NovelToon NovelToon
Peri Cintaku

Peri Cintaku

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / cintapertama / spiritual
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arif C

Kisah ini bermula saat wanita itu mulai menarik perhatianku. Entah mengapa segala pola tingkahnya membuatku jatuh cinta. Ia tidak membuatku terbuai lama di dalam angan. Tanpa basa-basi dia bersedia menjadi kekasihku. Namun, semuanya semakin pelik untuk dipercayai. Dia yang kuanggap gadis manis yang butuh perlindungan, rupanya seorang peri yang ditugaskan untuk melindungiku.

Jika bersamaku hanya akan membuat peri itu merasakan sakit dan pedih menjalani hidup sebagai manusia, apakah mengakhiri hubungan ini adalah satu-satunya jalan keluar agar aku tidak menyakitinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

Keduanya lalu meminta izin kepada kedua orang tua Luna untuk pergi ke rumah orang tua Leon. Setelah sampai di sana, mereka disambut oleh semua anggota keluarga Leon, baik kedua orang tua adik dan sepupu Leon yang lainnya.

Karena Leon sudah memberitahukan kepada mereka semua akan mendatangkan calon istrinya.

Lalu mereka pun berkumpul dan penasaran ingin melihat siapa istri Leon. Dan ketika mereka melihat Luna, mereka merasa kagum dan senang dengan kecantikan Luna juga menilai budi pekertinya yang halus.

“Kamu serius mau menjadi istri Leon, anak cantik?" tanya Ibu Leon. Luna hanya tertunduk sambil menganggukkan kepalanya.

“Apakah kamu tidak mau berpikir ulang lagi?” sambung Ibu Leon. Leon merasa heran dengan pertanyaan sang Ibu.

“Kenapa Ibu menanyakan hal itu?” tanya Leon dengan nada protes.

“Diam dulu, Leon. Aku sedang bertanya kepada calon istrimu ini,” jawab sang Ibu. Namun Leon sepertinya ingin memprotes lagi dengan pertanyaan Ibunya.

Tetapi sang Ibu mengankat tangan kanannya untuk meminta Leon diam.

“Aku serius menikah dengan Leon, Ibu. Karena dia adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Aku yakin kalau Leon bisa menjadi imam dalam keluargaku kelak,” jawab Luna dengan mantap. Jawaban Luna pun membuat Leon tersenyum lebar.

"Jangan perbesar hati dulu, Leon!" kata Ibunya. Leon pun kembali merasa aneh dan sedikit jengkel dengan reaksi sang Ibu.

"Usia Leon sudah menginjak kepala empat. Apa kamu masih mau dinikahi Bujang Lapuk ini?” tanya Ayah Leon.

Leon sebenarnya ingin memprotes ayahnya yang seolah memberikan keraguan di hati Luna. Akan tetapi Luna kembali menganggukkan kepalanya.

“Bagiku usia tidak masalah, Pak. Karena aku yakin kalian bisa menjadi suami yang baik dan ayah yang penyayang terhadap anak-anak,” tutur Luna. Kedua orang tua Leon merasa senang dengan jawaban Luna, tampaknya Luna memang menerima Leon apa adanya.

“Baguslah kalau begitu, Nak. Kami juga sangat senang kalian bisa menemukan jodohnya,” tandas Ayah Leon. Leon pun merasa lega, namun ada sesuatu yang harus saya sampaikan kepada keluarganya.

“Tetapi maaf, Ayah, Ibu. Aku sebenarnya tidak bisa menggelar pernikahan yang mewah,” ungkap Leon.

Keluarganya pun terkejut mendengar apa yang dikatakan Leon. Leom pun terpaksa jujur, dia tidak ingin ada yang ditutup-tutupi lagi pada keluarganya.

Tentunya semua anggota keluarga Leon makin kaget mendengar cerita Leon .Bahkan mereka juga merasa sangat iba kepada Luna.

“Jadi begitu ceritanya! Lalu bagaimana kondisimu sekarang, Nak Luna?” tanya Ibu Leon.

“Sekarang kondisiku sudah membaik, Ibu. Itulah mengapa aku memilih Leon sebagai suamiku, dia rela berkorban demi aku. Padahal aku tidak merasa percaya diri untuk bisa menikah dengannya," jawab Luna dengan nada lirih.

“Kamu tahu, Luna? Jika Leon sudah sangat mencintai seseorang, dia akan melakukan apapun untuk membuat seseorang itu bahagia. Bahkan kami juga merasa senang dengan kehadiranmu dalam kehidupan Leon,” papar Ayah Leon.

“Karena selama ini kami mengira tak ada wanita yang mau menikah dengannya,” timpal Ibu Leon. Leon pun hanya terdiam mendengarnya.

“Tetapi kamu tidak harus menggelar pernikahan yang sederhana, Leon. Kami siap membantu, sebab kami juga ingin melihatmu menikah dalam resepsi pernikahan yang sesungguhnya,” tutur Ayah Leon.

