ISTRI KE DUA

Pada akhirnya Dion menjual apartemennya dan membeli satu rumah di perumahan komersil yang terjangkau dengan uang yang ia miliki.

"Maaf Ayah, Ibu, Fiona aku janji akan mengembalikan kondisi keluarga kita seperti dulu lagi." kata Dion pelan saat mereka tengah duduk di ruang keluarga.

"Rumah ini sudah nyaman, Dion. Kita seharusnya bersyukur masih banyak orang diluar sana yang bahkan tidak memiliki rumah dan hidup di jalanan." kata Shella menyemangati putranya.

"Ayah akan membantu mu, besok Ayah akan mulai kerja." kata Daniel mau tidak mau ia harus bekerja dengan orang lain, ia mendapatkan tawaran pekerjaan dari sahabatnya di perusahaannya.

"Ayah akan bekerja sebagai pegawai biasa ?" sahut Dion dan Daniel menganggukkan kepalanya.

"Ayah juga tidak mungkin bergantung hidup pada mu, Kamu sudah berumah tangga tidak seharusnya Ayah membebani mu." kata Daniel

"Tapi Ayah..." sungguh Dion tak rela jika Ayahnya bekerja dibawah aturan orang lain, karena selama ini Daniel adalah pemimpin perusahaan.

"Tidak perlu pikirkan Ayah, jangan begitu khawatir, Ayah akan baik-baik saja." kata Daniel menenangkan putranya.

"Kak, di kampus ku memerlukan dosen baru. Kalau Kakak mau, Kakak bisa bekerja disana." kata Fiona pelan, ia menunjukkan iklan lowongan kerja online yang disebarkan oleh lembaga kampusnya di aplikasi kampusnya pada Dion.

"Benar, Nak. Kamu lulusan sarjana terbaik, Ibu yakin Kamu pasti diterima." kata Shella

Diana sejak tadi hanya diam, karena ia pun bingung harus bicara apa. Kemudian ia memutuskan untuk ke dapur dan membuat minuman hangat serta cemilan untuk mereka. Setelah ia selesai membuatnya, Diana meletakkannya di atas meja hingga membuat Shella tersenyum hangat pada Diana.

"Terimakasih, sayang." kata Shella

"Sama-sama Ibu, ayo dinikmati." jawab Diana

"Kakak seharusnya beruntung, istri yang dipilihkan oleh Kakek memang yang terbaik untuk Kakak, lihat Diana jika dibandingkan dengan Maya tidak sekali pun Maya membuatkan Kakak minuman selama Kakak menikah dengannya." cicit Fiona hingga membuat Dion tertegun.

......................

Pagi harinya Diana terbangun dari tidurnya pukul setengah lima, ia membersihkan dirinya dan sholat subuh. Dion yang menyadari tak ada Diana di samping tidurnya bangun dari tidurnya dan melihat istrinya tersebut tengah melakukan sholat.

Jantung Dion berdebar melihat pemandangan indah nan teduh di mata tersebut, baru kali ini ia merasakan hal seperti ini kala melihat seorang wanita. Sebelumnya bersama Maya ia tak merasakan perasaan yang semacam ini. Apakah Dion benar-benar jatuh cinta pada Diana.

Saat Diana telah selesai dengan sholatnya, Diana menoleh ke arah Dion. Tatapan mereka saling mengunci satu sama lain. Diana tersenyum dan menghampiri suaminya serta menjulurkan tangan kanannya.

"Apa ?" ucap Dion pelan

"mau salim." jawab Diana

Dion tersenyum kemudian ia menjulurkan satu tangannya pada Diana dan Diana mengambilnya.

"Maaf Aku tidak sholat." kata Dion untuk pertama kalinya pria dingin nan arogan tersebut mengatakan maaf karena tidak sholat pada Diana.

Diana kemudian melihat jam di dinding yang masih menunjukkan pukul lima pagi. "Masih ada waktu, kalau Mas mau, Mas bisa sholat subuh." kata Diana sembari merapikan mukena yang sudah ia pakai.

Dion pun turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi membersihkan dirinya kemudian sholat. Dalam sholatnya matanya berkaca-kaca atas dosa apa yang pernah ia perbuat selama ini terlebih pada Diana, istri yang sudah ia sakiti berulang kali.

Pemandangan itu tak lepas dari mata Diana yang duduk di kursi meja riasnya. Cinta yang tumbuh di hati Diana untuk suaminya tersebut kini semakin menjadi-jadi dan membuatnya tak bisa jauh darinya.

...****************...