Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selagi Kita Bisa
Dua hari sebelumnya..
Ketika Reni pulang bekerja, dia kembali dihampiri sebuah mobil mewah. Kali ini bukanlah Ayahnya Avinna yang datang menemuinya. Tapi gadis itu sendiri, Reni jelas masih mengingat jelas dengan wajah Avinna yang sering muncul di televisi.
"Aku ingin bicara denganmu, sebentar saja" ucap Avinna.
Reni menghembuskan nafas kasar, entah apalagi saat ini. Dia sudah lelah dipertemukan dengan orang-orang yang inginkan dia berpisah dengan suaminya. Entah harus bagaimana sekarang.
Tanpa menjawab, Reni langsung masuk ke dalam mobil itu. Dia menatap Avinna yang sedang mengemudi sekarang ini. Kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, sungguh membuat semua orang yang melihatnya akan merasa jatuh cinta. Jadi, wajar saja jika orang tua suaminya pun lebih memilih dia. Apalagi dengan profesinya yang sekarang, Avinna memang bisa di kategorikan wanita yang sempurna.
Avinna membawa Reni ke sebuah Cafe, duduk di ujung ruangan agar tidak terlalu di lihat oleh orang-orang di Cafe ini.
"Ada apa Nona mengajak saya bertemu?" ucap Reni, meski dia sudah tahu apa tujuan dari Avinna ini.
Avinna langsung menghembuskan nafas kasar. Dia tidak bisa membohongi hatinya yang kecewa dan cukup terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia cintai selama ini, ternyata memang sudah menikah. Hal yang ingin tidak dia percayai.
"Aku tahu ini juga berat untuk kamu. Tapi," Avinna menjeda ucapannya. Dia menatap Reni dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Berikan aku kesempatan untuk bisa bersama dengan pria yang aku cintai selama ini. Aku mohon padamu, Kak"
Reni terdiam, dia sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh gadis ini. Sekarang dia hanya tersenyum, meratapi nasibnya yang seperti ini. Semua orang yang menginginkan dia untuk meninggalkan suaminya sendiri. Seolah memang dia tidak pantas bersama dengan pria yang dia cintai.
Avinna langsung memegang tangan Reni di atas meja. Tatapan matanya menunjukan permohonan yang sangat pada Reni. "Kak, aku mohon sekali. Izinkan aku bersamanya. Sejak dulu dia selalu menjadi pria yang sangat aku cintai. Aku janji tidak akan membuatnya terluka. Aku akan menjaganya dengan baik"
Reni melepaskan genggaman tangan Avinna. "Kamu seorang perempuan, tidak sepantasnya memohon seperti ini hanya untuk seorang laki-laki yang sudah beristri. Kamu tenang saja, sebelum kamu menemuiku, Ayah kamu sudah lebih dulu menemuiku dan berbicara denganku"
Reni menghembuskan nafas kasar, dia berdiri dari duduknya. Menatap Avinna dengan tersenyum. Bisa diartikan senyuman seperti apa yang terlihat, hanya sebuah senyuman yang menutupi luka hatinya.
"Kamu pasti bisa menikah dengan suamiku dengan tenang. Aku titipkan dia padamu"
Dia berbalik dan langsung pergi dari sana. Air matanya luruh begitu saja di pipinya. Rasa sesak di dadanya semakin terasa sekarang. Ketika sudah berada diluar Cafe, kakinya terasa lemas dan dia langsung terjatuh berlutut di atas tanah. Tangisannya pecah.
"Ya Tuhan sakit sekali rasanya.. Hiks hiks.."
Duar...
Suara petir yang tiba-tiba saja, awan yang berubah mendung dan akhirnya hujan turun dengan derasnya membahasi bumi. Seperti dunia juga sedang merasakan sakit yang Reni alami saat ini.
Perempuan yang malang, menangis di bawah guyuran hujan. Air mata yang tak terlihat karena derasnya hujan turun.
