NovelToon NovelToon
Dendam Janda Pirang

Dendam Janda Pirang

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Janda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:46.1k
Nilai: 5
Nama Author: Buna Seta

Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.

Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.

"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.

"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.

Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

"Aaagghhh..." Sifa menjerit ketika tubuh manusia bertelanjang dada terbujur dilantai. Mayat pria itu hanya mengenakan celana kulot dalam keadaan mengenaskan. Tubuhnya melepuh, mata menonjol keluar, sekelilingnya nampak darah yang sudah mengering di lantai. Lalat dan belatung mengerubungi tubuhnya yang sudah tidak bisa dikenali itu sungguh menyeramkan. Menambah suasana mistis gubuk tersebut dan membuat bulu Sifa merinding.

"Astagfirullah..." Sifa mundur dengan napas terengah-engah lalu bersandar di tiang gubuk. Kaki yang sudah sakit itu semakin lemas untuk melangkah. Sifa yakin pria yang sudah tidak bisa dia kenali itu adalah korban pembunuhan.

"Ya Allah..." Sifa kembali berjalan pincang menuju pintu, semangatnya untuk kabur semakin kuat, walaupun menahan kaki yang semakin sakit. Ia tidak mau mengalami nasib seperti pria yang Sifa duga adalah mbah dukun itu.

Sifa menarik gagang pintu tua itu, tetapi dikunci dari luar. Lalu memutar bola mata ke kanan, ke kiri, dan belakang, hendak mencari alat untuk mencongkel. Namun, tiba-tiba saja daun pintu di dorong dari luar hingga mentok dahi Sifa.

"Auw" Sifa pun menarik kakinya mundur.

"Mau kemana kau?" Dua orang pria berperawakan sedang sudah berdiri di depan pintu, menatap Sifa tajam. Tanganya dia lipat di dada, sementara pria berikutnya mengunci pintu.

"Bebaskan saya" Sifa menyeret kakinya mendekati pintu, merebut kunci yang di pegang si pria, tetapi tidak semudah itu bagi Sifa. Si pria menyeringai seperti anak kecil mengiming-iming kunci di tangan.

"Kamu pikir semudah itu kamu bisa keluar dari rumah ini?" Si pria menyeret tangan Sifa sambil memerintahkan temannya agar ambil tambang untuk mengikat tangan Sifa.

"Kalian laki-laki pengecut, beraninya sama wanita" Sifa menatap sinis pria yang memaksanya duduk di kursi. "Kamu pasti ada orang yang menyuruh, siapa bos kamu?!" Tandas Sifa.

"Diam!" Bentak si pria lalu minta temannya agar cepat mengikat tubuh Sifa di kursi.

"Lepaskan saya, jika tidak! Kamu akan menyesal" Sifa tidak main-main.

"Hahaha... tidak semudah itu Nona" si pria mentertawakan Sifa yang coba-coba mengancam nya. Dia pikir Sifa terlalu menghayal. Si pria menatap lekat wajah Sifa yang cantik alami itu menjilati bibirnya sendiri. "Kamu cantik sekali Nona" penjahat itu mendekatkan wajahnya ke wajah Sifa.

Sifa jijik menatap pria yang akan melecehkan dirinya itu. Tidak ada senjata yang paling ampuh untuk kondisi seperti sekarang, terpaksa meludahi wajah si pria dan pada akhirnya mundur, seperti yang pernah Sifa lakukan terhadap Felix beberapa waktu yang lalu.

"Brengsek!" Tandas si pria, tanganya mengeluarkan ujung kemeja yang dia masukan ke dalam celana untuk mengusap wajah. Lalu ambil ancang-ancang hendak melempar telapak tangan ke pipi mulus Sifa.

"Tahan Man, kamu mau dihajar bos" teman si pria yang sudah selesai mengikat tangan Sifa ke belakang kursi, maju menahan tangan Warman.

Sifa menggerakkan bokongnya di kursi, tetapi sudah tidak bisa bergerak. Tidak ada yang bisa Sifa lakukan selain pasrah, karena melawan pun percuma. Matanya menatap nyalang si pria yang sudah duduk di lantai beralaskan sepatu masing-masing.

