Obsesi Gila Ayah Temanku

Max tampak bingung melihat Azila yang seperti ketakutan itu, ia tak mengerti apa yang terjadi sampai Azila bisa ketakutan dan meminta padanya untuk mengantarnya pergi dari kantor itu. Padahal, sebelumnya Azila terlihat begitu semangat dan antusias sekali untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.

Kini mereka masih berada di mobil, dalam perjalanan menuju rumah tentunya. Jujur saja Azila masih sangat gugup, jantungnya berdegup kencang seolah merasa cemas setelah pertemuan antara dirinya dengan sang ayah dari sahabatnya itu. Ia pun tak tahu apa yang harus ia lakukan nantinya.

"Azila, ka-kamu itu tadi kenapa sih? Ada apa sebenarnya di kantor itu? Kok kamu bisa sampai ketakutan begini?" tanya Max dengan wajah penasaran.

Gadis itu menoleh ke arahnya, dapat dilihat kondisi Azila saat ini masih belum pulih seperti sebelumnya. Max sangat yakin kalau Azila pasti sedang ketakutan oleh seseorang di kantor itu, namun ia masih belum mengetahui apakah yang terjadi.

"Kamu jawab aja pertanyaan aku dengan jujur ya, aku juga gak bisa tenang kalau kamu kayak gini!" ucap Max kembali.

"Umm, maafin aku ya Max karena udah bikin kamu panik! Tadi itu aku cuma syok aja, ternyata calon bos aku adalah orang yang udah pernah lecehin aku," jawab Azila.

Deg

Saat itu juga Max terkejut, spontan ia menginjak rem dan menghentikan mobilnya. Max ingin fokus menatap Azila, lalu meminta penjelasan lebih darinya. Pasalnya, apa yang dikatakan gadis itu barusan sangatlah mengejutkan dirinya.

"Ma-maksud kamu gimana? Kamu pernah dilecehin sama calon bos kamu itu?" tanya Max memastikan.

Azila mengangguk kecil, "I-i-iya Max, kejadiannya udah lima tahun lalu. Ya tapi aku masih belum bisa lupain itu semua, karena kejadian itu yang bikin hubungan aku dan teman aku rusak," jawabnya.

"Oh my God, emang apa hubungannya calon bos kamu itu sama teman kamu?" heran Max.

"Di-dia itu ayahnya teman aku, makanya dia yang udah bikin hubungan aku sama teman aku rusak," ucap Azila.

"A-apa??" Max begitu terkejut, rasanya sangat sulit untuk dipercaya olehnya.

Max pun mendekati gadis itu, ia berusaha menenangkannya dan menyentuh pundaknya dengan lembut. Max ikut merasa sedih setelah mendengar cerita Azila tadi, ia yakin sekali Azila pasti sangat sakit hati dengan apa yang terjadi.

"Aku ngerti perasaan kamu, sekarang lebih baik kamu lupakan aja pekerjaan itu! Aku bisa bantu kamu carikan pekerjaan yang lain kok," ucap Max.

"Iya Max, aku juga gak mau kerja disana. Walau aku benar-benar butuh pekerjaan itu, aku takut dia masih sama kayak dulu. Aku kapok banget terlalu baik dan polos, aku benci banget orang itu!" ucap Azila.

"Sudah ya sudah, kamu tidak perlu sedih dan kecewa kayak gini lagi! Aku kan ada disini, tenang aja ya!" ucap Max membujuknya.

Azila menoleh sekilas ke arah Max dan tersenyum tipis, ia menempelkan wajahnya di bahu pria itu sambil terlihat bersedih. Max tampak mengusap punggungnya perlahan dan terus menenangkan Azila, jujur saja Max tidak bisa melihat Azila dalam keadaan sedih seperti itu.

"Kita pulang yuk Max! Besok mungkin aku minta tolong teman aku buat ambil berkas lamaran aku dari kantor tadi," ucap Azila.

"Oh okay, kamu jangan sedih lagi ya!" ucap Max sambil mengusap air mata di wajah Azila.

Setelahnya, Max kembali menyalakan mobilnya dan melaju pergi. Sedangkan Azila terlihat lebih tenang dibanding sebelumnya, meski masih ada ketakutan yang menguasai dirinya saat ini.

