Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA
Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.
[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]
Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.
love u😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Sesampainya di depan gerbang Taman Kanak-kanak, kemunculan Qiena bersama seorang pria menarik perhatian semua orang yang ada disana terutama yang mengenal baik Qiena, mulai dari wali murid, muridnya, rekan guru dan pekerja lainnya.
Tidak ada sorotan mata yang terlewatkan.
Terlebih untuk yang satu ini.
Dia meluncur bak meriam dan langsung memukuli paha Giass.
"PENJAHAT! PENJAHAT! KAU MENCULIK KEKASIHKU! INI KEKASIHKU!"
Tidak hanya Qiena yang kaget, yang lainnya pun ikut kaget. Giass hanya tertegun sejenak sebelum memutar bola matanya jengah.
Bocah gemuk ini lagi.
Giass tahu siapa bola meriam ini. Siapa lagi kalau bukan bocah yang mengaku-ngaku kekasihnya Qiena tempo hari.
Seorang wanita berusia awal 30an segera mendekat dan langsung menarik bocah gemuk yang menyerang Giass. Ternyata itu anaknya.
Ekspresi tidak enak muncul di wajah cantiknya yang terawat.
"Sayang, anakku. Apa yang kau lakukan?! Tidak boleh seperti itu, ya." tegurnya dengan sikap keibuan.
Tapi, bocah itu hanya fokus pada Giass. Dia menunjuk Giass sambil marah-marah yang jatuhnya jadi lucu sehingga ingin tertawa melihatnya.
"Dia, pencuri! Dia mencuri kekasihku! Nana itu kekasihku, kenapa dia datang dengan Nana? Pasti dia mau mencuri Nana dariku!"
"Astaga...." gemas ibunya sambil terus memeluk tubuh gemuknya yang terus meronta-ronta, sedang yang menonton terkikik geli.
Qiena saja hanya bisa tersenyum tak berdaya seraya geleng-geleng kepala.
Faktanya, seluruh TK tidak ada yang tidak tahu tentang kesukaan bocah gembul itu terhadap Qiena. Dia selalu pamer kalau dirinya adalah kekasih Qiena. Dia akan marah kalau dianggap murid atau bukan kekasih Qiena. Jadi, yang lainnya sudah terbiasa dan tak ambil pusing lagi bahkan orang tua si bocah juga tahu pada akhirnya tentang kelakuan putra mereka.
Karena sama-sama tidak menganggap itu serius, jadi semua orang hanya iya-iya saja. Siapa sangka bocah itu akan mengamuk begitu menemukan saingannya.
"Hei, dengarkan Ibu dulu!" sang ibu berusaha menenangkan putranya.
Melihatnya begitu, Qiena jadi tidak tega. Alhasil, mengusir Giass segera agar tidak bertambah ngamuk bocah itu.
"Kau pergilah sekarang. Jangan disini lama-lama. Biar dia segera reda nangisnya." tutur Qiena.
Giass mendelik tajam mendengarnya, sedikit banyaknya dia tidak terima. Tapi pada akhirnya dia harus patuh, sebab hanya itu cara untuk menenangkan bocah gemuk yang tantrum begitu melihatnya seolah-olah dia benar-benar merampok sesuatu darinya.
Ini selalu terjadi setiap dia muncul pagi-pagi disini.
Karena Giass tidak mau repot-repot dengan bocah itu, diapun langsung pergi usai menatap lama wajah Qiena guna mengisi daya rindu agar bertahan sampai bertemu lagi siang nanti.
Wajah Qiena tidak bisa tidak memerah karena ulahnya.
.
.
.
"Tidak usah menjemput ku hari ini. Sekolah sedang mengadakan rapat guru. Jadi, aku akan pulang terlambat."
Itulah isi pesan Qiena sebagai balasan atas pesan Giass beberapa saat sebelumnya yang meminta Qiena untuk menunggunya dan jangan pulang duluan. Justru malah sesuatu terjadi dan mengharuskan Qiena pulang sore.
Giass sedikit kecewa sebagai responnya. Sebab dia sudah sangat ingin bertemu dengan Qiena.
Sepertinya, inilah yang disebut merindu.
Cukup baru bagi Giass, tapi dia menyukainya.
