Wan Yiran berjuang melepaskan rantai emas yang mengikat tangan dan kakinya. Kondisi Wan Yiran yang sedang tidak berdaya membuat Putra Mahkota Kong Welan segera membaca mantra Penghancur Jiwa hingga panah emas muncul dari tangannya, hanya butuh beberapa detik hingga panah itu melesat cepat menancap di Jantung Wan Yiran.
Wan Yiran terjatuh di tanah dalam kondisi sekarat, matanya hanya menatap pria yang dicintainya Jendral Muda Lin Haoran, namun sorot mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan raut iba padanya.
Yiran kehilangan kedua orang tua dan kakaknya yang dihukum mati oleh kaisar karena kasus pembunuhan yang dilakukan keluarganya. Kini Wan Yiran juga harus mati mengenaskan karena rasa dendam di hatinya yang membawa dirinya menjadi wanita iblis.
~Wan Yiran terbangun dan menyadari semua yang ia lalui hanyalah mimpi. Mimpi yang membawa tekad Yiran untuk memperbaiki dirinya, merubah nasibnya dan melepaskan cinta serta ambisinya. Wan Yiran harus melalui perjalanan yang tidak mudah~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Luzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Hancurnya
Wan Yiran berjalan perlahan keluar dari penjara bawah tanah. Kondisi pakaiannya begitu kotor, rambutnya berantakan bahkan wajahnya begitu kusam, hal ini karena ia sudah menginap selama beberapa hari di penjara. Wan Yiran berjalan keluar dari gerbang penjara, ia bisa melihat Saji, Li Ara dan Li nao yang sedang menunggunya dengan gelisah.
Melihat sosok Wan Yiran, ketiga orang yang menunggunya segera berjalan mendekatinya. Saji langsung saja memeluk Wan Yiran setelah gadis itu berada di hadapannya.
"Bagaimana bisa nona melakukan ini padaku?" tangis Saji sudah tidak terbendung lagi, "Apa Nona tahu bagaimana paniknya saya saat mendengar kabar Nona mengorbankan diri demi menyelamatkan keluarga anda," keluh Saji.
Wan Yiran tetap terdiam. Ia hanya tersenyum tipis sambil mengusap rambut Saji, berusaha menenangkan pelayannya yang sedang terisak di hadapannya. Wan Yiran juga menatap ke arah Li Ara dan Li Nao yang menatapnya penuh kekhawatiran.
Setelah mengingat sesuatu, Yiran segera menatap ketiganya dengan wajah panik, "bagaimana keadaan keluargaku? Aku telah dibebaskan, lalu apa yang terjadi pada mereka?" tanya Yiran dengan panik.
Ketiga orang yang berada di hadapan Wan Yiran diam seribu bahasa, mereka tidak tahu bagaimana cara menyampaikan kabar tentang keluarganya pada Yiran.
"Kenapa kalian bertiga diam saja? Apa kalian tidak mendengar pertanyaanku," desak Wan Yiran.
"Nona, bagaimana jika kita pulang dahulu? Anda baru saja dibebaskan, tubuh anda cukup lemah saat ini," pinta Li Ara.
Wan Yiran menggeleng kuat. Ia menatap Saji dengan tatapan penuh harap, "jangan berusaha menutupinya dariku Saji. Katakan bagaimana keadaan keluargaku?" tanya Yiran pada Saji dengan tatapan penuh harap.
Saji memeluk Yiran sebentar, berharap bisa sedikit memberikan kekuatan pada majikannya ini sebelum mengatakan semuanya, "Putra Mahkota sudah melaporkan dan memberikan bukti kejahatan Tuan dan Nyonya serta Tuan Muda terkait kasus keluarga Su. Selain itu Tuan dan Nyonya juga memberikan bukti pada Kaisar terkait korupsi yang Tuan lakukan serta pengalihan bisnis Nyonya Su yang secara ilegal diambil oleh Nyonya Wan ibu anda Nona. Mereka bertiga saat ini sudah berada di penjara eksekusi menunggu pelaksanaan hukuman mereka," jawab Saji disela tangisannya.
