Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Kakek Lagi!
HAPPY READING...
***
Entah kapan terakhir kali ruang makan terlihat hangat seperti sekarang. setiap tempat duduknya terisi oleh seseorang membuat rumah terasa hidup. sesekali canda tawa muncul mengiringi Makan malam bersama seperti ini. Ayah Adam dan Istrinya, Papa Bima dan Istrinya, Kakek, Jane, juga dengan Rehan dan Mika. semua terlihat menikmati makan malam yang terasa begitu menyenangkan.
Semua ini adalah ide Kakek. pria yang tak lagi muda itu menyuruh seluruh anak menantunya datang ke rumah ini. termasuk cucunya yang sekarang juga telah membina sebuah kelurga. Kakek ingin tau bagaimana perkembangan hubungan Mika dan Rehan. apalah keduanya sudah lebih baik dari terkahir kali? atau malah semakin tak akur lagi.
tapi saat Kakek melihat keduanya datang sambil bergandengan tangan, hatinya berubah lega.
"Kenapa untuk makan malam seperti ini saja harus dengan paksaan?" gerutu pria berumur 80 tahun itu.
"Apa aku harus membayar hanya untuk mengambil sedikit waktu dari putraku?".
Ayah Adam dan yang lain tersenyum.
"Bukan begitu Ayah...".
"Lalu? kau Adam, kau bahkan jarang melihat keadaan orang tua ini...".
Ayah Adam kena omel dari Kakek. sebagai anak kedua, Ayah memang tidak tinggal di rumah yang sama dengan Kakek. jadi Ayah memang jarang bertemu dengan orang tuanya itu yang mana tinggal seatap dengan Papa Bima.
Waktu dan keseharian Ayah juga dihabiskan dengan bekerja. bahkan sejak putrinya menikah, Ayah belum pernah sekalipun mengunjungi rumah Mika dan Rehan. bukan tak mau, hanya tak punya waktu untuk itu. Karena Ayah selalu pulang saat matahari benar-benar tenggelam. itupun sudah membuatnya merasa lelah dan ingin segera beristirahat.
"Dan kau juga Widya... tak pernah menjenguk Ayah dan bertanya bagaimana keadaan orang tua ini..".
Ibu Widya melongo. bukan hanya suaminya, dirinya juga ikut kena omel. sedangkan menantu Ayah satunya, Mama Reta hanya mengulum senyum.
"Ayah kan tau, Widya tidak bisa bawa mobil sendiri Yah..." ucap Ibu beralasan.
karena memang sejak menikah, Ibu hanya mengandalkan Supir ataupun suaminya ketika bepergian. beliau tak berani mengendarai mobil sendiri, berbeda dengan Mamanya Rehan Mama Reta. wanita yang mandiri dan pemberani yang kemanapun selalu menyetir mobil sendirian.
"Kalian ini selalu saja beralasan..." cerca Kakek. tapi tak membuat Ayah maupun Ibu sakit hati. beliau memaklumi semua itu karena hanya inilah yang membuat orang tua seperti Kakek merasa bahagia di masa tuanya. berkumpul bersama anak dan cucunya.
Bisa besok kelarnya kalau Kakek sudah mengomel... batin Jane, adik perempuan Rehan.
"Kak Mika, apa sudah merasakan tanda-tanda ngidam?".
Pertanyaan yang terlontar dari siswi SMA itu membuat semua orang melongo.
"Uhuukk..". bahkan Mika sampai tersedak dengan pertanyaan uang yang tiba-tiba dilontarkan ke arahnya.
apalagi pertanyaan itu sangat privasi.
"Jane-!". Cegah Mama Reta. sungguu putrinya itu benar-benar tidak bisa diajak kompromi.
"Jane kan hanya bertanya... hehehe..." jawab Jane seenaknya. padahal ia hanya mengalihkan perhatian Kakek dari amarah yang tak ada hentinya itu.
dan mungkin bisa dikatakan berhasil. karena sekarang Kakek justru lebih semangat mendengar jawaban Mika dibandingkan dengan memarahi Ayah Adam dan istrinyaistrinya seperti sebelumnya.
Gawat! aku harus jawab apa? Mika panik. apalagi dengan tatapan semua orang kepadanya. terlebih adalah Kakek. orang tua itu sangat antusias. padahal yang sebenarnya terjadi, baik Mika maupun Rehan tak pernah benar-benar berperan sebagai pasangan pada umumnya. jadi tak mungkin ada kehamilan ataupun acara ngidam segala.
toh sejak awal menikah, kamar mereka pun terpisah. dan hanya kedua orang tua mereka yang tau hal itu.
"Mika tengah menghadapi skripsi, jadi kami sepakat untuk tidak membahas itu dalam waktu dekat..." jawab Rehan. anggap saja sebagai jawaban penyelamat untuk Mika. dan bisa membuatnya bernafas lega.
Syukurlah...
"Tapi apa masalahnya?" protes Kakek.
baginya tak ada masalah kalaupin Mika harus menghadapi skripsi atau apapun. karena tujuan menikah adalah untuk menciptakan sebuah keturunan yang akan mempertahankan bisnis mereka kelak.
dan bagi Kakek, menunda untuk tidak memiliki anak dalam waktu dekat adalah salah.
