"Uang lima puluh ribu masih kurang untuk kebutuhan kita, Mas. Bukannya Aku tidak bersyukur atas pemberian dari mu dan rezeki kita hari ini. Tetapi itu memanglah kenyataannya." kata Zea, dia wanita berusia 25 tahun yang sudah memiliki dua anak, istri dari Andam pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
"Apa katamu?" geram Andam. "Lima puluh ribu masih kurang? Padahal Aku setiap hari selalu memberi kamu uang Zea, memangnya uang yang kemarin Kamu kemana'kan, Hah!" tanya Andam, dia kesal pada Zea karena menurutnya dia sangatlah boros menggunakan uang.
Setiap hari dikasih uang masa selalu habis, kalau bukan boros, apa itu namanya? Setiap hari padahal Andam sudah mati-matian bekerja menjadi pedagang buah dipasar pagi, tentu saja dia kesal karena Zea selalu mengeluh uangnya habis.
"Mas, Aku sudah katakan! Uang yang setiap hari Kamu kasih untukku belum cukup untuk kebutuhan kita! Kamu mendengar tidak sih!" teriak Zea, dia sudah lelah memberitahukan pada suami tentang hal ini.
penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZTS 8
Disekolahan Gean, Andam sudah menunggu Gean didepan gerbang sekolah. Tidak lama, Andam melihat Gean keluar dari kelasnya dan berjalan menuju ke arahnya.
"Ayah!" teriak Gean gembira sambil berlari menuju Andam.
"Ayuk, langsung pulang Gean! Ayah sudah menunggu kamu sejak tadi. Lagi pula Adek kamu juga sendirian dirumah." kata Andam sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk memeluk Gean.
Gean memeluk Andam dan Andam memeluk Gean kembali. Mereka berdua kemudian berjalan menuju motor Andam.
"Adek sendirian? Memangnya Ibu tidak ada dirumah, Yah?" tanya Gean saat mereka berdua sudah berada diatas motor.
"Ibu sedang bekerja, Gean. Ibu akan pulang nanti," jawab Andam sambil memulai motor.
Gean mengangguk dan mereka berdua kemudian meninggalkan sekolahan.
Sementara itu, disalah satu rumah, api semakin membesar dan mulai membakar bagian lain dari rumah. Asap tebal mulai keluar dari rumah dan tetangga-tetangga yang ada disekitar rumah tersebut mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang salah.
Betapa terkejutnya tetangga tersebut ketika melihat rumah didepannya terdapat api dan asap hitam mengepul tinggi.
"Tolong! Tolong!" teriak satu tetangga tersebut sambil berlari menuju rumah Andam.
Tetangga-tetangga yang lain mulai berkerumun dengan kehebohan suara seseorang meminta tolong.
"Wah, rumah Andam kebakaran!" pekik satu warga lain.
Setelah melihat apa yang terjadi mereka semua berusaha memadamkan api, tetapi api terlalu besar dan sulit dipadamkan.
......................
Sementara itu, Andam dan Gean masih dalam perjalanan menuju rumah. Mereka tidak menyadari bahwa didepan rumah mereka sedang ramai orang.
Saat Andam dan Gean semakin mendekati rumah, mereka melihat banyak orang berkerumun dan asap tebal keluar dari rumah mereka. Andam merasa ada sesuatu yang aneh dan kemudian mempercepat laju motor.
"Ayah, ada apa itu? Mengapa banyak orang didepan rumah kita?" tanya Gean dengan khawatir.
Andam tidak menjawab dan terus mempercepat laju motor. Perasaan Andam saat ini sudah mulai tidak nyaman. Saat mereka tiba dirumah, Andam melihat rumahnya terbakar. Api besar membakar bagian depan rumah.
Deg
"Apa yang terjadi?" lirih Andam dengan jantung berdebar hebat. Dia berharap apa yang dilihatnya hanya mimpi semata dan tidaklah nyata.
"Ayah! Kebakaran, Yah!" teriak Gean dengan ketakutan. Membuat Andam seketika sadar jika ini nyata dan bukan mimpi belaka.
Andam mematikan motor dan berlari menuju rumah. Dia melihat tetangga-tetangganya berusaha memadamkan api.
"Giska! Giska!" teriak Andam dengan panik. Dia teringat jika Giska berada didalam kamarnya dengan keadaan tidur.
Salah satu tetangga Andam berlari menuju Andam. "Andam, apa Giska ada didalam?" tanya tetangga tersebut.
"Iya, Bulek! Giska ada didalam dia tengah tidur saat aku tinggal menjemput Gean!" Andam merasa panik dan semakin khawatir tentang keselamatan Giska. Dia berlari menuju sisi rumah yang kemungkinan belum terbakar untuk mencari Giska.
