Ilea Tirta Mahesa atau sering di sebut ilea ia terpaksa menerima perjodohan dengan lelaki pilihan papanya,dia di jodohkan oleh seorang CEO anak dari keluarga Addison. Perjodohan tersebut dilakukan karena keluarga Mahesa dan Addison ingin mempererat persaudaraan dan menjalin hubungan keluarga yang baik.
Liam James Addison anak pemilik perusahaan keluarga Addison adalah lelaki yang akan dijodohkan oleh ilea. Dia memiliki sifat yang dingin dan cuek terhadap wanita,seakan tidak memiliki ketertarikan sedikit pun terhadap wanita,namun Liam begitu karena ia pernah disakiti oleh seorang wanita di masa lalu .
pernikahan pun di lakukan karena kedua keluarga sudah menentukan hari yang baik untuk melaksanakan resepsi.Bagaimanakah nasib ilea kedepannya?..
HAPPY READING🙌🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aida Fahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Pagi ini Ilea sudah bersiap untuk pergi ke kampus, ia juga sudah menyiapkan semua perlengkapan Aqila agar sang mama tidak kerepotan saat menjaganya nanti. Sedangkan Liam sudah selesai dari tadi, ia bersandar di tempat tidur sambil mengamati dua wanita di sampingnya. Yaitu Ilea dan Aqila.
Ilea melirik dari ujung matanya dan mengetahui bahwa Liam memperhatikannya, ia tersenyum dan bersikap seolah biasa saja.
"Fokus banget merhatiin nya pak." Ledek Ilea .
Liam yang tersadar seketika tersenyum ia menciumi Ilea dan Aqila bergantian. Dua wanita gemas ini sangat berharga baginya.
"Lucu aja masa bayi ngurus bayi." Jawab Liam enteng sambil menciumi pipi gembul Aqila.
"Maksudmu bayi apa? Kau menyebut ku bayi?"Tanya Ilea.
"Bisa jadi begitu, kan kau masih bocil sayang." Ucap Liam sambil tertawa.
"Aku sudah 21 tahun dan itu tidak bocil, lagian bocil mana yang sudah menikah." Ketus Ilea dengan wajah manyunnya.
"Ada, itulah dirimu haha."Liam mulai tertawa dibalik kekesalan sang istri.
"Lalu mengapa kau mau menikah dengan bocil, dasar pak tua." Ujar Ilea .
"Tua-tua begini kau suka kan? Apalagi sentuhan nya." Goda Liam dengan ekspresi jahilnya.
"Jangan kepedean deh, karena terpaksa itu." Ucap Ilea memutar bola matanya malas.
"Lihat lah sayang mommy mu begitu gengsi untuk mengakui bahwa dia menyukai Daddy." Liam berbicara dengan Aqila seolah bayi itu mengerti apa yang dimaksudnya.
Aqila tertawa mendengar perkataan itu, ia menghentak-hentakkan kaki dan tangannya dengan riang. Seolah tau apa yang dimaksud oleh Liam .
"Lihat bahkan Aqila saja membenarkan itu." Ucap Liam yang meledek Ilea.
"Dia tertawa karena melihat wajah konyol mu." Sambung Ilea.
"Dari mana letak konyolnya? Tampan begini kok di bilang konyol, aneh mommy mu sayang." Tutur Liam sambil memainkan Pipi gembul bayi itu.
Ilea mulai malas meladeni ucapan Liam, ia tahu ini tak akan ada habisnya jika diteruskan. Oleh karena itu, ia mempercepat aktivaitas nya agar berangkat ke kampus tepat waktu.
"Nah sudah selesai, terlihat menggemaskan." Ucap Ilea saat selesai memberi bedak di wajah Aqila, bayi itu sudah seperti donat yang dibalut dengan gula.
"Duh menggemaskan sekali anak Daddy." Sambung Liam.
"Enak banget ngomong anak Daddy, tapi giliran Aqila pup sama pipis gamau bersihin." Sindir Ilea .
"Aku tak pandai Merawat bayi sayang, jadi maklum ya." Ucap Liam sambil tersenyum memperlihatkan gigi rapinya.
Ilea hanya memutar bola matanya jengah, ia segera membawa Aqila ke gendongannya untuk di titipkan kepada sang mama. Ia membawa Aqila keluar dari kamar tanpa memperdulikan Liam.
