Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Apartemen part 2
Eliza terkejut Alex mencium bibirnya secara paksa. Hal yang tidak pernah ia lakukan kepada siapapun selain dengan suaminya.
Deg ....
Alex tertegun mematung dan selangkah mundur ke belakang. Entah apa yang merasuki tubuhnya sampai begitu menggebu ingin menyentuh wanita yang ada di hadapannya.
"Pak, saya memang tidak punya apa-apa dan saya hanya wanita miskin, tapi bukan berarti Anda seenaknya menyentuh saya!" pekik Eliza tidak suka perlakuan Alex.
Baru lah Alex tersadar dari keterkejutannya yang diam mematung setelah mendengar sentakan Eliza, "maaf, tapi saya tidak bisa menahan sesuatu yang ada di dalam diri saya. Saya butuh seseorang untuk membantu saya, Eliza. Saya mohon tolong saya?" pinta Alex memelas dengan tubuh yang kian meradang semakin panas. Apalagi saat menyentuh Eliza tadi tubuhnya terasa tersengat aliran listrik ribuan volt
Eliza di buat tidak mengerti kemana arah pembicaraan Alex tertuju.
"Minta tolong apa? Kamu kenapa?" Suara Eliza yang tadinya meninggi kini berubah lebih rendah dan terlihat sekali kebingungan di wajah cantiknya itu.
Alex kembali melangkah mendekati Eliza, pikiran nya saat ini hanya ada Eliza wanita yang tidak membuatnya jijik ataupun tidak membuatnya alergi. Sungguh Alex merasa jika Eliza lah wanita yang harus menuntaskan sebuah rasa yang ia rasa di saat seluruh tubuhnya kian memanas.
Eliza mundur lagi kebelakang tetapi Alex kembali menarik pinggang Eliza merapatkan tubuhnya dengan tubuh dia lalu menatap dalam mata indah berwarna coklat itu, "Hari ini bantu saya menghilangkan gejolak rasa yang saya rasa."
"Ma-maksud Anda apa, Pak?" tubuh Eliza kian menegang saat tubuhnya begitu menempel dengan Alex. Kepalanya ia condongkan ke belakang untuk menghindari wajah mereka yang semakin tidak berjarak saat Alex semakin mendekat.
Alex tidak berkata lagi, dia menarik tengkuk Eliza dan kembali bergerak secara perlahan. Eliza diam mematung dengan mata melotot tak percaya jika Alex kembali menciumnya.
"Apa ini salah satu cara agar pria ini bisa ku luluhkan hatinya? Tapi masa harus menjeratnya dengan tubuhku?"
Dan setelah berperang dengan hatinya, Eliza meyakinkan diri untuk membalas Alex hingga kini dirinya juga melakukan perlawanan dalam berciuman. Tangannya ia kalung kan ke leher Alex dengan tubuh yang semakin merapat tak ada jarak dikarenakan Alex semakin erat memeluknya.
Ah ...
"Sialan, kenapa bisa aku mengeluarkan suara laknat ini?" ucap Eliza dalam hati.
Alex semakin bersemangat dan tubuhnya semakin tidak terkendali.
"El, sorry," ucap Alex ketika melepaskan wajahnya dari leher Eliza dan kembali menyatukan bibir mereka sambil menggiring tubuh wanita itu ke atas kasur.
Bruk ....
Keduanya langsung ambruk keatas kasur.
"Ssstttt ... ah ...." Lenguhan merdu keluar dari mulut Eliza. Dia yang pernah merasakan ini pasti merindukan sentuhan ini dan tidak munafik begitu menikmatinya.
Alex mendongak menatap wajah Eliza yang terpejam. "Cantik, kamu sangat cantik, Eliza,' ucap Alex sambil menarik kaos yang Eliza kenakan.
Eliza membuang mukanya merasa malu tetapi juga bersalah telah melakukan tindakan bodoh ini. Namun, nafsunya juga mengalahkan rasa tidak suka itu dan malah berkhianat menikmatinya.