•

•

"Maaf pak, tapi non Azila sedang pergi keluar. Mungkin sebentar lagi baru pulang," bik Imah selaku pelayan di rumah Azila tampak memberitahu seseorang yang datang itu.

"Oh iya bik, tidak apa kok. Boleh kan saya izin menunggu disini sampai Azila pulang?" pinta seseorang itu.

"Boleh kok pak, silahkan duduk! Bapak mau minum apa? Biar saya buatkan sekalian cemilan untuk teman bapak," ucap bik Imah dengan lembut.

"Ah tidak usah repot-repot bik, saya nanti aja minumnya begitu Azila pulang," tolak pria itu.

"Baiklah pak, kalo gitu pak Vicky tunggu saja disini ya! Saya harus permisi dulu masuk ke dalam," ucap bik Imah.

"Iya bik."

Ternyata Vicky telah tiba di rumah Azila lebih dulu untuk menemui gadis itu, ya ia sengaja datang kesana karena ia yakin Azila pasti akan pulang setelah pergi dari kantornya. Ia juga sudah menyiapkan berbagai rencana, supaya ia bisa membujuk gadis itu nanti.

"Hahaha, kamu tidak bisa pergi dari saya Azila!" batin Vicky sambil menyeringai.

Tak lama kemudian, sebuah mobil muncul dan berhenti disana. Vicky pun spontan menatap ke arahnya, lalu tersenyum seolah yakin kalau itu adalah Azila. Benar saja dugaannya, karena ternyata Azila dan Max turun dari mobil tersebut.

"Eh Azila, akhirnya kamu datang juga. Darimana aja sih, kok bisa malah saya yang sampai duluan disini?" ujar Vicky.

Deg

Azila sangat terkejut melihat keberadaan Vicky di rumahnya, ia baru ingat kalau Vicky jelas mengetahui dimana alamat rumahnya itu. Ia pun tampak ketakutan, lalu bersembunyi dibalik tubuh Max sambil meminta perlindungan darinya.

"Om, ngapain sih om kesini? Aku kan udah bilang kalau aku gak mau kerja sama om, mending om pergi deh! Sampai kapanpun aku gak akan berubah pikiran," sentak Azila.

"Saya tahu Azila, kamu pasti akan bicara begitu. Tapi, apa kamu akan tetapi menolak jika saya menahan semua berkas kamu termasuk ijazah asli kamu itu?" ancam Vicky.

Azila terdiam menatap wajah Max, ia bingung harus menjawab apa ketika Vicky berkata seperti itu. Tentu ia sangat membutuhkan ijazah miliknya, namun sepertinya Vicky tidak akan mau mengembalikan itu padanya. Ia pun menyesal, karena ia terlalu percaya untuk memberikan ijazah aslinya kemarin.

"Dan dengar ya Azila, saya juga bisa sebar berita bohong tentang kamu. Saya akan katakan pada media, kalau kamu ini pernah menggoda saya dulu. Citra kamu pasti akan buruk Azila," ucap Vicky kembali.

"Cukup om! Semua yang om lakukan itu gak benar, aku gak pernah sama sekali godain om!" sentak Azila.

"Kita lihat aja, saya pasti bisa yakinkan semua orang tentang ini. Kalau kamu gak mau itu terjadi, kembali ke kantor saya sekarang dan jadilah sekretaris saya!" ujar Vicky.

"Itu gak mungkin om, aku kan udah bilang kalau aku gak mau kerja sama om! Kenapa om paksa aku sih?" ucap Azila.

"Karena saya yakin cuma kamu yang bisa saya andalkan Azila, saya percaya dengan kemampuan kamu! Ayolah, ini semua demi kebaikan kamu juga!" ucap Vicky memaksa.

"Ta-tapi...." Azila tampak bingung, ia masih belum yakin dengan kata-kata Vicky itu.

Vicky pun terlihat menatap tajam ke arah Max, sorot matanya menandakan bahwa ia tak menyukai pria itu. Bagaimanapun caranya, ia pasti akan berusaha untuk menyingkirkan pria itu dan menjauhkannya dari Azila.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...