Kisah anak Vira dan Aldi (Novel berjudul Pembalasan Istri CEO manis) Aris Bima Pradana.
Gimana rasanya kehilangan orang yang dicintai terlebih dialah yang jadi penyebabnya sendiri?
Di tambah ada bayi yang tidak berdosa kehilangan ibunya? Malah dia membenci anaknya sendiri?
Belum penuh ujiannya harus menuruti orang tuanya dengan menikahi adik dari istrinya? Kembarannya?
Penasaran, langsung baca ya, inget jangan numpuk bab ya.
Simak kisah menghalu Author, jangan lupa like.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Huf, Ar! Lain kali jangan bikin panik!" kesal Vicky.
"Istriku kenapa?" Tanya Aris tanpa menghiraukan pernyataan Vicky.
"Huf, susah dasar arogan! Dengar istrimu hanya kedatangan tamu bulanannya saja. Hanya perlu minum perada nyeri saja, atau minum minuman tradisional seperti jamu untuk melancarkan siklus darah yang keluar!" jelas Vicky yang kesal.
"Yang benar, Sayang," tanya Aris yang mendekat pada Liana.
Anggukan Liana sebagai jawabannya malam ini.
Menepuk jidatnya sendiri karena benar benar tidak bisa berfikir jernih dan tidak mau mendengarkan istrinya saat bicara pelan.
"Aku pulang! Lain kali tolong di tanya dulu!" pamit Vicky yang sudah pergi dari kamar mereka.
Aris keluar lebih dulu dan mengunci pintu, baru kembali ke kamarnya.
"Kenapa kamu ga bilang?" Tanya Aris saat di sebelah Liana di atas tempat tidur.
"Sudah, tapi tidak di dengar. Dan juga aku sudah minum obat pereda nyeri, ini sudah tidak sakit seperti tadi." ucap Liana.
"Maaf, aku sungguh kalap dan khawatir kamu kenapa napa," ucap Aris.
Maaf! Lagi! Batin Liana.
Bosan hari ini Aris banyak sekali meminta maaf padanya, bahkan sekarang lebih cerewet dan bawel. Antara bahagia atau tersiksa sih ya Liana nantinya atas perubahan Aris.
"Ya sudah, kita tidur ini sudah malam," usap Aris di kepala Liana.
Liana masuk kedalam selimut kembali dan memejamkan matanya.
Berbeda dengan Aris yang gelisah, gagal malam ini untuk bobol gawangnya Liana. Padahal moment sudah ia persiapkan dari siang hingga dinner, eh taunya waktu tidak memihak padanya.
Cilll, kamu masih puasa lagi. Belum bisa masuk gawang. Batin Aris.
"Mas, jangan gerak terus aku ga bisa tidur," tegur Liana yang terus saja Aris berputar membolak balikkan badannya.
"Iya," jawab Aris yang tampak kesal.
"Kamu marah, Mas?" Tanya Liana yang membalikkan badannya agar menghadap suaminya. Mata mengantuk tapi ia tidak akan egois di saat suaminya gelisah.
"Tidak!" jawab Aris singkat.
"Lalu, apak yang buat kamu ga bisa tidur?" Tanya Liana lagi.
"Harapanku gagal!" jawab Aris yang kesal seperti anak kecil kehabisan permen lolipopnya di warung.
"Memang apa harapannya jika aku boleh mengetahuinya? Mas mau cerita sama aku?" Pinta Liana.
"Kamu! Sudahlah lain kali saja, ayo tidur, kamu udah ngantuk! Nguap mulu dari tadi," ucap Aris yang memeluk Liana yang masuk ke dalam dada bidangnya.
Nyaman, batin Liana.
Tidak berselang lama Liana sudah pulas disana saat dengkuran halus terdengar di telinga Aris.
"Kalau kamu tau kenapa aku sampe begini ya karena ga bisa bobol gawangmu, Na," lirih Aris kemudian tertidur disana.
Berharap ucapannya tidak terdengar oleh Liana, namun salah disaat Aris bicara seorang diri, Liana kembali tersadar dan mendengar jelas apa yang di katakan suaminya. Terselip senyuman di bibir Liana.
Tidur sambil berpelukan saja malam ini, tidak sesuai harapan dirinya dan keluarga. Nasib belum berpihak pada mereka, padahal sengaja Dira di titipkan pada orang tuanya agar bisa melakukan iya iya terus menerus disana.
