Bukan bacaan untuk bocil.
Setiap manusia terlahir sebagai pemeran utama dalam hidupnya.
Namun tidak dengan seorang gadis cantik bernama Vania Sarasvati. Sejak kecil ia selalu hidup dalam bayang-bayang sang kakak.
"Lihat kakakmu, dia bisa kuliah di universitas ternama dan mendapatkan beasiswa. kau harus bisa seperti dia!"
"Contoh kakakmu, dia memiliki suami tampan, kaya dan berasal keluarga ternama. kau tidak boleh kalah darinya!"
Vania terbiasa menirukan apa yang sang kakak lakukan. Hingga dalam urusan asmarapun Vania jatuh cinta pada mantan kekasih kakaknya sendiri.
Akankah Vania menemukan jati diri dalam hidupnya? Atau ia akan menjadi bayangan sang kakak selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Ck. Mereka itu selalu saja berisik saat sedang bekerja."
Gumam Roy yang sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri di pantry, pria itu sampai menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar suara tawa yang dapat ia pastikan bersumber dari para office girl yang akan membersihkan ruangan tuan Betrand.
Namun beberapa menit kemudian suara tawa itu berubah menjadi suara jeritan.
"Apa lagi yang mereka lakukan?!" Umpat Roy dengan rahangnya yang mengeras.
Bergegas pria 35 tahunan itu meninggalkan kopi yang baru saja di buatnya di atas meja, kemudian berlari menuju ruangan sang presdir.
"Ada apa?" Tanya Roy dengan wajah paniknya.
"I-itu tuan." Ucap office girl yang lebih tua, seraya menunjuk ke arah sang presdir.
"Astaga! Tutup mata kalian dan cepat keluar dari ruangan ini!" Titah Roy dan langsung dipatuhi oleh kedua office girl tersebut.
"Tunggu! Tunggu!" Kedua langkah kaki wanita itu terhenti saat mendengar ucapan Roy.
"I-iya tuan." Kedua office girl itu nampak gemetar ketakutan.
"Lupakan apa yang baru saja kalian lihat! Dan jangan sampai hal ini bocor keluar. Kalau tidak!" Roy menatap kedua karyawan itu dengan tatapan tajamnya.
"Kalian berdua akan dipecat dengan tidak hormat dan aku pastikan kalian tidak akan di terima di perusahaan manapun lagi!" Ancam Roy.
"B-baik tuan! Kami akan tutup mulut." Jawab kedua office girl itu serentak, kemudian mengambil langkah seribu meninggalkan ruangan sang presdir.
"Huhf...Kau itu menyedihkan sekali kawan." Roy menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menatap nanar pada sang sahabat. Roy dapat menebak jika pria itu habis mabuk-mabukan semalam.
Roy merasa prihatin melihat kondisi sang sahabat yang kisah percintaannya selalu berakhir menyedihkan. Dan lagi-lagi pria itu di campakkan oleh wanita yang dicintainya.
"Ternyata punya wajah tampan dan kaya saja tidak menjamin akan mudah mendapatkan jodoh." Roy merasa beruntung menjadi dirinya sendiri, walaupun ia kalah tampan dan kaya dari sang sahabat. Tapi setidaknya Roy sudah menikah sebanyak 3 kali dan memiliki 3 orang anak dari masing-masing mantan istrinya.
"Tuan, bangun tuan." Roy membangunkan pria menyedihkan itu seraya mengguncang bahu polos sang presdir.
Setelah 5 menit lamanya Roy mencoba membangunkan Betrand, akhirnya pria itu mengerjapkan matanya juga.
"Roy? Apa yang kau lakukan di kamarku?" Tanya Betrand karna saat ia membuka mata, wajah sang asisten lah yang ada di hadapannya.
"Ini di kantor, bukan di kamar anda tuan." Beritahu Roy dengan sabar.
"Apa? Kenapa aku tidur di kantor? Apa yang terjadi padaku?" Tanya Betrand dengan wajah bingungnya.
"Ck. Kau saja tidak tahu, apalagi aku!" Gumam Roy dalam hatinya.
"Pakailah pakaian anda dulu tuan." Ucap Roy seraya memberikan pakaian pada sang bos.