"Ya masalah dong Kek... Mika tak bisa membagi kuliah dengan hamil..." timpal Mika.
Punya anak darinya hanyalah mimpi saja buat Kakek... batin Mika.
"Apa kau ingin Kakek menderita sampai maut tiba?" tanya Kakek.
*Apalagi sih ini!
drama lagi*!
Mika dan Rehan sama-sama protes di dalam batinnya sendiri.
"Hehehe... gini Ayah, bukan Mika dan Rehan tak mau memiliki anak... tapi mereka berhak untuk menentukan kesiapan mentalnya... karena untuk memiliki anak juga banyak mengorbankan apapun, apalagi Mika juga masih kuliah saat ini...tunggulah sampai Mika lulus dan mewujudkan mimpinya sebagai dokter... baru saat itu, dia akan siap menjadi seorang ibu..." jelas Mama Reta dengan bijaknya. dam semua orang juga setuju dengan ucapannya.
Kakek cemberut. "Apa aku masih hidup saat itu?" gerutunya.
"Tentu saja Kek, Kakek akan tetap sehat saat itu tiba... Kakek yang akan memberikan nama untuk anak kita.. iya kan sayang?" jawab Rehan. dan tanpa rasa malu pria itu memeluk Mika, memamerkan kemesraan di depan orang tua mereka. sedangakan Mika hanya memasang wajah tegang. singguh terkadang perlakuan Rehan utu benar-benar membuat dirinya heran.
"Baiklah, aku akan bertahan sampai saat itu tiba.." jawab Kakek pasrah.
Dan semua orang menjadi sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
----
Makan malam telah usai. Mika dan Rehan kembali pulang tengah malam. sebenarnya mereka diminta menginap, hanya saja Rehan menolak hal itu dengan alasan ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. jadi walaupun sedikit lelah, Rehan tetap memutuskan untuk kembali ke rumah saja. apalagi perjalanan dari Kediaman Kakek ke rumah hanya membutuhkan 30 menit saja. bisa lebih cepat jika jalanan tidak macet.
"Kapan kau mulai menyiapkan skripsi?" tanya Rehan berbasa-basi untuk membuat dirinya tak merasa ngantuk saat mengemudi.
"Bulan depan..." jawab Mika. dan gadis itu berulang kali menguap karena mengantuk.
"Dan setelahnya, apa kau akan bekerja di RS?".
"Hm, bekerja sekaligus belajar pada senior-senior di Rs..." jawab Mika tak semangat. bahkan mata gadis itu juga semakin terpejam.
"Katanya saat itu, seorang Dokter akan bekerja tanpa henti... bahkan sampai beberapa hari tak tidur..." ucap Rehan. entah itu benar atau tidak. tapi Rehan mendengarnya dari seseorang.
"Hm,".
"Apa kau juga akan sering tidak pulang?".
Rehan hanya penasaran. bagaimana seorang Dokter muda ketika baru saja lulus kuliah dan bekerja pada RS. karena lulus kuliah bukan berarti mereka langsung bisa dikatakan Dokter.
apa proses yang masih panjang yang harus dilalui calon Dokter untuk mendapatkan ijin sebagai Seorang Dokter sungguhan.
"Hm".
Mika semakin terpejam. tapi gadis itu masih bisa mendengar apa yang dikatakan Rehan.
"Apa seorang Dokter muda juga akan bekerja di suatu tempat yang jauh dari kota?" tanya Rehan. diantara teman-temannya saat Reuni kemarin, Rehan menemukan temannya yang telah menjadi seorang Dokter.
dan dadi airu juga ia tau kalau Dokter juga akan mengabdikan diri di sebuah tempat yang sedikit pelosok dan jauh dari kota.
Entah kenapa Rehan membayangkan hal itu sampai terjadi pada Mika. apakah Mika bisa melakukannya? sedangkan saat ini saja gadis itu tak tau apapun bahkan tak bisa melakukan hal sesederhana sekalipun.
"Mik..." panggil Rehan. tapi tak ada jawaban dari gadis yang duduk di sebelahnya.
"Apa kau tertidur?".
masih juga tak ada jawaban, membuat Rehan mengalihkan pandangannya demi melihat Mika secara langsung. dan benar, gadis itu sudha terlelap entah sejak kapan..
membuat Rehan menggelengkan kepalanya dan tersenyum singkat.
Dasar! batinnya bicara.
di malam yang sunyi, Rehan masih fokus mengemudi. bahkan pria itu berusaha untuk tidak menciptakan suara hingga sampai di rumah mereka.
Melihat Mika yang tertidur, Rehan tak tega untuk membangunkan gadis itu. jadi pria itu memutuskan untuk menggendong Mika dan masuk ke dalam rumah.
Dengan penuh kehati-hatian, Rehan merebahkan tubuh Mika di ranjang. menarik selimut untuk menutupi tubuh agar tidak kedinginan. Setelahnya Rehan berjalan ke arah pintu, mematikan lampu.
"Selamat malam..." gumamnya sambil menutup pintu kamar itu.
dan Rehan pun menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
***