Tubuh Wan Yiran langsung terkulai lemah saat mendengar perkataan Saji. Li Nao segera menahan tubuh gadis muda itu sebelum terjatuh membentur tanah.
Wan Yiran merasakan rasa sesak dan sakit pada dadanya, hatinya seakan hancur mendengar perkataan Wan Yiran. Airmata yang sedari tadi ditahannya sudah mengalir deras dipipinya. Apa rasa kehilangan yang ia rasakan di dalam mimpinya akan ia rasakan kembali saat ini.
"Saji, katakan bahwa semua itu tidak benar," mohon Yiran sambil memegang tangan Saji penuh harap, "masih ada kesempatan bagi orangtua dan kakakku. Mereka melakukan itu demi diriku, aku yang bersalah saat ini," ujar Yiran putus asa.
Tubuhnya terkulai hingga lututnya menyentuh tanah, Li Nao hanya memegang bahu Yiran untuk menguatkan gadis itu. Tubuh gadis itu bergetar hebat di tengah tangisnya.
Li Ara dan Saji tidak bisa menahan air mata mereka melihat kondisi Wan Yiran yang terlihat hancur saat ini.
Di tengah tangisnya Wan Yiran tiba-tiba berdiri, ia berlari dengan kencang meninggalkan Saji, Li Ara dan Li Nao. Ketiganya segera mengejar Wan Yiran yang entah pergi kemana di saat dirinya masih menangis dengan keras.
Wan Yiran berlari dengan kaki telanjang tanpa mengenakan alas kaki, rasa sakit akibat telapak kakinya yang menginjak bebatuan tidak ia hiraukan. Wan Yiran berlari kencang menuju penjara eksekusi tempat keluarganya di tahan saat ini.
Pengawal segera menahan Wan Yiran yang sudah akan menerobos masuk ke dalam penjara eksekusi, "anda tidak diizinkan masuk. Penjara eksekusi tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang Nona Wan," ucap pengawal dengan tegas.
Wan Yiran mengatupkan kedua tangannya sambil menatap pengawal dengan tatapan memohon, "tolong biarkan aku masuk. Aku ingin menemui keluargaku," mohon Wan Yiran, ia menatap penuh harap dan putus asa pada pengawal yang menjaga di gerbang penjara.
"Kami tidak bisa membantu anda Nona Wan. Lebih baik anda kembali," tolak pengawal.
"Aku mohon biarkan aku masuk," ujar Wan Yiran sambil berusaha masuk ke dalam penjara eksekusi.
Melihat Wan Yiran yang memaksa masuk, pengawal yang berjaga langsung mendorongnya hingga Wan Yiran terjatuh di tanah. Lutut gadis itu bahkan membentur tanah dengan keras hingga terluka.
"Nona Wan Yiran," teriak Saji, Li Ara dan Li Nao secara bersamaan.
Ketiganya berlari mendekati Yiran yang sudah duduk terkapar di bawah tanah. Ia menangis lebih keras sambil memukul dadanya yang terasa sangat sesak.
"Keluargaku tidak seharusnya dihukum. Aku yang bersalah di sini, aku yang pantas menggantikan mereka untuk menerima hukuman itu," teriak Wan Yiran putus asa.
Saji dan Li Ara memeluk Wan Yiran dan menangis bersama gadis itu.
Langit yang sudah mendung sedari tadi mulai terlihat semakin gelap, guntur tiba-tiba menggelegar hingga tetesan hujan mulai berjatuhan membasahi bumi,
Air hujan yang terjatuh deras seakan bisa menggambarkan kondisi Wan Yiran yang penuh ratap dan kesedihan, tubuhnya bergetar hebat karena tangisan. Air hujan mulai membasahi tubuh Wan Yiran seakan menemani rasa sedih yang tak terkira dalam dirinya.
"Saji, aku tidak sanggup jika harus mengalami ini lagi. Kenapa Dewa begitu jahat padaku? Apa sikapku dahulu begitu buruk hingga aku diberi hukuman seperti ini," tanya Yiran sarat akan rasa sakit. Air matanya sudah bercampur dengan air hujan membasahi pipinya.
Saji menggeleng kuat, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Hatinya juga begitu sakit melihat kondisi Wan Yiran yang begitu hancur saat ini.
