Season 2 Pengganti Mommy
Pernikahan Vijendra dan Sirta sudah berusia lima tahun lamanya, namun mereka belum dikaruniai momongan. Bukan karena salah satunya ada yang mandul, itu semua karena Sirta belum siap untuk hamil. Sirta ingin bebas dari anak, karena tidak mau tubuhnya rusak ketika ia hamil dan melahirkan.
Vi bertemu Ardini saat kekalutan melanda rumah tangganya. Ardini OB di kantor Vi. Kejadian panas itu bermula saat Vi meminum kopi yang Ardini buatkan hingga akhirnya Vi merenggut kesucian Ardini, dan Ardini hamil anak Vi.
Vi bertanggung jawab dengan menikahi Ardini, namun saat kandungan Ardini besar, Ardini pergi karena sebab tertentu. Lima tahun lamanya, mereka berpisah, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali.
“Di mana anakku!”
“Tuan, maaf jangan mengganggu pekerjaanku!”
Akankah Vi bisa bertemu dengan anaknya? Dan, apakah Sirta yang menyebabkan Ardini menghilang tanpa pamit selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Vi tidak peduli dengan apa yang Ardini katakan. Ia berkata jujur pada Ardini, ia juga tidak mau menyembunyikan apa yang ia rasakan saat ini dengan Ardini. Entah kenapa Vi bisa memiliki rasa pada Ardini, padahal ia begitu mencintai Sirta, namun rasa cinta itu kalah dengan ego Sirta yang tidak pernah mau mengerti keinginan Vi.
“Kamu tidak salah dengar, Din. Ini adalah ungkapan dari hatiku, aku tidak bisa membohongi perasaanku ini. Aku tidak mau bingung dengan persaanku sendiri padamu. Aku benar-benar jatuh hati padamu.”
“Jangan mengatakan hal seperti itu lagi, Mas. Yang ada Mas akan menyakiti hati perempuan.” Ucap Ardini, lalu ia langsung menggeser tubuhnya, sedikit menjauh dari Vi. Namun, Vi kembali memeluk Ardini dengan erat.
“Aku sungguh mencintaimu, Adin.”
Ardini hanya diam, ia tidak menjawab apa pun. Ia takut salah jika membalas perasaan Vi. Padahal selama Vi berada di rumahnya, ia pun merasakan hal yang sama dengan Vi.
“Jawab aku Adin, apa kamu mencintaiku juga? Aku mohon,” pinta Vi.
“Maafkan aku, Mas. Aku belum bisa mencintaimu,” jawab Ardini dengan berbohong.
“Kamu bohong, Adin!”
“Aku tidak bohong, Mas!”
Ardini melepaskan pelukan, Vi. Ia keluar dari kamarnya, mencoba meredakan gemuruh di dadanya. Ia tidak menyangka Vi akan menyatakan cintanya. Tidak salah jika Vi mencintai dirinya, tidak salah jika Vi jatuh cinta pada dirinya meski baru dekat dan bersama dalam beberapa hari. Apalagi status dirinya sudah sah menjadi istrinya. Namun, rasa takut begitu menyelimuti dirinya. Ia tidak mau melakukan kesalahan, dengan membalas cinta Vi, meski Vi adalah suaminya. Itu semua karena Vi memiliki istri, dan dirinya hanya istri simpanan Vi saja.
Ardini keluar, ia menuju teras samping yang ada di dekat dapur. Ia menangis, memegangi dadanya yang rasanya sesak dan bergemuruh.
“Gak ini salah! Aku gak boleh memiliki perasaan ini! Aku tidak boleh jatuh cinta pada dia. Aku gak boleh merusak rumah tangga orang, meskipun aku memang sudah merusaknya, karena ketidaksengajaan malam itu. Aku gak boleh mencintai suami orang, meski dia juga suamiku, ayah dari anakku ini!” ucap Ardini merutuki dirinya sendiri.
“Tidak ada yang salah mencintai seseorang, Adin. Kamu tidak salah jika memiliki perasaan yang sama padaku, kita ini suami istri, apa salahnya saling mencinta? Bukankah itu sudah seharusnya?” ucap Vi yang tiba-tiba berada di belakang Ardini.
Ardini terjingkat mendengar suara bariton Vi. Ia tidak menyangka suaminya akan menyusulnya ke teras samping dan mendengar apa yang tengah diucapkannya.
“Itu kesalahan besar, Mas! Kamu salah membagi cintamu padaku! Kamu salah, Mas! Hubungan kita ini juga salah, karena kita diam-diam. Kalau kita saling mencintai apa malah tidak menambah perkara baru?”
“Tidak, aku tidak peduli dengan adanya perkara baru, meski itu banyak? Aku memang memiliki perasaan itu padamu, dan aku sadar, aku juga memiliki istri lain selain kamu, tapi rasa cinta ini tumbuh sendiri, apa aku salah? Gak, kan?”