"Tidak perlu, Ayah. Lebih baik kita menggelar pernikahan yang sederhana tetapi hikmat. Aku tidak mau pernikahanku dengan Luna diundur lagi, karena aku harus mengumpulkan banyak uang,” jawab Leon.

"Apakah kamu setuju dengan keinginan Leon untuk menggelar pernikahan yang sederhana, Luna?” tanya ayah Leon lagi.

"Tentu saja aku setuju, Pak. Aku menerima Leon apa adanya," jawab Luna. Dia menundukkan kepalanya, tetapi nada bicaranya begitu nampak serius.

Kedua orang tua Leon merasa senang dengan jawaban Luna. Bahkan mereka bersyukur kehadiran Luna bisa membawa perubahan pada diri Leon.

'Akhirnya Leon bisa menemukan jodohnya juga,' kata ibu Leon dalam hatinya keluarga.

Leon juga merasa bersyukur dengan pertemuan menyenangkan itu. Sebab Leon akan segera menjadi imam bagi anak istrinya kelak, dan momen itulah yang paling ditunggu oleh keluarga Leon saat Leon akan melepas lajangnya.

Namun kedua orang tua Leon masih bersikukuh untuk menggelar pernikahan yang cukup meriah sebagai wujud rasa syukur mereka karena Leon sudah mendapatkan jodohnya.

Tadinya Leon dan Luna merasa keberatan, sebab Leon sangat ingin hidup mandiri. Dia tidak mau bergantung apalagi membebani kedua orang tuanya.

"Tidak perlu, Ayah, Ibu. Pernikahan yang sederhana sudah cukup bagi kami," jawab Leon. Tetapi kedua orang tua Leon menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Jangan bicara seperti itu, Leon. Kami menggelar pernikahan ini untuk putra yang kami sayangi sebagai wujud rasa syukur kami karena kamu mendapatkan jodoh yang terbaik," jawab ibu Leon sambil menepuk lembut bahu putranya itu. Leon kemudian menatap Luna dengan lekat.

"Bagaimana, Luna? Semua keputusan kuserahkan padamu," kata Leon. Dia pasrah dengan keputusan kedua orang tua dan Luna mana yang terbaik bagi mereka.

"Aku terserah padamu saja, Leon. Sebab kamu adalah calon Imamku," jawab Luna yang mengembalikan lagi keputusan tersebut kepada Leon.

Leon pun merasa sangat bingung. Sebab di sisi lain Leon tidak ingin merepotkan kedua orang tua dan keluarganya.

Tetapi dia juga ingin membahagiakan Luna karena momen tersebut begitu istimewa dalam kehidupan Leon sendiri.

"Baiklah kalau begitu, Ayah, Ibu. Terima kasih bantuannya untuk menggelar pernikahan untukku," ucap Leon.

"Tetapi aku berjanji pasti akan segera mengembalikan biaya yang sudah Ayah dan Ibu keluarkan untuk kami," imbuh Leon.

"Tidak perlu, Leon. Sudah selayaknya kami menikahkanmu. Jadi jangan sungkan! Simpanlah uangmu itu untuk masa depan keluargamu kelak," pesan Ayah Leon.

Leon pun merasa terharu dengan keputusan sang ayah. Dia lalu memeluk kedua orang tuanya. Luna pun ikut terharu sampai menitikkan air mata.

'Betapa baiknya calon mertuaku, mereka begitu sangat menyayangi Leon, kata Luna dalam hatinya.

Kemudian setelah mereka berbincang, Luna pun pamit dan Leon pun harus mengantarkan Luna ke rumahnya.

Tetapi sebelumnya mereka menentukan tanggal di mana kedua belah pihak keluarga dipertemukan untuk memastikan tanggal pernikahan Leon dan Luna.

Dalam perjalanan pulang Leon merasakan senang, dia tak henti-hentinya menggenggam tangan Luna dengan erat.

"Kamu tahu, Sayang? Aku sudah tidak sabar lagi menantikan hari yang indah itu," tutur Leon. Luna pun menundukkan kepalanya sambil tersipu malu.

Walaupun sebenarnya pernikahan bukanlah hal yang pertama bagi Luna. Tetapi Luna juga merasa tidak sabar untuk bisa bersatu dengan Leon dalam tali pernikahan.

Namun saat itu kepala Luna sedikit terasa sakit, sehingga dia mendesis kesakitan. Leon pun kaget melihat reaksi Luna.

"Ada apa, Sayang? Apakah kamu mengalami sakit kepala lagi?" tanya Leon dengan nada khawatir. Luna janya menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Leon. Aku sedikit merasa pusing, mungkin karena aku kelelahan," jawab Luna.

Dia tidak mau menyampaikan keluhannya kepada Leon. Sebab Luna tidak ingin Leon merasa begitu khawatir dan Panik terhadap dirinya.

