Aruna dan Melvin yang kembali di pertemukan setelah 8 tahun. Mereka dulu 1 sekolah dengan Melvin adalah senior Aruna.
Setelah 8 tahun mereka kembali di pertemukan dengan keadaan yang berbeda. Melvin menjadi seorang aktris terkenal dan Aruna yang menjadi sutradara.
Tetapi ada scandal masa lalu dalam hubungan mereka yang belum selesai. Tentang kedekatan mereka dulu dan kenapa berpisah. Setelah sekian lama di pertemuan kembali dan Aruna yang sudah bersama seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.
Bagaimana kah cerita di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Ternyata Dia Aruna
Aruna pagi ini seperti biasa melakukan shooting di SMA Harapan Bangsa. Aruna yang terlihat duduk di kursi sutradara dengan memakai kacamata yang membaca naskah, Aruna yang melihat naskah itu dan terlihat serius.
"Panas sekali!" keluhnya yang mengipas-ngipas wajahnya menggunakan tangan. Rambutnya yang di gerai langsung di kepang 2. Aruna yang kembali fokus membaca naskah itu.
Di sisi lain, mobil Melvin yang berhenti di parkiran SMA Harapan Bangsa. Pintu mobil dengan model digeser itu langsung terbuka dan Melvin yang langsung keluar dari mobil yang kemudian disusul Boni asistennya.
"Kata Nonya Monica syutingnya di tempat ini dan biasanya jam segini Nona Aruna sudah ada di sini," ucap Boni
Melvin hanya menganggukkan kepala yang melanjutkan langkahnya. Sampai Melvin akhirnya sudah berada di lokasi syuting di lapangan SMA tersebut. Kepala Melvin mencari-cari Aruna dengan berkeliling. Entah apa tujuan Melvin sampai menemui Aruna secara langsung.
"Di sana!" tunjuk Boni dengan kemayu yang membuat arah mata Melvin melihat ke arah Aruna.
Melvin terdiam tanpa melangkah yang mana Boni sudah melangkah terlebih dahulu menghampiri Aruna. Melvin melihat serius ke arah Aruna yang tiba-tiba membuat dia diam mematung.
"Aruna..." lirih Melvin.
Karena menggunakan kacamata dengan rambut yang di kepang seperti itu, membuat Melvin mengingat sesuatu. Kepala Melvin berkeliling yang baru menyadari, jika dia sedang berada di SMA Harapan Bangsa yang 8 tahun lalu dia bersekolah di sana.
Melvin bisa-bisanya tidak sadar jika dia adalah alumni dari SMA tersebut dan melihat Aruna dengan jelas berpenampilan seperti itu mengingatkan Melvin pada sesuatu yang membuat Melvin kembali melihat Aruna dengan kesulitan menelan saliva.
Flashback.
"Aruna tunggu!" panggil Melvin yang berlari dari gerbang sekolah menghampiri Aruna yang berjalan begitu cepat.
"I-iya kak," sahut Aruna dengan kepala tertunduk yang seperti biasa tidak berani melihat Melvin
"Ini!" Melvin tiba-tiba memberikan undangan kecil.
"Aku sampai lupa untuk memberikan undangan ini kepada kamu," ucap Melvin.
"Kakak mengundang saya di acara ulang tahun Kakak?" tanya Aruna dengan kepala yang terangkat yang berbicara begitu gugup.
Ulang tahun Melvin pria yang menjadi idola di sekolah itu yang memang akan mengadakan ulang tahun ke-18. Jadi jelas Aruna sudah tahu hal itu, karena orang-orang di sekolahnya membicarakan tentang acara yang di dengar-dengar sangat mewah dan semua siswa sangat ingin mendapatkan undangan itu.
"Jika aku sudah memberikannya kepada kamu, artinya aku memang mengundang kamu," ucap Melvin.
Aruna terdiam yang belum mengambil undangan itu.
"Kamu tidak berniat untuk mengambilnya?" tanya Melvin.
"Ba-baik, kak!" Aruna yang langsung mengambil dengan cepat.
"Aku harap kamu bisa datang," ucap Melvin.
Aruna hanya menganggukkan kepala yang terlihat takut-takut.
Dia pasti tidak percaya jika diundang senior populer di sekolah itu. Pasti banyak cewek-cewek yang iri dengan Aruna dan apalagi diundang langsung oleh Melvin, sementara yang lain diwakilkan teman Melvin yang membagikan undangan itu dan pasti tidak semua teman satu sekolah diundang melainkan dipilah-pilih.
Flashback of.
Melvin rasanya ingin berhenti bernafas, ketika menyadari jika wanita yang beberapa hari ini sering bertemu dengan dia memang wanita yang pernah dikenalnya. Aruna merupakan adik kelasnya yang sering dijahili kakak-kakak senior dan Melvin yang pasang badan membela Aruna.
