My Secret Wife

Ke 3 teman Hana sudah mengetahui jika keluarga Hana dan keluarga Dude bersahabat dekat. Tapi mereka tidak tau jika Hana di jodohkan dengan Reynan.

.

Istirahat ke 2.

Hana kembali ke ruangan Rey, tapi sesampainya disana ia malah melihat adegan yang iya-iya.

Hana sengaja tidak mengetuk pintu ruangan Rey dan langsung membukanya. Hana mendelik melihat Maura guru bahasa inggris sedang memeluk Rey dari belakang dan memberikan ciuman di pipi Rey.

Reynan yang terkejut dengan kedatangan Hana langsung berdiri dan menepis tangan Maura.

"Hana!" kata Rey dengan terkejut.

"Maaf mengganggu bapak dan Miss Maura. Saya tutup pintunya." kata Hana sambil menyeringai penuh arti pada Rey.

"Kamu tidak punya sopan santun ya. Kelas berapa kamu? Lain kali masuk ke ruangan guru itu ketuk pintu dulu!" kata Maura tegas. Ia memarahi Hana karena mengganggu kesenangannya. Tapi satu sisi ia bersyukur karena ada yang melihat kemesraan nya barusan bersama Rey. Maura ingin semua orang di sekolah ini mengetahui jika Rey miliknya. Maura sendiri yang mengklaim seperti itu, karena sebenarnya Rey sama sekali tidak memiliki perasaan apapun dengan Maura.

"Baik Miss, maafkan saya. Kalau begitu saya tutup pintunya." jawab Hana sambil menunduk. Sebelum pintu itu ia tutup, Rey sudah lebih dulu mencegahnya.

"Jangan Hana! Saya yang memanggilmu kemari. Ada hal yang ingin aku katakan padamu!" kata Rey. Lalu ia menatap sengit pada Maura yang berdiri di sebelahnya dengan wajah jumawa.

"Kau, pergilah dari sini. Aku tegaskan sekali lagi padamu, jangan pernah datang ke ruangan ku jika tidak ada kepentingan mengenai hal di sekolah ini. Aku tidak membicarakan hal pribadi di sini. Dan satu lagi, jaga sikapmu, aku tidak suka kamu memeluk dan menciumku seperti tadi. Aku akan katakan padamu jika aku sudah memiliki calon istri. Jadi jangan mengharapkan apapun lagi padaku. Karena aku tidak akan pernah membalas perasaanmu!" kata Rey tegas. Lalu ia kembali duduk di kursinya.

Sementara Maura merasa sakit hati dan kecewa pada Rey karena menegurnya di depan muridnya. Meskipun hanya ada Hana disana tetap saja membuat harga dirinya terluka. Matanya berkaca-kaca menatap Rey yang sama sekali tidak memperdulikannya.

Ia berjalan perlahan menuju ke luar dengan perasaan terluka karena penolakan Rey di depan siswanya sendiri.

Hana hanya menatap iba pada Maura karena Rey tega menolak wanita secantik Maura.

Setelah kepergian Maura, Rey langsung menjelaskan apa yang Hana lihat tadi.

"Tadi itu tidak seperti yang kamu lihat. Aku sama sekali tidak menyangka jika Maura akan memeluk dan menciumi dari belakang. Kejadiannya sangat cepat sekali sehingga aku tidak bisa mencegahnya dan tiba-tiba kamu datang membuka pintu." kata Rey dengan menatap intens Hana.

Hana hanya menyeringai sambil sesekali mengangguk tanpa menatap Rey. Ia duduk santai menyandar di kursi sambil melihat kuku-kuku nya yang baru ia warnai kemarin.

Hana sama sekali tidak perduli dengan apa yang terjadi pada Rey dan Maura. Malah bagus jika ia melihat adegan tadi. Ia bisa mengadukan hal ini pada papa nya dan meminta pada sang papa untuk membatalkan pernikahan mereka.

"Hana kau dengar aku tidak!"

Hana mencebik dan menatap Rey. "Ck! Iya!" katanya ketus.

"Jangan pernah berpikir untuk bisa membatalkan pernikahan kita karena hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku tau apa yang ada di dalam otak mu itu." kata Rey tegas.

"Dasar pemaksa!" ketua Hana dengan mata tajam.

"Aku memang pemaksa. Jadi siapkan dirimu untuk melayaniku saat kita sudah menikah lagi. Kau tau bukan jika aku pemaksa, aku tidak akan menunggu persetujuanmu untuk bisa mendapatkan dirimu!"

Mendengar perkataan Rey, Hana langsung merinding. Ia membayangkan hal yang iya-iya bersama dengan guru galaknya itu.

"Pak, bapak jangan mesum dong sama murid sendiri. Aku bisa laporkan,-"

"Laporkan kemana?" Sela Rey sebelum Hana menyelesaikan perkataannya.

"Papi ku pemilik sekolah ini. Jika kamu menganggap aku bisa di pecat dari sekolah ini karena berbuat mesum padamu lebih baik kamu pendam saja keinginanmu itu. Karena hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku adalah pemegang kendali di Prestasi School. Karena setelah kita menikah, aku akan menduduki kursi Presdir di bidang pendidikan ini." jawab Rey membanggakan dirinya. Dude memang seorang pengusaha. Usahanya melingkupi bidang pendidikan dan juga rumah sakit.

Bidang pendidikan sendiri mulai dari jenjang Paud sampai universitas.

Hana kalah telak kali ini. Ia hanya bisa meneguk ludahnya karena tidak bisa menyela perkataan Rey karena memang benar apa yang Rey katakan.

Lutfi sendiri bekerja di salah satu rumah sakit milik keluarga Rey sebagai direktur. Selama ini keluarganya menggantungkan hidupnya dari perusahaan milik keluarga Dude.

"Aku ingin memberikan ini." kata Rey sambil meletakkan majalah berlian kehadapan Hana. Ia ingin Hana memilih sendiri cincin yang akan di pakai saat pernikahan nanti.

"Apa ini?" tanya Hana.

"Majalah perhiasan. Matamu buta ya. Pilih sesuai keinginanmu. Aku tidak mengerti seleramu."

"Untuk apa?"

"Untuk cincin kawin, 2 Minggu lagi usiamu genap 18 tahun jadi kita akan menikah tepat di hari ulang tahunmu!" Jawab Rey santai.

Sementara Hana sangat terkejut mendengarnya. "Impossible." cicit Hana.

Rey memicingkan sebelah matanya dan menyeringai. "Apa nya yang Impossible. Semuanya mudah saja bagiku Hana!"

"I-iya. Aku tau tapi. Aku masih sekolah, bagaimana jika aku di keluarkan dari sekolah. Bapak tau pasti kan jika tidak ada satu sekolah pun yang memperbolehkan siswanya berstatus menikah!"

"Kenapa tidak boleh? Ini sekolah milikku. Suka-suka aku!"

"Dasar sombong. Bukan begitu maksudku, memang ini sekolah punya bapak moyangnya bapak. Tapi nggak etis rasanya kalo ada siswa nya yang berstatus sudah menikah. Itu akan menjadi contoh yang tidak baik. Dan nama sekolah ini akan tercoreng!" ungkap Hana menggebu.

"Kamu tidak usah pikirkan itu. Kamu pikir aku tidak memikirkannya. Hanya keluarga kita yang tau jika kita menikah. Pernikahan akan di gelar tertutup. Jadi tidak usah banyak alasan, seribu alasan yang akan kau berikan aku akan selalu mematahkannya. Sebaiknya segera pilih cincin pernikahan sesuai keinginanmu!"