"Hais, bau sekali ini Rady, kalau terus disini bisa-bisa pingsan kita" kata pria yang bernama Warman itu menutup hidungnya, karena tidak kuat dengan bau bangkai yang kerap kali ditiup angin melalui celah bilik.

"Diam kamu Man, gara-gara kamu mengajak kita menunggu di luar, wanita itu hampir kabur kan, kamu mau digantung bos" Rady mengingatkan.

Sifa mendengarkan percakapan kedua pria itu rupanya memilih menjaga pintu dari luar, lantaran tidak kuat dengan bau bangkai.

Waktu berjalan begitu lama, hingga berganti sore, tubuh Sifa rasanya sakit semua. Perutnya menahan lapar, haus, karena sejak pagi sama sekali belum minum. Sifa bergerak-gerak menahan ingin pipis pula. Matanya melirik Warman dan Rady yang berada tidak jauh dari tempatnya. Rupanya dua pria itu sedang menghisap sesuatu entah apa yang baunya pun terasa aneh, tentu bukan rokok.

"Tolong saya, saya mau pipis" jujur Sifa.

Warman dan Rady menoleh cepat. "Jangan hiraukan wanita itu, pasti Dia hanya membodohi kita. Pasti itu hanya alasan Dia karena ingin lari!" Warman marah karena Sifa sudah berani meludahi.

"Saya tidak bohong" Sifa memelas.

Warman dan Rady berdebat sendiri, Warman tidak mau membuka ikatan tangan Sifa, sebaliknya Rady justru ngotot. Warman pun mengalah lalu membiarkan Rady mendekati Sifa.

Sifa perhatikan Rady yang berjalan ke arahnya agak sempoyongan seperti mabuk, mungkin pengaruh barang yang mereka hisap. Ketika Rady membuka ikatan Sifa, Sifa melirik saku celana Rady yang terselip pisau, kemudian berpaling ke arah Warman yang merem melek entah sedang menikmati apa. Setelah tangan Sifa lepas dari jerat tambang, ia menarik pisau lipat tanpa Rady sadari.

"Jangan lama-lama pipisnya" Rady melempar tambang asal, lalu bergabung dengan Warman.

"Saya harus pipis dimana?" Sifa tahu di gubuk itu tidak ada toilet apa lagi air, karena yang Sifa tahu sumur mbah dukun berada di belakang rumah.

"Di tanah saja" Warman menunjuk arah belakang.

"Nggak ada air" Sifa berusaha berbicara pelan untuk mengambil hati mereka siapa tahu mengajaknya keluar.

"Mau pipis di situ, kalau tidak mau terserah" Warman menggelindingkan botol air mineral.

"Sifa membungkuk memungut botol dengan tambang pramuka, kemudian memasukan tambang tersebut ke dalam kaos. Apa boleh buat Sifa berjalan tertatih-tatih ke sudut ruangan yang terhalang gebyok tua. Dengan perasaan cemas khawatir pria itu berbuat yang tidak-tidak Sifa akhirnya pipis. Sifa merasa lega karena bisa menuntaskan pipis. Tak apa belum bisa keluar sekarang, Sifa akan mencari akal lagi. Sifa mengintip mereka dari lubang gebyok ukiran setelah aman, menggores tambang dengan pisau beberapa bagian, kemudian kembali setelah menyembunyikan pisau ke dalam saku.

"Kenapa lama sekali?" Suara Warman menggelegar seperti petir.

"Sebentar apa? Anda tidak tahu kalau kaki saya sedang sakit" Sifa menggerutu. Setelah menjatuhkan tambang ke tempat semula, Sifa kembali duduk. Kali ini gantian Warman yang mengikat tangan Sifa ke belakang kursi. Dag dig dug dada Sifa khawatir Warman tahu jika tambang itu nyaris putus..Namun, hingga Warman kembali ke tempat semula, rupanya tidak curiga, Sifa sedikit lega.

Ashar dan magrib Sifa lewatkan hingga waktu merangkak malam. Kedua pria itu pun tertidur, tetapi bukan sekedar tidur biasa, sepertinya mereka benar-benar teler.

Tidak ada listrik di gubuk itu, tetapi dua lampu petromaks sebagai pengganti listrik.