Betrand mengerutkan dahinya karna belum mengerti dengan apa yang terjadi, tapi tak lama kemudian kebingungannya berubah menjadi kecemasan saat mendapati dirinya dalam keadaan polos tanpa memakai sehelai benangpun.
"Kurang ajar! Apa yang kau lakukan padaku hah!" Betrand menarik kerah kemeja sang asisten disertai rahangnya yang mengeras.
Aroma Alkohol yang kuat menyengat menyeruak dari mulut pria yang sedang marah itu.
"Aku tidak melakukan apapun tuan, sepertinya anda mabuk semalam." Balas Roy dengan wajah datarnya.
Roy merasa jengah dengan kebiasaan sang bos yang hobi mabuk-mabukan tiap ada masalah. Tapi Roy merasa sedikit lega karna Betrand mengikuti sarannya untuk tidak mabuk-mabukan di club malam lagi.
Karna terakhir kali pria itu melakukannya, Betrand di jebak oleh seorang wanita yang menuduh Betrand telah meruda paksa dirinya dan menuntut tanggung jawab dari pria itu.
Skandal tentang Betrand dan wanita itu berlangsung cukup alot, apalagi wanita itu sudah dalam keadaan hamil. Hingga saham perusahaan Giant group merosot tajam kala itu.
Namun berkat kekuasaan yang dimiliki keluarga Fernandez, akhirnya kebohongan wanita jalang itu terbongkar dan hasil tes DNA membuktikan kalau janin yang di kandung wanita itu terbukti bukanlah benih dari Betrand.
Karna itulah Roy menyediakan begitu banyak minuman beralkohol di lemari pendingin sang sahabat agar Betrand tidak pergi ke club malam lagi, mengingat sang sahabat sedang patah hati karna di tinggalkan untuk yang ke 3 kalinya oleh wanita yang dicintainya.
Roy merasa usahanya tidak sia-sia, karna berkat ide cemerlangnya, Betrand tidak membuat ulah lagi saat dirinya sedang mabuk.
"Tuan apa anda terluka?" Tanya Roy saat melihat ada bercak darah di sofa mahal berwarna abu terang itu.
"Tidak aku baik-baik saja." Balas Betrand yang kini sudah memakai pakaiannya kembali.
"Lalu darah siapa ini?" Roy mengerutkan dahinya. Roy merasa sangat familiar dengan bercak darah tersebut, sama persis dengan darah perawan dari para gadis yang berhasil ia gagahi.
Namun pria itu segera membuang pikiran negatifnya mengingat tidak ada seorang wanita pun yang menemani sang sahabat semalam.
Roy bisa yakin, karna ia adalah orang yang terakhir pulang dari kantor ini semalam. Meninggalkan sang presdir yang tengah galau seorang diri di ruang kerjanya.
"Buang sofa itu dan belikan aku sofa yang baru!" Titah Betrand tanpa peduli dari mana asal bercak darah itu.
"Baik tuan." Balas Roy.
"Aku akan pulang sebentar, sebelum aku kembali kau handel dulu semua pekerjaanku." Kata Betrand sembari berjalan sempoyongan menuju pintu keluar.
"Apa anda mau aku antar pulang tuan?" Roy mencemaskan kondisi sang bos.
"Tidak usah!" Balas Betrand sembari terus melanjutkan langkahnya.
langkah Betrand terhenti saat tiba di meja Vania.
"Ck. Dia itu ceroboh sekali, kenapa dia meninggalkan ponselnya disini? Kalau ada yang mengambilnya bagaimana?" Ucap Betrand sembari mengambil ponsel milik sang sekretaris, lalu memasukannya ke dalam saku celananya.
***
Sesampainya di apartemen, Betrand langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
"Akh, kenapa rasanya perih sekali?" Tanya Betrand sembari menatap si juniornya yang terasa seperti habis kejepit sesuatu.
Namun tak ia hiraukan mengingat jam 08.00 nanti ada meeting penting dengan rekan bisnisnya yang berasal dari Malaysia.
Pria tampan itu segera menyelesaikan aktifitas mandinya, kemudian bersiap untuk kembali ke kantor.
Bersambung.