geram melibat wajah Maria tidak terlihat merasa bersalah. Tidak ada sedikitpun rasa sungkannya pada Umi.
" Saya akan bicara denganmu sebentar. Tidurkan Ann lebih dulu ! " Kata Fikri menggeram menahan kesal lalu menyerahkan Ann pada Maria.
🌹🌹🌹
Hai hai...👋👋 pembaca yang baik hati. Kembali lagi author minta like, komen, vote, subscribe atau segelas kopi dari kalian semua .... Biar jadi mood booster author untuk menulis 🙏🏻🙏🏻
Lop yu All 😘😘
Follow :
FB : Hizran Iren Yuzi Hizraniyenyuzi
Ig : irmasy_83
lanjut thor
..