Hingga dia tak sadar kalau dipermukaan tingkah lakunya terlihat jelas meski dilakukan samar-samar. Terutama bagi 2 sahabat Giass yang sudah menganga melihatnya kalau seperti inilah ekspresi Giass saat sedang kasmaran.
Hoza menyikut Boy. "Itu masih Giass, kan?"
"Ck. Kalau bukan dia terus siapa!" balas Boy jengkel.
"Ish. Siapa tahu dia sedang kesurupan saat ini."
Boy memutar bola matanya. "Kau lupa?! Dia sedang dalam fase jatuh cinta. Dia sedang dekat dengan seseorang saat ini. Jadi, wajar kalau akan ada saat seperti ini. Hanya, Giass itu sudah dilabeli sebagai pria menakutkan. Tiba-tiba hari ini dia senyum-senyum sendiri, siapa yang tidak terkejut!!!"
Hoza menghela nafas panjang. "Ternyata cinta pun tidak melewatkan orang seperti Giass."
"Ini dia faktanya. Kalau Giass juga manusia biasa yang bisa ditaklukkan oleh yang namanya cinta. Aku hanya berharap ini cinta sejatinya." doa tulus Boy untuk sahabatnya.
Hoza mengangguk membenarkan. "Ya, kau benar. Jadi, tidak ada kemungkinan dia menjadi lebih menakutkan setelah patah hati."
Boy memelototi Hoza yang mulutnya selalu minta di setrika dengan besi panas saking suka asal nyebut.
Lalu keduanya kembali mengamati Giass yang tampak tenggelam dalam dunianya sendiri. Sama sekali tidak mendengar ataupun tidak memperhatikan kalau dia sedang di tonton oleh dua sahabatnya.
Sampai momen berbalas pesan berakhir dan Giass kembali ke sosoknya sebelumnya. Dingin, terasing, dan menakutkan.
Giass menoleh dan melihat dua sahabatnya menatapnya dengan tatapan yang membuatnya jengkel.
"Kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Giass dengan nada datar khasnya dan tanpa ekspresi.
Hoza dan Boy cengengesan sebentar sebelum menjawab dengan elakan. "Bukan apa-apa. Tidak ada apapun. Kami hanya merasa kau agak berbeda saat ini. Itu saja... Iya, itu saja. Hehe..." senyum lebar bak iklan pasta gigi keduanya tampilkan secara kompak yang sukses membuat Giass berpikir kalau keduanya seperti...
"Jangan tersenyum seperti itu. Kalian seperti orang mesum."
Kemudian Giass pergi meninggalkan keduanya yang retak ditempatnya usai mendengar kalimat yang Giass ucapkan.
"S*al. Apa Giass baru saja mengutuk kita?" Boy tercengang.
"Haish, mana dia menyamakan kita lagi. Jelas, ini pasti salahmu." Hoza yang selalu menyalahkan orang lain terlebih dahulu.
"Enak saja. Ini jelas salahmu yang mengatai Giass dibelakangnya."
"Enak saja. Kita bergosip tentang dia berdua kalau kau lupa."
"Halah, banyak omong!" tangan Boy melambai dengan kuat sebelum bangkit dan berjalan menyusul Giass.
Hoza dibelakang tak tinggal diam dan sepanjang jalan pun mulut mereka bergerak tanpa henti.
Keduanya jadi ribut lagi. Sedang Giass didepan mereka jauh tengah berjalan menuju kantin.
.
.
.
Pukul 4 sore.
Qiena sudah menunggu di depan gerbang sambil memeluk helmnya. Sosoknya sesekali menyapa rekannya yang hendak pulang duluan. Beberapa masih tahu cara menggodanya karena akan dijemput oleh seorang pria tampan yang sama seperti pagi tadi.
Karena hal itu, wajah Qiena sampai memerah menahan malu. Tapi, sayangnya tak bisa berbuat apa-apa pada mereka yang hanya menggodanya. Salahkan dia karena memiliki kulit yang tipis sehingga mudah merasa malu untuk hal yang lumrah seperti ini di masa sekarang ini.
Tak lama kemudian, hanya menunggu 5 menit didepan gerbang sekolah, Giass dan motornya sudah mendekat dan langsung berhenti didepan Qiena.
