Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap yang berbeda
Dari arah luar pelayan Li An datang membawa kue basah yang masih panas. Dia meletakkan kue di atas meja. "Nona pertama, setelah anda selesai sarapan. Anda di minta untuk datang ke halaman tempat tinggal Nyonya besar."
Han Yu mengangguk mengerti meneruskan melahap makanan di meja. Setelah semua makanan habis gadis itu bangkit dari tempat duduknya. Dia mencuci tangannya baru setelahnya keluar dari ruangan kamar di ikuti pelayan pribadinya. Dia berjalan pergi ke arah halaman tempat tinggal Nyonya besar Han.
Sepanjang perjalanan Han Yu terus memperhatikan kemewahan yang ada di kediaman itu. Berbagai macam barang antik memiliki kilatan emas murni. Sangat bercahaya juga memikat pandangan mata. Baru saja mereka melewati halaman tengah keributan terlihat di sana. "Li An, ada apa?"
Pelayan Li An menghentikan langkahnya. Dia mendekat berbisik pelan, "Nona pertama, Tuan besar sudah mengetahui jika tanaman Bai hilang."
"Ayahku yang mana?"
Pelayan Li An menunjuk kearah pria dengan baju berwarna coklat tanah. Jahitan benang emas timbul terbenam membentuk ranting saling menyatu.
"Ayahhh..." Han Yu berlari dengan teriakan manjanya mendekat kearah Tuan besar Han. Dia memeluk pria yang masih menatap marah kearah para pelayan juga penjaga yang baru saja di kumpulkan.
Melihat tingkah putrinya yang sangat berbeda dari biasanya. Tuan besar Han menjadi binggung juga senang karena dia selalu ingin putri pertamanya bermanja dengannya. "Putriku, kenapa? Kamu ingin membeli gaun lagi? Atau ada perhiasan yang kamu sukai?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Kenapa Ayah mengumpulkan mereka semua?" ujar Han Yu berpura-pura tidak mengetahui maksud dari Ayahnya.
Tuan besar Han menatap kesal lagi. "Di kediaman ini sudah bersembunyi maling. Tanaman Bai yang aku tanam dengan penuh kasih sayang hilang dalam semalam. Aku sudah merawatnya penuh kehati-hatian agar dapat di berikan kepada Yang Mulia saat hari ulang tahunnya beberapa hari lagi. Tapi..." Menatap kesemua pelayan juga penjaga. "Tanaman itu justru hilang," ujarnya menekan.
Han Yu hanya bisa menelan ludah pahit di tenggorokannya. "Ayah," suaranya terdengar sangat manja. Gadis itu menggoyangkan lengan Ayahnya. "Kenapa harus mempermasalahkannya. Bukankah kita sangat kaya. Hanya satu tanam saja. Kita bisa membelinya lagi. Tidak perlu terlalu kesal, Ayah harus memperhatikan kesehatan."
Baru kali ini selama belasan tahun dia merawat putri kesayangannya. Tuan besar Han mendengarkan Han Yu menjadi sangat perhatian. "Tapi tanaman Bai sangat sulit di temukan." Nada suaranya menjadi lembut saat menatap putrinya.
"Ayyaahhh..." Han Yu terus bermanja tanpa peduli lagi dengan semua orang yang menatap tidak percaya. Dia hanya tidak ingin orang lain menjadi korban yang tidak seharusnya. "Aaayyahh... em..."
"Baik, baik. Ayah tentu menuruti keinginan putri kesayanganku," ujarnya dengan senyuman senang. "Ibumu pasti sudah menunggu. Kita menemuinya di dalam kamar?"
Han Yu mengangguk setuju.
Semua pelayan juga penjaga di bubarkan.
Han Yu menggandeng Ayahnya bersama-sama menuju ke dalam ruangan kamar. Saat gadis itu masuk kedua pandangan matanya terasa sangat sakit. Berbagai macam barang antik mengeluarkan cahaya cerah. 'Andai saja aku bisa mengambilnya untuk di bawa kedunia nyata. Aku tidak perlu lagi memikirkan deadline yang selalu memecahkan kepala.' Gumamnya di dalam hati.
"Istriku." Tuan besar Han menatap wanita dengan gaun biru laut yang tengah duduk santai menikmati teh hangat sembari membaca buku cerita.
Nyonya besar Han langsung bangkit di saat dia melihat suaminya juga putrinya masuk kedalam kamar. "Bibi Jing bantu aku." Wanita itu mengambil botol sebesar vas bunga dengan batang kayu kecil di dalamnya menyembul hingga keluar. Dia mendekat kearah kedua orang yang baru saja melewati ambang pintu masuk. Menyipratkan cairan dari dalam botol dengan kayu.