"Aqila aja tuh yang dipedulikan sampai suami sendiri gak di ingat." Teriak Liam saat Ilea keluar dari kamar, ia juga ikut menyusul Ilea sekalian berangkat kerja.
Tiba di ruang tv, ternyata Alena sudah menunggu mereka sedari tadi. Ia sudah mempersiapkan banyak cemilan di meja untuk bekal menjaga Aqila nanti. Tak lupa ia juga membelikan beberapa mainan untuk Aqila, yang pasti cocok untuk bayi 2 bulan itu.
"Wah si gembul sudah cantik, sini sama oma sayang." Alena bangkit lalu merebut Aqila dari gendongan Ilea, ia terus menciumi bayi gemas itu.
Liam dan Ilea hanya saling tatap, mereka merasa tak ada gunanya jika sudah ada Aqila. Tetapi mereka juga senang saat melihat sang mama tertawa bersama Aqila, walau bukan cucu kandungnya.
"Lihat sayang mama begitu sayang dengan Aqila yang bukan cucu kandungnya, apalagi nanti dapet cucu dari kita. Beh langsung gak di pedulikan nanti kita."Bisik Liam di telinga Ilea.
"Hahah bisa begitu ya." Jawab Ilea dengan berbisik juga.
"Makanya kita harus segera memberi mama cucu, nanti kita tak perlu repot menjaganya kan ada mama." Ujar Liam.
Ilea yang mendengar itu dengan gesit mencubit pinggang Liam, ia kesal mendengar perkataan sang suami yang ingin memanfaatkan keadaan.
"Aww sakit." Teriak Liam sambil memegangi pinggangnya.
Alena langsung menoleh ke arah Liam, ia tampak heran dengan putra nya yang kesakitan sambil memegang pinggangnya.
"Kenapa dengan pinggangmu Liam, ada yang sakit kah?" Tanya Alena cemas.
"Oh gapapa ma, tadi Liam salah gerak aja jadi pinggangnya sedikit sakit. Ya kan sayang?" Sahut Ilea sambil menyenggol lengan Liam.
Liam hanya mengangguk untuk meyakinkan sang mama sambil menahan rasa sakit nya. Ia sangat tertekan berada di kondisi seperti ini, dari pada mendapat omelan dari sang istri lebih baik ia mengalah.
"Yaudah kalau gitu kami pamit dulu ya ma takut telat nanti, titip Aqila ya." Ucap Ilea, tak lupa ia menyalami sang mama dan menciumi pipi gembul Aqila. Hal tersebut diikuti oleh Liam.
Jangan tanya kemana sang papa, beliau sudah berangkat kerja lebih awal.
"Iya nak hati-hati ya." Titah Alena.
Mereka bergegas pergi setelah berpamitan dengan Alena. Liam melajukan mobilnya menuju kampus Ilea, tak ada obrolan saat di perjalanan. Karena Liam masih kesal dengan Ilea, begitupun Ilea tak ingin menggubris Liam.
Setibanya di kampus, Ilea langsung turun dari mobil, tak lupa ia menyalami Liam dan memberi kecupan di pipi pria itu.
"Cup, udah ya ngambeknya aku belajar dulu." Bujuk Ilea.
"Kurang kalau cuma satu, pipi satu lagi belum." ucap Liam.
"Mulai deh cari kesempatan dalam kesempitan."
Sambung Ilea sembari mencium pipi Liam yang satu lagi.
"Sudah aku masuk dulu ya, jangan lupa nanti jemput!" Tutur Ilea.
Ilea memasuki area kampus dengan wajah berseri. Ia sangat mensyukuri hal yang terjadi pada dirinya sekarang, ia mempunyai suami dan keluarga yang menyayanginya. Saat sedang berjalan di koridor kampus ia bertemu dengan Megan. Gadis itu berlari menuju Ilea.
"Ilea." Panggil Megan sembari menepuk pundak Ilea.
"Duh Megan kebiasaan deh, ada apa?" Tanya Ilea.
"Cie pengantin baru ini marah-marah terus, gimana malam pertamanya? Jangan lupa beri aku keponakan yang menggemaskan ya!" Tutur Megan.
"Dari pada kau kepo denganku mending nikah aja sana sama Dion." Balas Ilea.