“Pulanglah, Mas! Aku ingin sendiri!”
“Gak bisa, aku gak akan biarkan kamu sendirian! Aku akan temani kamu sampai Bi Siti balik!”
“Mas, kamu sadar gak sih, kamu sudah meninggalkan rumahmu lama sekali!”
“Sadar, tapi aku gak peduli itu!” jawab Vi enteng. “Jadi, bagaimana?” tanya Vi.
“Bagaimana apanya?”
“Apakah kamu juga mencintaiku, Adin?” tanya Vi.
Ardini hanya diam dan menundukkan kepalanya. Ia tidak mau menatap wajah Vi, karena ia takut ketahuan Vi kalau dirinya berbohong dengan perasaannya.
“Kenapa menunduk? Aku sudah bilang berkali-kali padamu, jangan menundukkan kepala saat aku sedang bicara padamu, Adin?” Vi mengangkat dagu Ardini, hingga Ardini mendongak dan menatapnya.
“I love you, Adin,” ucap Vi dengan lugas dan tegas.
Ardini diam menatap wajah Vi dengan mata berkaca-kaca. Terlihat jelas ketulusan terpancar dari mata Vi. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia takut jika suatu hari nanti hubungannya dengan Vi akan diketahui istri pertama Vi juga keluarga besar Vi. Ia takut hal itu terjadi, yang nantinya akan menyebabkan dirinya berpisah dengan Vi, juga kemungkinan akan berpisah dengan buah hatinya.
“Kenapa diam? Kenapa malah nangis? Katakan Adin, jangan membohongi hati dan perasaanmu, karena akan menambah beban hidupmu,” ucap Vi.
“Aku tahu ini terlalu cepat, untuk mengatakan cinta padamu, tapi memang kenyataannya aku mencintaimu, aku jatuh cinta padamu, Adin.”
Ardini tidak menjawab apa pun, tapi ia langsung memeluk Vi, menenggelamkan wajanya di dada bidang Vi, dan menangis di pelukan Vi.
“Apa kamu mencintaiku, Adin? Apa kamu mau membalas cintaku ini?” tanya Vi.
Ardini perlahan menganggukkan kepalanya di sela-sela tangisaannya itu. Ada perasaan yang menghangat di dada Vi saat Ardini membalas ucapannya dengan anggukkan kepalanya.
“Jawab Adin, jangan hanya mengangguk saja.”
“Iya, Mas. Aku juga tidak tahu, kenapa aku jatuh cinta padamu, kamu ini suami orang, Mas!”
“Ya aku memang suami orang, masa suaminya kuntilanak? Aneh kamu!” ucap Vi dengan terkekeh, ia bahagia sekali Ardini menerima cintanya. Vi merasakan kembali muda, seperti habis jadian dengan kekasihnya di masa muda dulu.
“Ih Mas! Malah gitu?” ucap Ardini dengan mencubit dada Vi.
“Aduh sakit, Sayang! Nakal kamu, ya? Ya memang benar kan? Aku ini suami orang? Bukan suaminya Kuntilanak? Kamu sama Sirta apa bukan orang, hmmm?”
“Ya itu maksudnya, Mas itu kan suaminya Mbak Sirta, apa aku pantas menaruh perasaan cinta padamu, Mas? Aku ini merasa sangat jahat,” ucap Ardini.
“Kamu ini istri sahku juga, memang masih rahasia, tapi suatu saataku akan bilang pada Sirta, pada orang tuaku, pada orang tua Sirta juga, kalau kamu adalah istri sahku, yang sudah melahirkan anakku,” ucap Vi dengan lugas.
“Apa itu tidak akan jadi masalah?”
“Kamu gak usah mikir yang belum terjadi. Jalani saja sekarang, kita sama-sama cinta, jadi sudah tidak ada hal yang mengganjal di hati kita. Lagian aku ini tidak mau melakukan hal itu tanpa perasaan, Din. Ya meskipun awalnya kita melakukan karena sebuah kesalahan satu malam itu, tapi untuk seterusnya, aku ingin melakukannya dengan penuh rasa cinta padmu, Adin,” ucap Vi.
Vi mengusap pipi Ardini, kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Ardini. Vi menautkan bibirnya pada bibir Ardini. Terjadilah ciuman yang sangat dalam hingga menimbulkan sepercik gairah di antara mereka. Vi yang sudah tidak bisa menahannya, ia langsung membawa Ardini ke kamar, dengan menggendongnya ala bridal style.
Vi sadar ia sudah menduakan cintanya Sirta. Secepat itu Vi mencintai Ardini, hingga Vi sendiri bingung dengan perasaannya itu. Cinta yang sangat tulus untuk Sirta, kini mulai rapuh dan goyah dengan kehadiran Ardini di dalam hidup Vi lewat sebuah kesalahan satu malam itu.