Melvin mungkin tidak mengenali Aruna karena sudah begitu lama ditambah lagi penampilan Aruna yang berbeda 180 derajat, wanita berkulit putih itu semakin tinggi walau tidak setinggi Melvin, dia juga tidak memakai kacamata lagi dan juga rambut yang tidak dikepang dua. Aruna sudah jelas-jelas jauh dari kata culun dan terlebih terlihat menjadi wanita karir yang sangat tegas dan memiliki wajah jutek.
"Bos kenapa malah bengong di sini?" Melvin membuyarkan lamunannya, ketika Boni harus kembali ke belakang karena melihat bosnya masih tetap berdiri.
"Oh tidak!" Melvin kembali melihat ke Aruna yang ternyata Aruna sudah melepas kacamata itu dan juga rambut yang di sanggul cepol dan Aruna yang bekerja menyutradarai adegan yang sudah take.
"Ayo bos!" ajak Boni yang menarik tangan Melvin dan Melvin mengikut saja dengan mata yang terus melihat ke arah Aruna. Dia masih terlihat begitu terkejut dan masih tidak percaya.
"Oke cut!" teriak Aruna.
"Oke-oke, kita break sebentar untuk melanjutkan sin berikutnya!" titah kru yang memberikan arahan.
Aruna menghela nafas yang berdiri dari tempat duduknya dan menuju meja yang mengambil minuman dan nasi kotak. Ini memang jam istirahat makan siang dan waktunya untuk mengisi perut setelah bekerja seharian.
Saat Aruna berjalan untuk mencari tempat duduk, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat sepasang kaki berdiri di hadapannya yang membuat kepala Aruna terangkat perlahan.
Melvin yang berdiri di sana dengan menatap Aruna dengan tatapan yang sangat berbeda. Melvin seperti ingin memastikan apakah benar Aruna yang dihadapannya adalah Aruna yang dulu pernah mengisi kehidupannya.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Aruna. Melvin diam.
Bukan hanya wajah yang berbeda. Tetapi suara Aruna juga tampak berbeda. Jika dulu Aruna kalau bertemu dengannya pasti berbicara terbata-bata dan sekarang lebih ketus yang memang membuat wanita itu berubah 180 derajat.
"Ada dengannya? apa dia tidur berjalan dan tidak sadarkan diri, hanya bengong saja," batin Aruna kebingungan.
"Kau ada keperluan padaku?" tanya Aruna lagi. Melvin tetap saja diam.
Aruna menghela nafas dan lebih baik pergi untuk mengisi perut dari pada membuang tenaga bertanya terus yang tidak dijawab sama sekali. Dia sangat lapar sekali.
"Aruna!" suara berat itu mampu menghentikan langkah Aruna.
"Ada apa?" tanya Aruna tanpa membalikan tubuh.
Aruna tidak mendengarkan suara apapun, "aneh!" gumam Aruna yang kembali melanjutkan langkah.
"Kau benar-benar tidak mengenalku?" langkah Aruna kembali terhenti.
"Atau kamu berpura-pura tidak mengenalku?"
Deg!
Jantung Aruna berdebar begitu kencang, kata-kata yang keluar dari mulut Melvin sudah tidak biasanya dan Itu bukan lagi Melvin sebagai aktris dan yang mempunyai urusan dengan dia.
Aruna yang berusaha untuk tenang dengan menarik nafas perlahan dan membuang perlahan ke depan lalu membalikkan tubuh. Ternyata sama dengan Melvin yang juga sudah berbalik badan dengan mereka berdua saling berhadapan.
2 bola mata yang indah itu saling menatap dengan penuh arti, melihat Aruna dengan jelas membuatnya mengingat bagaimana pertama kali dia menemui gadis itu saat di gerbang sekolah.
"Kamu dulu bersekolah di sini. SMA Harapan Bangsa dan gerbang utama pertama kali kita berdua bertemu?" tanya Melvin memastikan.
Aruna cukup kaget dengan Melvin mengingat semua itu. Aruna memang tidak mungkin bisa lupa pada Melvin. Karena wajah Melvin terus wara-wiri di televisi dan sejak dulu orang tua Melvin sangat terkenal yang juga ikut menyorot Melvin.
Jadi sampai kapanpun orang-orang pasti akan tetap mengingat Melvin dan bukan hanya Aruna saja dan mungkin satpam yang sudah senior berjaga di depan juga pasti mengingat Melvin.
"Kau kenapa terdiam! Kita pernah saling mengenal dan kita...."
"Iya aku mengenalmu," Aruna langsung memotong pembicaraan Melvin.
"Mana mungkin aku lupa dengan senior populer di SMA ini dan terlebih lagi sekarang sudah menjadi aktor terkenal!" ucap Aruna dengan wajah yang terlihat tenang dan bahkan mengeluarkan senyum yang seperti merasa biasa saja dan berbeda dengan Melvin yang sejak tadi memperlihatkan wajah sendu yang seperti dari sorot mata itu ada kerinduan.
Bersambung
dikit2 bab nya flash back dr awal lagi dan lagi bikin gak nyaman baca nya 😔😔😔