"Apaan sih lea, aku gak suka tau sama dia." Kesal Megan.
"Tapi kalian cocok, dan aku merestui." Ucap Ilea dengan enteng.
"Dih situ siapa? orang tua juga bukan main restuin aja." Sahut Megan .
"Aku sahabatmu, jadi aku tau yang terbaik untukmu." Ujar Ilea, mereka memasuki kelas dan segera mengikuti pembelajaran.
***
Di kantor, Liam memasuki ruangan dengan wajah berserinya. Tentu saja, pasalnya ia mendapat dia kecupan dari Ilea pagi ini. Ia tersenyum kepada semua karyawan yang berpapasan dengannya. Hal tersebut membuat semua karyawan merasa heran dengan sikap Liam yang kadang dingin, kadang ramah.
"Duh ada yang lagi happy nih kelihatannya." Suara itu berasal dari Dion yang nimbrung dari arah belakang.
Liam menoleh kearah Dion sambil tersenyum, mood nya sedang bagus hari ini.
"Aku lagi bahagia hari ini jadi jangan membuat mood ku rusak Dion." Ucap Liam sembari memasuki ruangannya.
"Abis dapat jatah ya bro." Tanya Dion.
"Iya jatah kecupan dari istri." Timpal Liam.
"Hm pantesan sumringah banget, dasar bucin." Ledek Dion.
"Biarin dari pada situ jomblo, gak berani ungkapin perasaan ke cewek. Awas nanti Megan di ambil orang." Ucap Liam tak mau kalah.
"Kalau jodoh gak bakal kemana, aku hanya menunggu saat yang tepat." Sambung Dion.
"Semoga berhasil bro." Ujar Liam.
Mereka tak melanjutkan pembicaraan itu lagi, tangan mereka segera berkutat dengan berkas yang berada di meja. Ruangan Dion dan Liam sengaja di buat menjadi satu agar memudahkan pekerjaan mereka.
Banyak vendor yang menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka. Hal tersebut membuat Liam dan Dion harus bekerja ekstra.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan tengah hari dan ini adalah jam istirahat. Liam menoleh ke jam tangannya, ia hampir kelupaan menjemput Ilea.
"Duh mati aku, alamat kenak omelan nih." Ucap Liam sambil menepuk jidatnya.
"Kenapa bro ada masalah kah?" Tanya Dion yang keheranan.
"Aku lupa menjemput istriku, pasti sudah marah dia." Sahut Liam panik.
"Haha hati-hati aja deh bro, aku hanya bisa bantu doa." Ledek Dion sambil tertawa, ia segera keluar dari ruangan untuk makan siang.
Liam bergegas pergi untuk menjemput Ilea, ia melajukan mobilnya menuju kampus sang istri. Berharap tidak kenak omelan setelah ini. Namun, saat tiba di depan kampus ia melihat Ilea sedang berduaan dengan seorang pria. Liam terus mengamati mereka dari mobil.
Tapi amarah seketika muncul karena melihat pria itu ingin mencium Ilea. dengan kasar ia membuka pintu mobil dan menghampiri Ilea dengan penuh kesal.
"Ilea Tirta Mahesa." Panggil Liam dengan suara lantangnya.
Ilea yang mendengar itu langsung menoleh ke sumber suara, begitu pun lelaki yang tadi bersamanya. Ilea dapat melihat wajah Liam yang menatapnya dengan tatapan tajam. Ia merasa bingung mengapa suaminya seperti itu, dan tak biasa Liam memanggil nama lengkapnya.
"Oh jadi gini kelakuanmu di belakangku. Kau asik berduaan dengan brondong yang lebih muda dariku." Ucap Liam dengan emosi. Ia menatap tajam ke arah Ilea dan pria itu.
"Sayang dengerin dulu, aku dengannya gak ada apa-apa." Ilea berusaha menjelaskan ke salah pahaman ini.
"Hah sayang?" Tanya pria yang sedari tadi bersama Ilea, ia adalah Beni kakak tingkat Ilea.
"Dia adalah istriku, jadi jangan coba-coba untuk mendekatinya." Liam menjawab dengan lantang.
"Ilea kenapa kau tak memberitahu kakak kalau kau sudah menikah?" Tanya Beni sembari menatap Ilea.
