Second Husband

Elia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Dia memang sudah cukup kuat dan berani untuk melihatnya langsung, tapi bukan berarti dia tidak gugup kan? setelah cukup tenang, dia menatap Jhon dan mengajaknya untuk menuju ke pernikahan Hendrick. Elia melingkarkan lengannya di lengan Jhon tanpa permisi, tentu saja Jhon terkejut. Tapi dia sudah berjanji untuk membiarkan Elia memanfaatkannya kan? Jhon terdiam dan hanya mengikuti langkah Elia yang tentu saja lebih pendek dari nya.

Anda bisa mengalah juga ya, Tuan?

Batin sekretaris Jhon yang bernama Ken.

Perlahan tapi pasti, begitulah langkah Elia dan Jhon saat itu. Elia mengepalkan tangannya kuat saat sampai disana.

Gila! jika tidak melihat sendiri, mungkin aku tidak akan mempercayainya. Apa semua ini begitu membahagiakan? kenapa pesta ini begitu mewah? dekorasinya benar-benar berkelas. Aku tidak menyangka jika pada akhirnya orang yang aku pikir tidak akan mendua, justru melakukan hal yang diluar dugaan.

Elia masih memeluk lengan Jhon, bukan tanpa maksud, dia benar-benar sulit mengimbangi heels nya yang lebih tinggi dari biasanya, jika saja dia tidak dalam keadaan hamil, sudah pasti dia tidak akan memegang lengan pria lain.

Semakin langkah Elia dan Jhon maju, begitu juga debaran jantungnya yang berdetak sangat kencang. Marah, kecewa, benci, semua menjadi satu seolah menyerangnya dari segala sisi.

Elia semakin menahan kesal begitu mendapati sekumpulan orang yang kini tengah tertawa bahagia, siapa lagi jika bukan mertua, adik ipar kakek dan nenek serta keluraga besar Zila. Elia mencengkram kuat lengan Jhon, entah sakit atau tidak? karena laki-laki tak bergeming sama sekali.

" Kau melihatnya? mereka sampai tidak menyadari kedatangan kita. " Ujar Jhon menatap mereka dingin.

Elia menatap Jhon yang terlihat tidak menyukai mereka bahagia. Ini adalah yang pertama kalinya, Elia mampu membaca pikiran seorang Jhon, rahangnya mengeras seolah ada rasa kesal yang terpancar dari wajahnya.

" Ayo kita temui mereka, Jhon. " Ajak Elia sembari menggandeng lengan Jhon.

Elia terus mendekat ke arah mempelai yang kini sedang dikerubungi seluruh anggota keluarga yang tengah bersuka cita. Mata Elia tajam menatap mereka satu persatu hingga tak sengaja Hendrick juga menoleh ke arahnya. Pria itu terdiam, seolah dia sedang membeku karena terkejut.

Jhon dan Elia tersenyum setelah jarak mereka begitu dekat. Bukan hanya Hendrick, tapi seluruh anggota keluarga mempelai terdiam karena terkejut.

" Selamat untuk kalian. " Ucap Elia yang mencoba menutupi rasa kecewa dan marahnya. Elia juga mencoba mengatur nafas agar dadanya leluasa untuk bernafas dan tidak akan merasa sesak. Elia hendak mengulurkan tangan menjabat memberikan ucapan selamat agar terasa lebih sopan, tapi seluruh tubuh, baik jiwa ataupun raganya seolah tidak mengizinkan hal itu ia lakukan.

" Elia, Aku- " Hendrick mencoba untuk menghampiri Elia dengan wajah sedihnya, tapi kaki itu terhenti saat lengannya ditahan oleh Zila.

" Jangan lakukan itu, Hendrick. Ini adalah hari pernikahan kita. " Bisik nya untuk memperingatkan Hendrick yang tak bisa mengalihkan pandangan dari wajah Elia.

Elia menatap kedua mertuanya yang hanya diam dengan tatapan datar, adik tirinya, kakek dan nenek serta kedua orang tua Zila. Elia tersenyum, tidak akan pernah ia lupakan apa yang terjadi hari ini. Hari dimana dia kehilangan total apa yang ia miliki menyangkut, Hendrick. Dia juga menatap Zila dan Hendrick. Sungguh, dia ingin memukul wajah mereka bergantian, tapi itu tidak akan membuatnya puas kan? Elia sudah memutuskan sebuah tindakan yang akan di lakukan nanti. Yaitu, balas dendam dan mengambil bagian yang ia inginkan lalu mencampkkan apa yang dia tidak inginkan.

Elia memberikan sebuah map coklat yang tadi ia titipkan kepada Ken. Gadis itu tersenyum lalu menyerahkan kepada Hendrick. Bingung, itulah yang Hendrick rasakan saat ini, jantungnya berdetak begitu cepat, hatinya menerka-nerka isi dari amplop itu dengan perasaan cemas, tangannya bahkan begitu gemetaran saat mengangkat tangan untuk menerima sebuah map coklat dari tangan Elia.

" Ini sebagai hadiah pernikahan mu, Hendrick. " Lagi, Elia mengucapkan selamat dengan senyum yang terukir manis tapi terkesan menyakitkan.

Hendrick memaksakan dirinya untuk tetap menerima map itu, lalu dia membukanya perlahan. Hendrick mengerutkan dahinya begitu ia membaca apa isi dari kertas yang ia keluarkan dari map.

" Elia, ini? " Hendrick menatap Elia penuh tanya yang dibaluti kesedihan, mata pria itu juga terlihat memerah tapi ta bisa Elia artikan apa maksudnya.

" Iya, seperti yang tertulis. Kita akan segera bercerai. " Elia tersenyum seolah tida ada beban saat mengucapkan kata cerai.

Hendrick menghempaskan kertas itu, dia merasa kecewa dan tidak bisa menerima keputusan Elia. Dia bahkan menginjak-injak kertas itu saat mendarat ke kantai. Sungguh, ini sangat menjengkelkan, tidak mau bercerai tapi menikah lagi? apa itu masuk akal? mungkin sebagian wanita akan berusaha tegar dan menerima, tapi itupun yang dilakukan Elia. Dia tegar dan ikhlas dengan cara memberikan suaminya secara suka rela kan?

Jhon tersenyum dingin melihat tingkah bodoh Hendrick. Setelah Elia amati, Jhon memang lebih sering tersenyum saat melihat keluarga Dargo berada dalam masalah. Entah apa yang dipikirkan Jhon saat itu. Tapi yang jelas, Elia mengetahui satu hal. Dia memiliki partner saat ini.

" Sudah lah, Hendrick. Biarkan saja dia pergi. Saat anaknya lahir nanti, kita akan ambil itu dari tangannya. Dia tida akan bisa melawan kita. " Ucap Ibunya Hendrick yang kini menatap Elia sinis.

Takut? tentu saja Elia takut hingga tangannya gemetar, dia hanya diperkenankan mengandung tapi setelah itu akan direbut? Elia cukup sadar jika ia tidak akan mampu menyaingi kekuatan Dargo. Elia mulai goyah dengan mata yang sudah mulai tidak fokus. Tapi, sentuhan tangan hangat yang seolah membawa kekuatan itu mampu menguatkan Elia. Jhon menatap Elia dengan tatapan tegas yang seolah meyakinkan. Elia sejenak terdiam, iya dia memang tidak boleh terlihat takut. Apapun yang terjadi, apa yang menjadi milik Elia, tidak akan menjadi milik siapapun dan dengan cara apapun, ia akan melakukanya agar anak nya akan tetap aman bersamanya.

" Aku akan melihat, siapa yang berani mengambil anak itu saat berada dibawah perlindunganku. " Ucap Jhon yang langsung membuat mulut serta tatapan keluarga Dargo tak lagi berkobar sinis.

Nenek menatap wajah cucu sulungnya itu, dia terkejut saat melihat Jhon yang biasanya tidak akan mau perduli, tiba-tiba ingin melindungi. Jujur Nenek merasa senang dengan perubahan ini, dia menatap Elia yang tampak jelas sedang menyembunyikan kesedihan yang teramat dalam. Nenek tersenyum menatap Jhon dan Elia.

Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kalian. Elia, bangkitlah dan lihatlah kebahagian yang ada di dekatmu. Bayi yang kau kandung adalah cicit ku. Dia akan selalu menjadi cicit ku.

Elia menatap Jhon yang begitu terlihat tidak main-main.

Terimakasih, Jhon. Aku akan membalas semua kebaikan yang telah kau berikan hari ini.

TBC