Semua warga yang berkerumun berteriak histeris saat melihat Andam berusaha menerobos masuk rumahnya yang bagian depannya hampir seluruhnya terbakar.
"Andam! Jangan nekat Dam! Itu sangat berbahaya! Andam!" teriak tetangga yang tadi Andam sapa Bulek.
"Ayo, siapapun tolong bantu Andam! Giska masih berada didalam rumah! Ayo siapapun tolong dia!" teriak wanita yang disapa Bulek lagi. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Andam dan Giska jika tidak ada yang menolongnya.
Sementara itu, Zea masih bersama Aman dipasar kota. Mereka tengah istirahat sejenak sambil menikmati hidangan dan camilan yang disediakan oleh pemilik acara. Zea belum mengetahui tentang kebakaran yang menimpa rumahnya.
....................................
Andam berhasil masuk bagian dalam rumah dan menuju kamar Giska dengan beberapa bagian tubuh yang terkena luka bakar.
Andam melihat Giska berada dipojokan dalam kamar dengan menangis dan ketakutan.
"Ayah!" teriak Giska sambil berlari menuju Andam.
Andam memeluk Giska erat dan merasa lega karena Giska selamat. "Ayah sudah ada, Giska. Ayah tidak akan meninggalkan kamu," kata Andam sambil menenangkan Giska.
Sedangkan tetangga yang berada di luar histeris beramai-ramai memanggil nama Andam dan Giska. Mereka masih sambil berusaha memadamkan api dengan menyiram air menggunakan banyak ember.
"Ayah, Giska takut." Giska menangis di pelukan Andam dan Andam segera membopong Giska berusaha mencari celah untuk keluar dari kobaran api yang semakin membesar.
"Tenang, Sayang kita akan segera keluar dari sini," mulut Andam memang mengatakan tenang, namun dia sendiri malah tidak bisa tenang. Melihat kobaran api hampir menyeluruh membakar rumah ini dia semakin berpikir apa mungkin ini akhir dari hidupnya.
Tetapi dia mengingat ada Giska bersamanya, jika hidup Andam akan berakhir sekarang juga, Andam merasa tidak masalah, Andam ikhlas, tetapi bagaimana dengan Giska? dia masih begitu kecil dan jalan di depannya masih sangat panjang.
Brug
Andam tersandung kayu yang entah sejak kapan ada di depan dan menghalangi jalannya.
Uhuk uhuk!
Uhuk uhuk!
"Ayah!" teriak Giska saat dia terjatuh bersama Andam. Asap yang begitu tebal membuat saluran pernapasan Giska dan Andam terasa sesak, bahkan terasa sulit untuk bernapas. Andam seketika merasa lemas dan,Tuhan, tolong berikan keajaiban
Dep
Semuanya terlihat gelap dan Andam tidak dapat mendengar apapun.
Sementara itu, Zea, Aman dan dua teman yang lain sudah selesai acara di pasar kota. Mereka menuju mobil Aman dan siap pulang.
"Mas Aman, aku ingin pulang sekarang. Aku merasa lelah dan ingin segera istirahat," kata Zea gelisah.
Aman melihat Zea. "Apa tadi begitu memeras tenaga Mbak Zea? Jika iya, kamu butuh istirahat yang cukup supaya badannya relax. Ingat! untuk persiapan minggu depan." kata Aman, dengan kedua alis di naik turunkan.
Zea mengangguk. "Oke, Mas. Ya sudah yuk! Aku ingin pulang sekarang,"
Aman mengangguk. "Baiklah, Mbak Zea. Kita akan pulang sekarang juga."
Zea, Aman, dan dua teman lainnya meninggalkan pasar kota. Zea merasa lega karena sebentar lagi akan istirahat di rumah dengan bebas, tetapi ada perasaan aneh yang tetiba timbul di sudut hati kecil Zea.
Perasaan apa ini?
......................
Bau obat yang menguar tajam dan nuansa putih berada di setiap sudut ruangan membuat pria yang tidak lain adalah Andam merasa asing, tetapi hanya sejenak saja.
Dia tidak lagi merasa asing saat melihat seorang perawat ada di sampingnya meletakan satu tray makanan di atas lemari kecil penyimpan makanan.
"Sus," lirih Andam masih dengan rasa lemah di sekujur tubuh.
"Ya, Mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat yang sedikit terkejut karena pasiennya sudah sadar.
"Dimana Giska? Apa dia baik-baik saja?" ~ Andam.
"MAS ANDAM!" teriak seseorang dari luar ruangan lalu tidak lama Zea datang dengan menangis.
"Mas, apa yang terjadi? Dimana Giska?" tanya Zea beruntun, dia panik.
kesel dengan Zea yg mau saja diajak makan di apartemen lelaki, lebih kesel juga dengan Kendra.😡😡