"Maaf kak aku memang merahasiakan ini untuk sementara." Jawab Ilea sambil tertunduk.
"Sudah gak usah pake drama lagi sekarang ayo pulang atau kau ingin berduaan dengannya di sini." Ajak Liam dengan nada emosi.
"Bro jangan kasar gitu dengan wanita, Aku dengannya gak ada apa-apa." Tutur Beni.
"Bukan urusanmu gak usah ikut campur didalam rumah tanggaku, jangan mencari masalah denganku kalau kau tak mau menerima konsekuensi nya." Bentak Liam.
Liam menarik tangan Ilea dengan paksa menuju mobil. Ia membukakan pintu mobil untuk Ilea, setelah itu ia menutup pintu dengan keras. Liam mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Emosi nya meluap sehingga tak memikirkan Ilea yang berada di sampingnya.
Ilea merasa takut dengan amarah Liam, ia baru pertama kali melihat Liam seperti ini.
"Sayang aku bisa jelasin, itu gak seperti yang kau lihat. Aku dengan kak Beni gak ada apa-apa." Ilea berusaha meluruskan semuanya ia memegang tangan Liam untuk meminta maaf.
"Aku gak buta Ilea. Aku dapat melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kau tadi akan di cium nya. Mungkin kalau aku tak datang kalian sudah ciuman kan." Ucap Liam dengan emosi, ia melepaskan tangan Ilea dengan kasar.
"Tadi mataku kelilipan jadi kak Beni ingin membantuku untuk meniupnya." Jelas Ilea.
"Cih, tak perlu beralasan lagi denganku. Jika kau suka dengannya silahkan kejar dia." Sambung Liam dengan tatapan tajam yang mengarah ke depan.
"Aku sudah bilang gak ada apa-apa dengan kak Beni dan aku hanya mencintai mu." Tutur Ilea menahan tangisnya.
"Gak usah membela diri lagi Ilea semua sudah jelas. Aku tak mau mendengar penjelasanmu." Liam melajukan mobilnya menuju rumah.
"Hiks, hiks, hiks" Tangis Ilea mulai pecah.
Liam tak memperdulikan Ilea yang sedang menangis. Ia terus melajukan mobilnya, setibanya di depan pagar ia memberhentikan mobilnya dan menyuruh Ilea untuk turun. Rencana awalnya ingin makan siang di rumah sudah tak ada lagi, ia begitu kesal dengan kejadian itu.
"Turunlah dan hapus air matamu jangan sampai mama melihat kau menangis! Aku tak ingin mama tahu masalah ini." Perintah Liam sebelum melajukan mobilnya.
Ilea segera turun sambil mengelap sisa air mata nya, ia memasuki rumah sambil berusaha menutupi semua yang terjadi agar Alena tak mengetahuinya.
Berbeda dengan Liam, pria itu tiba di kantor dengan wajah murungnya. Ia bahkan tak memperdulikan semua sapaan karyawan yang memanggilnya.
"Duh kenapa lagi tu si boss, tadi pagi ceria sekarang udah cemberut lagi." Ucap salah satu karyawan .
"Mungkin lagi ada Masalah, atau ribut dengan istrinya." Tambah Karyawan yang lain.
Liam memasuki ruangan nya dengan perasaan kesal, ia membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Hal itu membuat Dion yang berada di dalam terkejut.
"Eh santai dong bro kalau tutup pintu, jangan kaya orang kesetanan begitu emang kenapa sih datang-datang emosi begitu." Tanya Dion heran.
"Bukan urusanmu, urus saja pekerjaan mu itu." Jawab Liam ketus sambil memulai pekerjaan nya kembali.
Dion hanya menelan salivanya dengan kasar sambil berucap dalam hati. "Pasti lagi ada masalah nih sama Ilea, huh ternyata jadi jomblo tak seburuk itu. Tapi kalau sudah begini pasti bakalan kebagian omelan terus dari dia, memang nasib deh."
Dion memilih melanjutkan pekerjaannya sebelum terkena amukan dari Liam. Ia lebih memilih aman dari pada terkena masalah.
Jangan lupa like, komen, dan subscribe serta beri dukungan kalian . Thank you all🤗❤️
semangat up kak
🌹🌹🐡🐡 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞
🌹🌹.....
aku udah baca sampai sini thor
Aku udah baca sampai sini thor