Sifa berusaha untuk melepas tali yang mengikat tangan, tidak akan ada orang yang membantu selain dirinya sendiri. Sungguh beruntung bagi Sifa karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. Nyatanya tali tambang yang ia tarik-tarik pun akhirnya putus juga.

Sifa melirik waspada ke arah dua pria itu khawatir bangun. Dengan pergerakan lambat dan hati-hati, Sifa menuju pintu. Tangannya membuka kunci tetapi tatapan matanya ke arah pria yang masih tidur.

Pintu terbuka, Sifa bernapas lega karena bisa menghirup udara segar setelah beberapa jam mengendus bangkai. Sinar rembulan yang redup namun Sifa masih bisa menatap tanah. Dia tinggalkan pintu, dalam keadaan terbuka, walaupun kakinya sakit untuk melangkah, tetapi Sifa memaksakan.

Namun, baru beberapa langkah, Sifa menabrak tubuh seorang pria.

...~Bersambung~...

1
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Neneng Sumiarsih
Luar biasa
neng ade
aku udah hadir disana
Eka ELissa
samawa deh Alvin ma Sifa.....
Eka ELissa
lha....baru smpt baca Mak ko tamat....
Buna Seta: pindah karya baru ya
total 1 replies
Vajar Tri
🥳🥳🥳🥳🥳🥳 cerita nya bagus Thor di tunggu cerita seru selanjut nya 🥳🥳🥳🥳🥳😘😘😘😘🤩🤩🤩🤩
Buna Seta: Terimakasih
total 1 replies
Nora♡~
Syukur.... Alhamdulillah.. Akhirnya Alvin menikahi Sifa dengan Sah... ceritanya mantap dan teruslah berkarya...
Buna Seta: Siap kakak, terimakasih
total 1 replies
Hana Roichati
terimakasih kak, atas tulisannya, tetap berkarya sukses selalu, Aamiin🤲
Buna Seta: Aamiin
total 1 replies
neng ade
Alhamdulillah akhir nya sifa udah sah menjadi istri Alvin .. semoga langgeng dan bahagia selalu sampai maut memisahkan dan semoga cepat diberi momongan 😁😍😍
Buna Seta: 🤣🤣🤣❤❤❤
total 1 replies
Eka ELissa
waduh spa lagi ini..... enthlah hy emk yg tau
Eka ELissa
lgian suami jht gtu ko di urusin Dania ya ampun kyk GK ada laki-laki yg baik aj selain dia....buatin dia metong udh cri bhgia mu di luar sana Dania
Buna Seta: Metong 🤣
total 1 replies
Eka ELissa
spa tuh....
Eka ELissa
dia kn ank pungut Vin mknya GK mirip cumn Felix aj yg GK tau diri
neng ade
jangan2 itu anak buah nya Felix
Buna Seta: Masa sih
total 1 replies
Dewi kunti
sopo meneeeehhh
Buna Seta: Emboh yo
total 1 replies
Sulastri Oke86
Luar biasa
neng ade
syukurlah klo Alvin udah tau masa lalu Sifa dan mau menerima Sifa. apa ada nya .. itu lagi siapa yg manggil Sifa .. andai Alvin dan Sifa tau klo Felix itu memang anak pungut jadi ya ga ada mirip2 nya sm ke dia ortu nya yg Alvin kenal
Buna Seta: Bab selanjutnya besok
total 1 replies
Eka ELissa
Alvin cinta kmu tulus Sifa....dia GK bkln tinggalin kmu cumn gara2 masa lalu kn dia cinta kmu saat ini bukan di masa lalu....kira2 Alvin mundur atau truus maju ya...,..enthlah hy emk yg tau
Buna Seta: Betul betul betul
total 1 replies
Eka ELissa
wasalam kmu Felix
Eka ELissa
tu Felix kmu cumn ank pungut knpa kmu GK brsyukur bhkn kmu gila GK tau diri.....nah loh Kini kmu marah... knpa.. mnyesl....hrus nya udh di pungut idup enk Lo baek2 GK ush byk tingkah gini kn jdi nya kmu jdi pembunuh penjahat juga....ksian BP ibu kmu yg udh nyesel pungut kmu lok gde nya kmu cumn jdi pnjht Felix.......
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!