"Apa kamu yakin, Sayang? Apa kita kita harus ke dokter lagi untuk memeriksakan kesehatanmu?" ajak Leon. Namun Luna kembali menggelengkan kepalanya lagi.

"Tidak perlu, Leon. Sebab saat ini aku benar-benar sudah membaik. Bahkan aku merasa penyakit yang kuderita sudah hilang sama sekali," jawab Luna.

"Lalu kenapa kamu tadi mendesis kesakitan seperti itu?" tanya Leon lagi.

"Sudah kukatakan, Leon. Aku hanya kelelahan saja. Jadi kamu jangan khawatir seperti itu," ujar Luna. Leon pun kemudian menyunggingkan senyumnya.

"Apapun yang terjadi aku akan tetap bersamamu, Luna. Aku sangat mencintaimu dan akan menerimamu apa adanya," ujar Leon.

Luna membalas senyuman Leon, tetapi dalam hatinya Luna berkata-kata.

'Bagaimana jika usiaku tidak lama lagi di dunia ini, Leon? Aku juga tak sanggup kehilanganmu, tutur Luna dalam hatinya.

Namun dia tidak berani mengatakan hal tersebut kepada Leon. Luna merasa penyakit yang ada di dalam tubuhnya itu masih tersisa.

Akan tetapi Luna berusaha menahannya, Luna berupaya untuk meminum minuman herbal agar bisa menghentikan keluhannya pasca operasi.

Luna malah tidak berani untuk memeriksakan kembali dirinya ke dokter. Sebab Luna khawatir apa yang dicemaskannya terjadi juga dan hal itu tentu membuat Leon dan kedua orang tuanya merasa khawatir dengan kondisinya.

Reaksi orang-orang yang dicintainya akan membuat Luna semakin sedih sehingga Luna memutuskan untuk menyembunyikan keluhannya kepada semua orang.

Sementara itu, Fara duduk sendiri di bawah sebuah pohon ara. Dia masih menitikkan air matanya.

Bahkan kedua maniknya itu nampak sembab karena Fara banyak menangis.

'Kenapa tidak ada yang mengerti aku, bahwa aku sangat mencintai Leon dan tidak mau kehilangannya? Mengapa semua menentang keputusanku untuk memisahkan cintaku dari Leon?' tangis Farah.

Dia juga merasa kesal dan kecewa karena tak ada yang mendukungnya. Bahkan Ratu Titania sendiri merasa geram dengan aksi Fara yang berlebihan dalam mendapatkan Leon.

Banyak juga yang menyarankan Fara untuk mencari pria lain sebagai pengganti Leon, namun Fara sudah terlanjur terobsesi pada Leon, sehingga tidak mudah bagi Fara untuk bisa melupakan dan melepaskan Leon begitu saja.

"Kenapa kamu masih menangis, Fara?" tanya sebuah suara halus yang ada di belakangnya.

Fara lalu menghapus air matanya dan menoleh ke belakang, dia terkejut ketika melihat Silvia sahabatnya yang menghampirinya.

"Aku tidak apa-apa, Silvia," jawab Fara. Dia menyembunyikan kesedihannya dari Silvia.

Karena Fara khawatir jika Silvia akan menyampaikannya kepada Ratu Titania. Tentunya Ratu titaniah akan menegur Fara bahkan menghukumnya.

"Apakah kamu masih memikirkan Leonmu itu?" tukas Silvia. Fara kemudian terdiam, ia lalu kembali menggelengkan kepalanya.

"Jangan bohong, Fara. Aku tahu siapa dirimu sejak dulu, kamu selalu tidak mudah merelakan sesuatu yang hilang darimu," kata Silvia.

"Aku janji tidak akan menceritakan perasaanmu kepada siapapun, asal kamu mau berbagi perasaan denganku," ujar Silvia.

Kemudian Fara pun langsung memeluk Silvia. Tangisnya pecah dalam pelukan sahabatnya itu.

"Aku rindu Leon, Silvia. Aku ingin sekali bertemu dengannya. Tetapi tidak ada yang mendukungku untuk kembali bersatu dengan Leon," tangis Fara lagi dalam dekapan Silvia.

Silvia sebenarnya merasa sedikit jengkel dengan Fara yang masih saja bertingkah keras kepala, sampai saat ini Fara belum bisa melupakan Leon sepenuhnya.

"Bukankah Ratu Titania sudah memperingatkanmu, Fara? Kamu tidak boleh lagi mengingat Leon, apalagi sampai menangisinya seperti ini," ujar Silvia.

Fara pun kemudian mengurai pelukannya. Dia kemudian menatap Silvia dengan sorot yang tajam, seolah ingin memakan sahabatnya itu bulat-bulat.

1
Rembulan009
belum baca, tapi kaya nya seru
Star Kesha
Suka banget endingnya!
Odette/Odile
Mantap lah!
Beatrix
Sukses terus, sekali baca novel author bikin nagih terus.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!