Sosok keren Giass membuat Qiena makin memerah karena terngiang-ngiang godaan rekannya sejak pagi yang mengatakan kalau Qiena beruntung memiliki pria setampan Giass yang perhatian sebagai pacar.
Qiena ingin menolak kata pacar tapi tak sempat diucapkan dibawah banyak godaan rekan-rekannya.
Dan beruntungnya Giass, begitu tiba langsung disuguhkan oleh pemandangan gadis yang tersipu malu.
Sudut bibirnya ditarik samar dengan sorot matanya yang dalam nan jelas hingga Qiena kian memanas.
"Kau cantik jika memerah."
BOOM!!!!
Wajahnya Qiena kian memerah hingga rasanya bisa berasap. Karena malu digoda, Qiena segera memakai helm untuk menutupi wajahnya dan langsung segera naik tanpa disuruh lagi. Sebab yang terpikirkan oleh Qiena saat ini adalah lekas pulang dan beristirahat. Kalau tidak dia akan berakhir lebih cepat.
Puk... Puk...
Qiena mengetuk kecil punggung lebar Giass sambil berkata dengan suara mencicit yang untungnya masih dapat didengar oleh Giass. "Jalanlah."
Giass tertawa kecil sebagai tanggapan sebelum melajukan motornya lagi.
Saat memasuki jalan raya siapa sangka kalau kondisinya lumayan macet. Membuat Giass tidak bisa bergegas dan Qiena mengingatkannya untuk melaju dengan aman.
"Ini macet, santai saja."
"Hmm. Selama kau tidak masalah."
"Aku baik-baik saja. Yang penting tetap aman."
Alhasil, mereka tidak bisa banyak berbuat apa-apa karena kemacetan. Wajar sih, ini adalah jamnya para pekerja kantoran pulang kerja hingga jalanan menjadi lebih padat.
Jika orang disekitarnya yang ikut terjebak macet mulai kehilangan kesabaran, Giass tidak.
Tapi, bila ini adalah dia yang sebelumnya maka dia pasti sudah mengambil jalan lain. Tidak tertarik untuk ikut menunggu. Hanya saja kali ini lebih istimewa dengan adanya Qiena yang duduk di jok belakang motornya.
Terjebak macet pun dia terima dengan lapang dada.
Lumayan lama, hampir 30 menit bersabar. Masih ada beberapa meter lagi untuk bisa lepas dari kemacetan setelah kendaraan didepannya berhasil melewati lampu lalulintas hijau.
Tapi, sesuatu yang buruk terjadi.
Dari arah berlawanan yang jalannya lebih lengang, sebuah truk pengangkut alat berat tiba-tiba muncul dengan kecepatan dan gerakan yang tidak normal membuat orang-orang seketika panik dan mereka yang cepat tanggap segera bergerak menghindar dan mereka yang cenderung kaget terlambat melakukannya.
kekacauan yang terjadi sampai ke telinga Giass dan Qiena membuat mereka melihat kearah suara itu.
Pemandangan mengerikan tersaji.
Sebuah truk pengangkut alat berat menerobos kendaraan lain dan menabrak apapun yang ada didepannya. Secara kebetulan truk itu malah berbelok ke sisi jalan tempat mereka berada.
Karena banyaknya orang berhamburan menyelamatkan diri, Giass jadi kesulitan bergerak terlebih dia memiliki prioritas untuk melindungi Qiena.
Akhirnya, dia dengan sigap memeluk Qiena untuk segera meninggalkan motornya.
Qiena sendiri sudah merasa kaku karena pemandangan ini terlalu menakutkan baginya yang belum pernah melihatnya. Apalagi rasanya seperti truk itu tengah mengincar mereka.
Ketakutannya membuatnya mencengkram Giass dengan erat.
Tanpa banyak basa-basi, Giass langsung membawa Qiena pergi dari sana meskipun harus sampai berdesakan dan bertabrakan dengan pengendara yang lain juga dengan kendaraan lain yang juga memilih meninggalkan dan tinggalkan kendaraan mereka demi keselamatan diri.
Jalan sudah macet, kecelakaan terjadi. Situasinya benar-benar kacau.
.
.
.
.
.
.
.
ditunggu up lagi yah thor