*
Ketika dia sampai di rumah, dia melihat suaminya yang sedang menunggu di ruang tengah. Tatapan Axel terlihat kesal, marah dan khawatir. Dia langsung menghampiri istrinya.
"Kamu itu habis darimana? Aku jemput ke tempat kerja, katanya sudah pulang. Ketika aku kembali ke rumah, kamu gak ada. Di telepon juga gak di angkat. Kenapa sih selalu buat aku khawatir"
Reni tidak menjawab, dia hanya menatap suaminya. Lalu tanpa berkata apapun, dia langsung menghambur ke pelukan suaminya. Sama sekali tidak ingin melepaskan pelukannya itu untuk saat ini. Selama dia masih bisa memeluk suaminya seperti ini. Maka dia tidak akan melepaskan.
Axel sedikit tertegun dengan apa yang dilakukan istrinya ini. Tangannya mengelus punggung istrinya yang basah. "Sayang ada apa? Kenapa kamu sampai hujan-hujanan seperti ini. Ayo bersihkan dulu tubuh kamu, takutnya nanti kamu malah sakit"
Reni menggeleng, dia semakin mengeratkan pelukannya. Air mata mengalir begitu saja. Sesak di dadanya semakin terasa. Dia tidak pernah ingin pergi meninggalkan suaminya. Tapi sekarang semuanya sudah tidak memungkin untuk dia terus egois.
"Aku mencintaimu" lirihnya di telinga Axel.
Axel langsung tersenyum, dia mengecup puncak kepala istrinya. Rambutnya begitu basah karena kehujanan. "Aku tahu. Aku juga sangat mencintaimu. Sekarang mandi dulu ya, badan kamu basah semua. Nanti sakit"
Setelah di rasa perasaannya mulai tenang, Reni melerai pelukannya. Dia menuruti ucapan suaminya untuk pergi mandi dan berganti pakaian.
"Aku bantu kamu mandi ya" ucap Axel.
Reni tersenyum tipis, dia tahu arti tatapan dari suaminya. Apalagi sekarang dia melihat baju Reni yang menempel rapat membentuk bentuk tubuhnya karena air hujan yang membasahinya.
"Kamu boleh melakukan apapun kok, selain mandi bersama. Selagi kita bisa"
Axel langsung tersenyum, tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Langsung menggendong istrinya dan membawanya ke kamar mandi. Dan mereka menghabiskan malam ini dengan penuh gairah.
*
Tangan yang memegang sebuah kertas itu, bergetar hebat. Setetes air mengenai kertas itu. Sampai tidak pernah menyangka jika dia akan mendapatkan surat ini. Menemukannya di atas tempat tidur dan lebih tidak menyangka lagi, tanda tangan istrinya sudah tertera disana.
"Ternyata ini arti dari ucapanmu waktu itu?"
Selagi kita bisa. Kalimat yang cukup membuat Axel bingung saat itu. Namun, sekarang dia bisa mengerti apa maksud dari istrinya ini.
"Kenapa kamu melakukan ini, Sayang? Bukannya sudah janji akan terus bersama denganku"
Tubuhnya jatuh ke atas lentai, terduduk lemas dengan bersandar ke tempat tidur. Tangannya masih memegang kertas berisi gugatan cerai dari sang istri dengan gemetar. Masih tidak menyangka jika istrinya akan melakukan ini. Padahal dia sudah sering memohon untuk tidak pernah meninggalkannya, dan juga dia sudah banyak meminta istrinya untuk tetap bersama dengannya apapun yang terjadi.
"Ternyata kamu tidak menepati janjimu. Sekarang aku harus bagaimana? Tidak ada kamu di sisiku, tidak ada lagi arti hidup"
Axel benar-benar kehilangan tujuan hidupnya saat ini. Seolah memang dia tidak tahu harus melakukan apa kedepannya, ketika tujuan hidupnya saja sudah pergi meninggalkannya.
Hancur.. Segala dalam hidup dan dirinya hancur seketika.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