Hingga pagi ini, Liana yang bangun lebih dulu dan masuk kamar mandi. Setelah itu ke dapur menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Mas bukan kamu saja yang mempunyak harapan itu. Aku pun sama ingin menjalankan kewajibanku sebagai istrimu, namun mau di kata apa jika waktu belum berpihak pada kita untuk bersatu seutuhnya," lirih Liana setelah sarapan selesai di buat.
Kali ini Liana membuat roti bakar dengan farian rasa coklat dan stroberi. Minuman teh hangat dan kopi untuk Aris.
"Mas, bangun. Yuk sarapan!" ajak Liana yang baru membangunkan Aris disana.
"Hem, sebentar lagi ya," pinta Aris.
"Nanti keburu dingin, Mas," pinta Liana yang memegang wajah Aris agar bisa menghadap dirinya.
"Masih ngantuk, Sayang." tolak Aris.
"Ya sudah jika begitu aku ke rumah Mommy saja sekarang! Dari pada disini sendirian," Liana yang melepas tangannya dan berdiri kembali.
Tapi tangannya telah di tahan oleh Aris lalu Liana menengoknya.
"Apa?" Tanya Liana.
"Tunggu, aku ke kamar mandi sekarang!" ucap Aris.
Aris lalu bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Liana baru tersenyum. Ternyata tidak sulit untuk membuat Aris takut kehilangan dirinya.
Liana menyiapkan pakaian kerja suaminya di atas tempat tidur dan kembali keluar untuk merapihkan dapur.
Aris keluar dan sudah rapih, ternyata Liana masih di dapur.
"Sayang," peluk Aris yang melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.
"Lepas dulu, Mas. Ini mau disimpan dulu, susah gerak kalau seperti ini," memang Liana yang akan memasukkan piring piring dan juga gelas bersih yang sudah kering.
"Biar aku saja, tunjukkan di simpan dimana," pinta Aris yang juga melepaskan pelukannya.
"Disina, dan gelas di pojok kanan," tunjuk Liana.
Baru setelah itu Liana menarik tangan Aris keluar dari dapur menuju meja makan, Aris duduk dan piring yang sudah ada isinya berada di depannya.
Liana makan dengan santai dan tampak biasa. Berbeda dengan Aris yang mengunyah sambil memandang wajah Liana.
Buta kemarin kali aku! Liana memang berbeda dengan Laura! walau kembar tapi beda yang aku rasakan untuk mereka. Setiap kali dekat Liana jantungku terus bergetar hebat! Tapi dengan Laura, apa benar aku mencintainya? Batin Aris.
"Mas, makan jangan bengong," ucap Liana yang menyadarkan Aris.
"Memandang indah ciptaan Tuhan tidak boleh di sia siakan," jawab Aris yang pasti langsung membuat Liana bersemu merah rona wajahnya.
Tersenyum keduanya akhirnya setelah selesai sarapan.
"Kamu mau ke Mommy atau tunggu di sini?" Tanya Aris.
"Mau ke rumah Mommy saja, boleh? Aku rindu sama Dira," pinta Liana.
"Boleh, sana bersiap dulu! Aku antar kesana," ucap Aris.
"Oke," jawab Liana senang jika bisa kembali bertemu Dira.
Walau bukan ia yang melahirkan, tapi ikatan keduanya lebih dari sekedar aunty pada ponakannya. Lebih dari itu, Liana sangat menyayangi Dira, bahkan jika ada yang menyakitinya pastilah Liana berada di paling depan.
"Ayo, Mas aku udah siap," pinta Liana yang sudah rapih.
Keduanya masuk ke dalam mobil, lalu menuju rumah kediaman Aldi. Mengemudikan mobil dengan tetap bergandengan tangan Aris tidak mau di lepaskannya.
Hingga sampai disana, kedua turun dan masuk ternyata ada tamu. Naasnya tamu itu adalah yang dua kali mengganggu Aris, pagi sudah berada di dalam kediaman orang tuanya dan bersama Dira, Vira disana.
"Assalamualaikum," sapa Liana masuk dan salim pada Vira. Mencium dan memeluk Dira.
"Acu kangen Mama," balas Dira yang memeluk Liana.
"Kamu! Kenapa disini!" bentak Aris.
Wanita tidak tahu malu, dan tidak pernah mendengar ancangan Aris.
"Ar," ucap Vira yang masih ada Dira.
"Aku masuk, Mas," ucap Liana yang masuk membawa Dira.
"Pergi!" usir Aris dengan sorotan tajam.
...****************...
Terima kasih semuanya, atas dukungan kalian setia menanti up mommy.
Like dan komentarnya di tunggu ya.
kasihan sX km, d culik 2X dlm kurun waktu yg brdekatan....
sdh g sabar dirikuuuu
jeng jeng jeng....