" Dikaa !" Neta kesal lalu ia melemparkan buku tulisnya ke arah pria itu.
Dika hanya tertawa terbahak setelah ia mengjaili Neta.
Dika yang bernama lengkap Mahardika Bimantara, siswa kelas 3 Sekolah Menengah Atas pada saat itu, ia dikenal sebagai siswa yang berprestasi namun sikapnya yang selengean dan cuek membuat ia terkadang selalu ditegur oleh beberapa guru di sekolahnya.
Ia memiliki satu teman wanita yang tidak pernah akur dengannya, yang bernama Ganeta Nayanika. Entah mengapa walaupun hampir semua guru tahu jika Dika dan Neta tidak pernah akur namun dari kelas 1 hingga kelas 3 ini mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama.
Selain tidak akur Dika dan Neta pun bersaing secara akademis, mereka berdua tidak pernah ingin kalah satu sama lain, sampai akhirnya nya mereka berdua lulus dari sekolah menengah atas.
Selepas mereka lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Dika dan Neta belum dipertemukan kembali sampai akhirnya, keadaan yang mempertemukan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
" Kak laporan data karyawan ini, yang diminta Pak Tio ? " tanya Neta ke Indri.
" Mana ? Yup itu bener " Indri melihat laporan yang disodorkan Neta.
" Berarti harus di copy dong ya.. " balas Neta.
" Iya Copy dulu aja, coba deh copy di printer itu bisa gak, soalnya kemarin sih agak eror " susul Indri.
" Oke "
Neta berjalan ke arah printer, ia berniat mengcopy file data karyawan, namun mesin printer tidak bisa digunakan padahal sudah menyala.
" Kak.. ngadat lagi nih kayanya "
" Yaudah, berarti kamu harus turun ke lantai 2 buat foto copy Net.. "
" Hmm.. kerjaan lagi nih.. dari lantai 5 turun ke lantai 2, naik lagi ke lantai 14 turun lagi ke lantai 5, sungguh luarr biasaahhh " Neta ngedumel sendiri.
" Hahahha.. sabar Non... nanti kita hubungi bagian pengadaan atk kantor, biar diganti atau di servis terserah mereka " susul Indri.
Neta berjalan menuju lift untuk turun ke lantai 2, sesampainya di lantai 2 ia langsung mengcopy semua file yang dibutuhkan, lalu ia kembali naik dengan lift menuju lantai 14.
Ia menunggu lama lift sampai dilantai 2.
" Tumben banget nih lama, lagi bawa orang kayanya " batin Neta.
Ia melihat dilayar Lift sedang berada di lobby lalu berjalan ke lantai satu, lalu ting... pintu lift terbuka.
Betapa kagetnya Neta, didalam lift sudah ada Dika disana, Neta langsung memencet tombol tutup pintu namun Dika sudah lebih dulu menahan pintu agar tetap terbuka.
" Ayo masuk " Dika tersenyum.
" Terima kasih Pak, saya naik tangga saja " Neta melangkahkan kakinya namun tangannya diraih oleh Dika.
" Ayo masuk.. " Neta masuk kedalam lift, Dika segera memencet tombol untuk menutup pintu.
Neta terdiam ia berdiri agak menjauh dari Dika.
" ke lantai berapa ? 5 kan ? " tanya Dika.
" 14 " jawab Neta singkat.
" Hmm.. " Dika menganggukkan kepalanya.
Neta kembali diam, ia mengingat nasihat Bu Angel kepadanya.
" Tuhan kenapa ini kelantai 14 serasa lama banget.. baru lantai 6 " batin Neta, sambil melihat angka di layar monitor lift.
Tidak lama Dika memanggil Neta.
" Net.. Neta "
Neta tidak bergeming, ia tetap diam pada posisi nya.
" Neta.. " panggil Dika lagi.
" Oh.. ada yang bisa saya bantu Pak ? "
" Kamu kok aneh sih ? disini cuma ada kita berdua loh, biasa aja gak perlu gitu juga " Dika sedikit kesal.
" Ini lingkungan kantor Pak mohon maaf " Neta menghela nafas dalam, lalu ia kembali berbicara.
" Bapak pasti sudah mendengar kan, kegaduhan apa yang terjadi di perusahaan ? yang harus menanggung ini semua siapa ? saya Pak, saya hanya karyawan biasa disini, andai saya tahu lebih awal jika Bapak adalah putra dari Pak Arman mungkin semua kegaduhan ini tidak akan pernah terjadi " Neta datar.
" Maafkan aku Net.. Kamu juga harus mengerti kenapa aku belum jujur ke kamu jika pemilik perusahaan ini adalah Ayahku sendiri, aku akan bertanggungjawab atas kegaduhan di perusahaan ini, aku akan kembali membersihkan namamu di perusahaan ini, semua ini hanya praduga orang-orang yang memiliki pemikiran picik saja "
Neta terdiam.
" Aku harap.. kita baik-baik saja Net.. Aku memiliki niat baik ke kamu, aku tidak ada ingin mempermainkan kamu " Dika kembali berbicara ke Neta, belum juga Neta menjawab terdengar suara ' tingg ' pertanda sudah sampai di lantai 14.
Pintu lift terbuka, Neta segera berjalan keluar, mempercepat langkah kakinya agar segera sampai di ruangan Tio.
" Permisi Pak Tio " Neta sedikit terengah.
" Ya.. Oh.. laporan data karyawan ya ? " tanya Tio.
" I..iya Pak " Neta sedikit tersengal.
" O..oke.. " Tio mengambil Map data karyawan dari tangan Neta.
" Kamu kenapa ? " tanya Tio, lalu ia melihat Dika berada di belakang Neta.
" Kalian... " Tio merasa heran.
Dika sudah memberikan kode ke Tio agar tidak memberitahu keberadaan nya. Dika segera berlari meninggalkan Neta sebelum Neta membalikkan badannya.
" Kenapa Pak ? ada apa ? " tanya Neta heran lalu ia membalikkan badannya, tidak ada siapapun di belakang Neta.
" Oo.. tidak.. tidak apa-apa " Tio salah tingkah.
" Kalau begitu permisi Pak, saya kembali ke ruangan " Neta pamit untuk kembali ke ruangannya.
" Oke.. silakan "
Neta berlalu meninggalkan ruangan Tio lalu kembali ke ruangannya mengunakan lift, di dalam lift Neta kembali mencerna ucapan Dika tadi.
" Kenapa dia selalu tiba-tiba ada sih ? Ck... Neta.. gimana aku harus bersikap, disatu sisi akupun menyukai Dika, disisi lain ternyata aku tidak sekuat itu untuk menerima gunjingan dari orang-orang, padahal ini tidak seperti apa yang mereka pikirkan.. Tuhaann.. aku harus gimana ? " Neta melamun hingga dibuyarkan oleh suara lift jika ia sudah sampai di ruangannya di lantai 5.
aneh juga kenapa Neta mau nangis 👻👻👻