Aku Mencintainya Lebih Dulu

Keesokan hari

Zoey memutuskan untuk menemani Laura pergi ke rumah Morgan untuk menanyai kejelasan hubungan antara Laura dan juga Morgan.

Zoey tidak akan pernah rela jika Morgan menyakiti sahabatnya itu dan jika sampai Morgan benar menikah dengan wanita lain, Zoey yang akan maju lebih dulu untuk membuat perhitungan dengan Morgan.

“Laura, sejak semalam kamu belum makan. Kita mampir ke warung makan dulu ya, aku khawatir kamu malah sakit karena belum mengisi perutmu,” ucap Zoey mengkhawatirkan kondisi kesehatan sahabatnya, Laura.

“Jangan sekarang, Zoey. Yang aku pikirkan sekarang adalah segera menemui Morgan,” balas Laura yang tak mempedulikan kesehatannya.

Zoey seketika itu menghentikan mobilnya dengan perasaan kesal.

“Laura, aku tahu kamu pasti ingin segera menemui Morgan si brengsek itu. Akan tetapi, kamu juga perlu makan. Perlu mengisi tenaga, kamu jangan bodoh dong hanya karena pria itu,” ucap Zoey yang entah kenapa saat itu dirinya mulai terpancing emosi.

Laura menundukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

“Sekarang aku akan membawamu ke rumah makan. Kamu harus makan sesuatu, baru setelah itu kita pergi mencari Morgan,” tegas Zoey.

10 menit kemudian.

Zoey memarkirkan mobilnya dihalaman warung soto ayam. Ia pun meminta Laura untuk turun dari mobil dan mengajak Laura untuk masuk ke dalam warung soto ayam tersebut.

“Bu, ayam soto 2 porsi dan es degan 2 ya!!”

“Siap, Cantik!!” seru pemilik warung soto ayam.

“Sekalian gorengannya 6 biji ya bu!”

Zoey menggandeng tangan Laura dan menuntunnya untuk duduk dikursi yang dekat dengan jendela.

Soto ayam pun datang bersama dengan kawan-kawannya. Zoey langsung menyodorkan kehadapan Laura dan meminta Laura untuk menghabiskannya.

Laura makan dengan tatapan kosong, yang mana membuat Zoey hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Laura, punyaku hampir habis dan punyamu masih banyak. Apa kamu ingin cepat mati? Sudah bosan hidupkah kamu? Cepat habiskan atau aku akan meningggalkan kamu disini,” ucap Zoey yang terpaksa mengancam Laura.

Laura akhirnya memakan soto tersebut hingga habis dan saat itu juga Zoey meminta maaf kepada Laura karena sikapnya yang tiba-tiba kasar.

Laura bisa memaklumi sikap Zoey, karena memang dirinyalah yang cukup mengesalkan.

Perjalanan pun berlanjut dan akhirnya mereka tiba tepat didepan rumah Morgan yang ternyata sudah didekorasi sedemikian rupa.

Kaki Laura seketika itu lemas tak sanggup berdiri dan Zoey sebagai sahabat, mencoba menahan tubuh Laura agar tidak ambruk.

“Zoey, apakah benar ini rumah Morgan? Dekorasi itu apakah Morgan sungguh menikah hari ini? Bukan denganku, melainkan dengan wanita lain.”

Tangisan Laura kembali pecah mengetahui Morgan yang memang telah melaksanakannya pernikahannya dengan wanita lain dan bukan dengan dirinya, yang selama 4 tahun lebih bertahan untuk menunggu janji yang telah mereka berdua sepakati bersama.

Laura mencoba melangkahkan kakinya agar lebih dekat dengan pesta tersebut, ia pun melihat tulisan di sebuah kaca dekorasi yang bertuliskan Morgan dan Rani.

“Jadi, wanita itu bernama Rani,” ucap Laura yang belum mengetahui bahwa Rani yang dimaksud adalah Rani adik sepupunya sendiri.

“Laura, lebih baik kita pulang saja. Aku khawatir kondisimu akan semakin buruk,” ucap Zoey mengajak Laura untuk kembali.

“Tidak. Aku tidak akan kembali, sebelum aku melihat langsung wanita yang menikah dengan Morgan. Aku harus tahu secantik apa dia dan sekaya apa dia sehingga Morgan melepaskan aku demi wanita itu,” pungkas Laura.

“Apa harus begini, Laura? Itu sama saja kamu menyakiti dirimu sendiri, Laura!”