"Emh... Apa ini? Apa yang ibu lakukan?" Han Yu berusaha menghindar.
"Istriku. Kenapa menciptakan cairan seperti ini?" Tuan besar Han mencoba menyembunyikan tubuh putrinya tepat di belakangnya. Karena tubuh gempalnya Han Yu bisa bersembunyi dengan baik. Namun Bibi Jing pelayan utama Nyonya besar Han juga ikut menyipratkan cairan.
Setelah beberapa saat Nyonya besar Han menghentikan gerakannya. Dia mengendus tubuh putrinya lalu suaminya. "Huh..." Menghela nafas lega. "Sudah harum." Dia tersenyum senang.
"Istriku, apa yang kamu lakukan? Tubuh putri kita menjadi basah," ujar Tuan besar Han menatap serius kearah istrinya.
"Apa kamu juga ingin marah denganku?" Nyonya besar Han melirik ganas kearah suaminya.
"Bukan begitu!" Tuan besar Han memeluk tubuh istrinya. "Bagaimana mungkin aku marah dengan wanita secantik kamu." Mencium pipi istrinya.
"Iishh..." Han Yu hampir memuntahkan isi di perutnya.
Perlakuan suaminya yang penuh perhatian juga kasih sayang membuat Nyonya besar Han memukul manja dada suaminya.
Bukkk...
Bukkk...
"Ahhh..." Suara kuat terdengar dari pukulan yang sangat kencang. Tapi Tuan besar Han hanya tersenyum dengan bodohnya. Menatap istrinya sembari mengelus dadanya yang terasa nyeri. "Istriku. Kenapa kamu mencipratkan wewangian kearah kami berdua," ujarnya lembut.
Nyonya besar Han menatap kearah putrinya. "Aku takut Yu er masih memiliki bau dari lubang pembuangan tinja."
Mendengar itu Han Yu menatap kearah pelayan Li An. Namun pelayannya menggelangkan kepalanya dengan penuh keyakinan jika bukan dia yang menyebarkan rahasia semalam. Gadis itu mengerutkan keningnya melihat kearah Ibunya.
Nyonya besar Han tersenyum, "Ibu tidak sengaja melihatnya sendiri saat berjalan di tanam belakang." Menahan tawanya. Semalam dia tidak berani mendekat karena bau busuk di tubuh putrinya sangat menyengat. Sehingga dirinya hanya menghindar. Wanita itu duduk kembali di kursi. Suaminya mengikuti dan memijat pundaknya perlahan. "Yu er, Ibu ingin mendiskusikan pernikahan kamu."
Han Yu mendekat duduk di kursi kosong tepat di depan Ibunya. "Pernikahan?"
"Apa kamu lupa! Kamu telah mengirimkan surat resmi atas nama keluarga ke istana untuk pemilihan selir Kaisar." Nyonya besar Han menatap tajam. "Kamu benar-benar yakin ingin menikah dengan Kaisar yang sudah bau tanah itu?"
Tuan besar Han terkejut, dia langsung membungkam mulut istrinya. "Istriku hati-hati saat berbicara."
Nyonya besar Han melepaskan bekapan suaminya. "Apa yang aku bicarakan salah? Pria tua itu sudah berusia delapan puluh tahun. Aku bahkan bisa menjadi cucunya. Tapi putriku yang cantik ini justru tergila-gila dengan pria tua itu. Suamiku, kamu yakin Kaisar tidak memiliki ilmu hitam?"
Tuan besar Han langsung mendekap istrinya dengan tubuhnya. "Istriku, Apa kamu tidak bahagia hidup bersamaku? Kenapa kamu ingin membunuh kami semua?"
"Lepas..." Nyonya besar Han mendorong tubuh suaminya. Dia menatap kearah putrinya lagi. "Yu er, kamu yakin ingin menjadi selir Kaisar?"
Han Yu masih mencerna perkataan Ibunya untuk beberapa saat lalu dia berkata, "Ibu, saat aku menulis surat itu. Air memenuhi kepalaku sehingga putri mu ini menjadi bodoh." Gadis itu meraih tangan Ibunya. "Apa ada cara membatalkannya? Agar aku tidak mengikuti pemilihan selir Kaisar?"
Nyonya besar Han senang putrinya sudah berubah pikiran. Namun semua sudah terlambat, wanita itu menggelengkan kepalanya.
Begitu juga Tuan besar Han yang menghela nafas dalam.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu