Dicintai Duda Impoten

" Apa yang kau lakukan Eko. Mengapa belum juga dibakar itu kantornya?"

" Ampun Tuan, maaf. Ternyata itu nggak semudah yang dipikirkan waktu awal-awal kemarin. Di kantor itu ternyata ada yang menjaga. Bukan hanya satu orang setidaknya ada 3 orang yang jaga."

Klontang

Sudibyo atau biasa dipanggil Tuan Dibyo itu terlihat sangat marah. Baru kemarin ia merasa sedikit senang karena Eko punya ide bagus, tapi ia harus menelan kecewa lagi karena anak buahnya itu tidak berhasil melakukan apa yang sudah direncanakan.

" Kamu goblok banget sih, masa cuma 3 saja nggak bisa ngatasi. Pergi sekarang juga, aku beri kamu 2 hari untuk menyelesaikan ini."

Eko berlari terbirit-birit, menyelamatkan diri dari amukan tongkat sang tuan lebih utama saat ini. Meskipun begitu Eko juga tengah berpikir dengan memanggil anak buahnya. Lebih tepatnya mengatur rencana untuk membakar kantor milik Kieran Sahna Abinawa.

" Cih, sial. Gara-gara bocah tengik itu. Lagian tanah itu Udah lama menjadi milikku, bisa-bisanya diambil. Ya, walaupun memang sebenarnya bukan sepenuhnya milikku. Tapi bagaimanapun kan aku udah lama mengelolanya. Dan dengan mudahnya itu diambil. Sungguh membuat kesal."

Dibyo terus menggerutu. Ia tidak habis pikir, selama ini apa yang sudah ia pakai bisa begitu tenang ia pakai. Lalu munculah para bocah bau kencur mengusut hal tersebut sehingga apa yang sudah ia genggam menjadi lepas.

Setengah tahun yang lalu, Dibyo dikirimi surat dari pengadilan yang berisi pengambilan aset tanah. Dimana sebuah bangunan ia dirikan diatasnya. Dibyo tidak terima karena ia sudah memiliki bangunan itu selama puluhan tahun. Tapi bukti jelas diterima dari lawan, sebuah sertifikat tanah asli dimana Dibyo tidak bisa mengelaknya.

Ia sempat mengadakan banding, tapi ditolak. Karena memang tanah itu hanyalah sebatas hak guna pakai, bukan hak miliknya. Lagi pula, dulu tanah itu hanya dipinjamkan. Dan sebuah perjanjian juga ditulis bahwa jika sewaktu-waktu tanah itu diambil maka Dibyo harus menyerahkannya.

Maka dari itu dia jelas kalah telak, namun sepertinya kemarahannya baru terjadi sekarang. Hal itu disebabkan karena usahanya ditempat baru tidak selancar di tempat sebelumnya. Bahkan bisa dibilang sepi, maka dari itu Dibyo yang merasa kesal mengusik pengacara yang waktu itu menangani kasus tersebut, dan pengacara itu tidak lain tidak bukan adalah Ran.

" Jadi Ran, kamu yakin orang ini dalang dibalik penyerangan mu tempo hari?"

Sebenarnya Kai sudah tahu, tapi ia ingin memastikan lagi terhadap putrinya.

" Iya Bi, karena ternyata Benzy mengalami hal yang sama."

Benzy adalah teman Ran. Bukan hanya itu. Hubungan keluarga mereka juga sudah sangat baik. Bahkan para orang tua sudah berteman dari Ran masih di dalam perut ummi nya.

Pria berusia 25 tahun itu yang meminta tolong kepada Ran untuk menangani kasusnya. Sebenarnya Ben Danurwendra dan Grizzle Danurwendra, tidak mempermasalahkan itu, namun Benzy putra pasangan tersebut tentu harus mengambil haknya. Bukan apa-apa, dia hanya tidak suka tanah warisan kakeknya digunakan untuk tempat maksiat.

Ya, tanah yang dipakai oleh Dibyo digunakan untuk membangun sebuah diskotik. Benzy tentu menentang keras, maka dari itu Ran dengan sigap membantu.

" Jadi maksud Ran saat ini Benzy juga kena ancaman seperti kamu? Kenapa Ben dan Griz nggak cerita ya?"

" Mungkin Benzy nggak ngomong Bi."

" Ya sudah hati-hati, Abi punya beberapa hal yang mungkin bisa bantu kamu. Tapi kalau kalau kamu mau nyari sendiri ya nggak masalah. Hanya saja kalau udah mentok langsung bilang ke Abi ya?"

Ran mengangguk sambil mengacungkan jempolnya ke arah Kai. Ia sudah membicarakan hal ini kepada Benzy dalam bentuk panggilan video. Benzy berada di kota Bandung dan Ran di Jakarta, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mereka bertemu. Tapi Ran melarang Benzy datang ke Jakarta karena ia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat diperjalanan. Jadilah mereka hanya saling berbicara melalui sambungan telepon ataupun video.

Drtzzzz

Telpon masuk ke ponsel Ran, ia pikir dari Benzy karena sedari tadi mereka sedang berbalas pesan. Namun bukan, pesan tersebut dari Raga. Ran mengembangkan senyuman, mendapat pesan atau penggilan dari Raga membuat suasana hatinya menjadi baik.

" Assalamu'alaikum, Ran udah mau tidur kah?"

" Waalaikumsalam, belum. Lagi ada yang dikerjain. Kenapa Mas,"

Sunyi, diseberang sana Raga tiba-tiba terdiam. Sedangkan Ran bingung mengapa Raga tidak bicara apapun dalam waktu yang lumayan lama.

" Hallo, Mas ada apa? Apa sakit?"

" Eh, nggak. Itu, apa week end ada acara? Aku mau ngajak kamu keluar."

" Ehmm, belum tahu. Tapi nanti aku kabarin ya kalau free."

" Ya, baiklah. Istirahatlah Ran, jangan bergadang. Selamat malam, assalamu'alaikum."

Ran menjawab salam dari Raga lalu mengakhiri panggilan tersebut. Beberapa waktu mereka sering bertemu membuat Ran merasa menjadi lebih dekat. Niat awalnya untuk membawa Raga untuk memeriksakan kesehatan alat reproduksinya sempat ia lupakan karena penyerangan kemarin.

Tapi ketika Raga mengajak bertemu akhir pekan nanti, Ran menjadi ingat dan sepertinya itu adalah kesempatan yang bagus untuk berbicara soal ketidakmampuan Raga untuk berhubungan seksuall. Ya Ran sungguh ingin membantu Raga dalam hal ini, karena ini adalah kekhawatiran terbesarnya.

Jika kemarin Raga bercerai karena dibilang impoten, maka dia akan membantu Raga agar bisa sembuh. Sebuah harapan Ran tujukan kepada Raga agar pria itu kembali memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia. Dan jalan keluarnya yakni mengatasi masalah utama.

" Semoga dia nggak tersinggung dan mau ikutin saranku, aamiin."

Ran tulus berdoa untuk Raga. Saat ini yang ia pikirkan tentang Raga memang hanyalah itu. Disfungsi ereksi atau impoten jelas jadi momok bagi pria. Terlebih bagi yang sudah menikah karena akan sangat memengaruhi kehidupan pernikahan.

Meskipun Ran belum menikah, tapi itu adalah hal umum yang bisa diketahui tanpa harus mengubah status lebih dulu. Dan Ran merasa yakin bahwa Raga akan bisa sembuh dari itu. Padahal saat ini Raga begitu sangat sehat, baik tubuh maupun juniornya. Tentu saja ada alasan mengapa kemarin saat bersama Rena miliknya itu tidak berfungsi. Dimana semua itu hanya Raga yang tahu.

TBC