"Apa anda tidak ingin ke sana untuk menemuinya?"
Kong Welan menggeleng menjawab pertanyaan Liyang pengawalnya.
Saat ini Kong Welan sedang berdiri di kejauhan melihat Wan Yiran yang menangis meraung-raung di depan gerbang penjara eksekusi. Entah kenapa melihat Wan Yiran yang begitu rapuh saat ini membuat hatinya begitu sakit. Gadis yang selama ini ia lihat begitu percaya diri dan selalu berusaha terlihat tegar dan kuat, hari ini ia menunjukkan sisi hancur dalam dirinya.
"Sebaiknya aku tidak datang menemuinya saat ini. Melihatku hanya akan membuatnya makin bersedih," ujar Kong Welan.
"Sungguh tidak diduga, dalam beberapa hari Keluarga Wan yang begitu dihormati di kerajaan Kongqi mulai mengalami kehancurannya."
Kong welan menarik nafas dalam berusaha mengontrol hatinya, "entah apa yang akan terjadi padanya. Apa ia bisa bangkit dan menjadi wanita yang lebih kuat kedepannya, atau ia akan hancur dalam kesedihannya?" ucap Kong welan bertanya-tanya.
"Semoga saja ia bisa melaluinya Yang Mulia," jawab Liyang.
"Semoga saja," harap Kong Welan.
Tubuh Wan Yiran sudah lemah selama beberapa hari tinggal di penjara, tekanan kesedihannya yang mendalam serta diterpa hujan membuat tubuhnya semakin lemah. Saat menangis seketika Wan Yiran sudah tidak bisa menahan rasa sakit di kepalanya hingga akhirnya ia jatuh pingsan.
"Nona," teriak Saji dan Li Ara dengan panik.
Li Nao segera menahan tubuh Wan Yiran yang sudah terkulai lemah tidak sadarkan diri.
Melihat Wan Yiran yang tiba-tiba pingsan, Kong Welan segera berlari mendekati Wan Yiran. Ia berjongkok menatap wajah Wan Yiran yang sudah begitu pucat.
"Bawa dia ke kediaman, ia harus segera diperiksa tabib. Tubuhnya sangat lemah saat ini."
Kong welan sudah akan meraih tubuh Wan Yiran, namun seseorang langsung menahan tangannya. Ia cukup terkejut melihat Li Nao pengawal Wan Yiran mencegahnya yang akan membawa tubuh Wan Yiran.
"Kami adalah orang-orang Nona Wan Yiran Yang Mulia. Biarkan kami yang mengurusnya, anda tidak perlu ikut campur lagi," ujar Li Nao dengan tegas.
Pria yang lebih muda dari Kong Welan itu segera mengangkat tubuh Wan Yiran dalam gendongannya. Ia memberi hormat sebentar pada Kong Welan lalu membawa tubuh Wan Yiran yang tidak sadarkan diri menjauh dari Kong Welan.
Kong Welan hanya menatap datar Li Nao yang sudah berjalan menjauh sambil membawa tubuh Wan Yiran di dalam gendongannya, tangannya terkepal kuat menahan amarah. Kong Welan menyadari ia tidak memiliki hak untuk merasa marah saat ini, karena bagaimanapun ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Wan Yiran.
"Yang Mulia hujan semakin deras, ini tidak baik untuk tubuh anda," ujar Liyang memperingatkan.
"Liyang, siapkan beberapa pengawalku untuk menjaga kediaman keluarga Wan dari jauh," perintah Kong Welan, "setelah kasus ini menyebar, tentu akan banyak orang yang akan datang menyerang kediaman keluarga Wan," lanjut Kong Welan.
"Baik yang Mulia."
*****
Su Yimin berdiri di depan jendela menatap hujan yang jatuh membasahi bumi. Saat ini dirinya berada di kediaman Keluarga Lin. Sejak tadi hatinya terus saja gelisah dan tidak tenang.
Yimin dikejutkan dengan sebuah tangan yang melingkar di perutnya, ia juga merasakan terdapat beban di bahunya. Setelah berbalik ia menemukan tunangannya Lin Haoran yang ternyata memeluknya dari belakang sambil menyandarkan dagunya di bahu Yimin.