“Aku tidak peduli, Zoey. Aku hanya ingin melihat wajah wanita itu dan melihat bagaimana Morgan bersanding dengannya,” balas Laura dengan kaki yang gemetar, gadis itu mencoba lebih dekat lagi.

“Baiklah, aku akan menemanimu untuk melihat mereka berdua. Akan tetapi, kamu harus berjanji untuk langsung pergi dan tak menghampirimu mereka.”

“Ya. Aku berjanji akan langsung pergi setelah aku melihat mereka,” balas Laura.

Saat Laura hendak masuk, Laura seketika itu menghentikan langkahnya dengan mata terbelalak lebar.

Laura melihat jelas bahwa wanita yang telah menjadi istri dari kekasihnya adalah Rani. Adik sepupunya sendiri yang saat itu terlihat sangat bahagia.

“Astaghfirullah, Ya Allah...” Laura semakin histeris hingga ia tidak bisa menggerakan kakinya sedikitpun.

“Ada apa, Laura? Kamu kenapa?” tanya Zoey panik melihat Laura yang sangat histeris itu.

Laura tak bisa mengeluarkan sepatah katapun, bibirnya seakan kaku dan tubuhnya tak mampu untuk dia gerakan.

Zoey tidak bisa diam begitu saja, ia meminta orang-orang yang hendak masuk ke dalam pesta itu untuk mengangkat dan membawa Laura masuk ke dalam mobil.

Sekali lagi Laura pingsan tak sadarkan diri. Zoey yang panik pada akhirnya memutuskan untuk membawa Laura ke rumah sakit terdekat agar mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Zoey tiba di rumah sakit dan meminta perawat untuk segera membawa Laura yang tak sadarkan diri.

Sekitar 1 jam lamanya, Laura akhirnya siuman dari pingsannya dan didetik itu juga Laura kembali menangis.

Kondisi Laura ternyata cukup buruk, ia bahkan harus diinfus karena kekurangan cairan serta ada masalah dilambungnya.

“Kenapa harus Rani yang menikah dengan Morgan, Zoey? Kenapa harus dia? Aku mencintai Morgan lebih dulu dan kenapa Rani yang menjadi istrinya?”

Zoey mengernyitkan keningnya mendengar perkataan Laura yang seakan-akan kenal dengan mempelai wanita itu.

“Kamu kenal dengan wanita itu?” tanya Zoey penasaran.

“Tentu saja. Dia adalah adik sepupuku,” ungkap Laura.

Mulut Zoey menganga lebar tak percaya dengan apa yang ia ketahui itu.

“Ba.. Bagaimana bisa?” Zoey bahkan nampak sangat terkejut karena Morgan menikah dengan sepupu dari Laura.

“Aku mencintainya lebih dulu, Zoey. Kenapa harus Rani? Kenapa bukan aku yang ada dikursi pelaminan itu?”

Laura tak habis pikir dengan jalan mereka berdua. Entah darimana mereka mengenal satu sama lain hingga akhirnya Laura lah yang tersingkirkan.

“Aku tidak bisa menerima kenyataan ini, Zoey. Ini terlalu sakit untukku, terlalu menyakitkan hingga aku pun bingung bagaimana caraku untuk menjalani ini semua.”

“Kamu harus bisa, Laura. Hidupmu masih sangat panjang, meskipun sakit tapi kamu harus menjalaninya. Tunjukkan kepada para bajingan itu kalau kamu bisa bangkit,” ucap Zoey menyemangati Laura yang sangat terpukul itu.

“Kenapa Om Dion dan Tante Ranty tidak memberiku kabar mengenai pernikahan mereka? Apakah mereka sudah tahu bahwa aku dan Morgan memiliki hubungan? Lalu, mereka sengaja menyembunyikan pernikahan Morgan dan Rani agar aku tidak membuat masalah?”

“Cukup, Laura. Sudah cukup air mata yang kamu buang itu, air matamu bukan untuk menangisi sampah tak berguna seperti mereka,” sahut Zoey.

Laura hanya bisa menikmati rasa sakitnya yang telah diperbuat oleh Morgan dan juga Rani.

“Kamu sekarang istirahat dulu, untuk beberapa hari ke depan kamu akan tetap dirawat disini sampai kamu benar-benar sembuh,” ucap Zoey yang akan menemani Laura hingga Laura benar-benar pulih.

“Terima kasih ya Zoey, karena kamu selalu ada untukku,” balas Laura lirih dan perlahan memejamkan matanya karena sakit dikepalanya terus menjalar ke seluruh tubuhnya.