"Keluarga Wan sudah mendapatkan hukuman atas kejahatan mereka. Kenapa kamu malah terlihat sangat gelisah?" tanya Lin Haoran.
Su Yimin menghembuskan nafasnya, "Aku hanya masih tidak menyangka Wan Yiran begitu berani mengakui semua kejahatan yang dilakukan keluarganya. Sebenarnya apa yang ada di dalam pikirannya itu?" ujar Su Yimin bertanya-tanya.
"Gadis itu seakan menjadi orang lain selama beberapa bulan ini, tatapan matanya pun sangat berbeda jika dibanding dahulu. Dulu ia selalu menatap begitu tajam, namun terakhir aku bertemu dengannya tatapan matanya begitu sendu, seakan banyak beban yang ada di kepalanya," ujar lin haoran.
Su Yimin segera melepaskan pelukan Lin Haoran dan menatap tunangannya itu, "menurutmu apa ia merasa bersalah atas kejahatan keluarganya pada keluargaku, makanya ia mulai berubah?" tanya Su Yimin berasumsi.
Lin haoran menggeleng, "entahlah, tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran Wan Yiran selama ini."
"Apa ia sudah mengetahui keadaan keluarganya yang akan dihukum mati?" tanya Su Yimin.
Lin haoran mengangguk, "Ia langsung mengetahuinya saat keluar dari penjara. Beberapa bawahanku bahkan melaporkan bahwa ia menangis cukup lama di depan gerbang penjara eksekusi saat turun hujan hingga akhirnya jatuh pingsan".
Su Yimin terkejut mendengar informasi yang disampaikan Lin Haoran, " Aku harus melihat keadaannya," ujar Su Yimin yang sudah akan pergi.
Lin Haoran segera menahan lengan Su Yimin, mencegah tunangannya itu untuk pergi menemui Wan Yiran, "Hujan masih begitu deras saat ini, " ujar Lin Haoran, "Selain itu, kurasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk kamu menemuinya Yimin. Hatinya pasti akan semakin sakit saat melihatmu".
Su Yimin mengangguk paham. Benar kata Lin haoran, ia sebaiknya jangan menemui Wan Yiran saat ini. Biar bagaimanapun gadis itu akan kehilangan keluarganya, jika melihat Su Yimin tentu rasa sedihnya akan bertambah berkali-kali lipat.
"Apa kamu sudah tidak memiliki dendam lagi pada Wan Yiran?" tanya Lin Haoran.
Su Yimin menggeleng, "sebenarnya jika mengingat apa yang dirinya lakukan padaku dahulu tentu saja aku masih kesal. Namun, aku rasa tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Wan Yiran. Keluarganya terlalu memanjakan dia saat kecil, gadis itu akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang sangat egois, ia jadi menganggap segala hal harus dimiliki olehnya. Semua yang ia lakukan padaku adalah rasa iri dan cemburu karena tidak memiliki apa yang aku miliki, selain itu aku mengambil pria yang begitu ia cintai. Namun, setelah beberapa bulan ini aku mulai melihat Wan Yiran kecil yang dahulu sering bermain denganku. Tatapan matanya dan senyum tulusnya yang dulu sering muncul saat kecil aku temukan lagi beberapa bulan terakhir ini. Ia tidak pernah bersalah atas tragedi keluargaku dan melihat penyesalan dan penderitaan yang dialaminya saat ini, bagaimana bisa aku masih menaruh dendam padanya?".
"Kamu benar-benar memiliki hati yang lembut dan baik," puji Lin Haoran.
"Wan Yiran juga memiliki hati yang lembut, ia hanya tidak tahu cara mengekspresikannya dengan benar. Aku berharap dia bisa melewati penderitaan ini dan menjadi sosok yang lebih baik di masa depan," ujar Su Yimin penuh harap.
Lin haoran kemudian menarik Su Yimin masuk ke dalam pelukannya, "semoga apa yang kamu harapkan dapat terjadi".
Su Yimin tersenyum sambil membalas pelukan tunangannya ini.
tapi bagus si ceritanya 👍