Glek ...
Alex begitu terpesona melihat bentuk tubuh Eliza yang begitu menggoda.
"Ah ... Alex ...." tanpa Sadar Eliza memanggil nama pria itu saat bibir Alex bermain.
Suara merdu mendayu indah di ruangan kamar kedap suara itu. Tubuh Eliza terus di permainkan oleh bibir dan tangan Alex hingga ia tidak mampu untuk tidak bisa mengeluarkan lenguhan merdu.
A dan H terus mengalun kala bibir Alex mulai turun menciumi setiap kulit perutnya.
Alex sudah tidak sabar lagi, tubuhnya semakin memanas.
Eliza meringis mengigit bibirnya kala senjata itu tengah menerobos masuk. Ini aneh, padahal dia pernah melakukannya dan juga seharusnya tidak sesakit ini juga.
"Alex pelan-pelan!" pinta Eliza meringis menahan nyeri.
Alex menunduk dan menatap mata Eliza, "Saya akan pelan-pelan, Eliza." ucapnya lalu kembali menghentakkan miliknya hingga kini terbenam begitu sempurna di dalam sana.
"Ah ..." Alex mendesah merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Mereka berdua saling berbagi kehangatan, berbagi keringat, berbagi saliva dan menggunakan berbagai macam cara melakukannya demi menghilangkan gejolak rasa yang Alex rasakan.
Perlahan namun pasti Alex terus bermain di atas tubuh Eliza. Permainan yang awalnya biasa mulai memanas dan kian di percepat. Di apartemen mewah itu tercipta sebuah pergumulan mesra antara Eliza dan Alex yang mungkin suatu hari nanti akan terus menjadi saksi dan mungkin akan terus teringat hingga waktu lama.
Suara keduanya terus beradu menghasilkan irama merdu mendayu indah di telinga. Alex yang semakin di kuasai hasrat terus mempercepat temponya tiada henti.
Nafas keduanya memburu setelah bermain dan kini Alex benar-benar ambruk di atas tubuh Eliza dan menyusupkan wajahnya ke ceruk leher Eliza.
Eliza terdiam lemas dalam pandangan kosong. "Aku bahkan melakukan tindakan kotor ini. Seharusnya ini tidak terjadi dan ini salah, tapi kenapa aku malah menikmatinya dan melayani dia? Ya Tuhan, aku berdosa telah melakukan hubungan tanpa adanya ikatan tali pernikahan. Apa aku harus meminta dia menikahiku agar nanti dia melakukannya lagi kita sudah menikah," gumamnya pelan.
"Kamu sudah menyentuhku maka tidak akan kubiarkan kamu menyentuh Mauren, Alex. Mauren lihatlah, suamimu juga kini mulai ku dekati seperti kamu dulu," batin Eliza sambil terpejam meneteskan air mata. Air mata kesedihan karena telah melakukan tindakan salah demi sebuah misi.
******
Kediaman Alex.
Mauren tengah gelisah menunggu kepulangan Alex dia terus mondar-mandir di dalam kamar sudah siap menggunakan pakaian malam. Namun, hingga saat ini Alex belum kembali lagi.
"Kemana pria itu? Jam 10 malam belum kembali juga? Seharusnya jam tujuh sudah pulang tapi ini lebih 3 jam tak kunjung datang." Mauren kesal bukan main pria itu sulit sekali di taklukan.
"Aakh ... sialan, sebenarnya itu obat beraksi atau tidak sih? Alex tidak datang juga kemari. Atau jangan-jangan dia melakukannya dengan wanita lain?" Seketika Mauren di buat gelisah jika benar itu hal yang terjadi. Padahal dia merencanakan ini untuk membuat Alex percaya jika nanti dirinya sedang mengandung anak dia.
"Kalau begini apa yang harus aku lakukan?" gumam Mauren kebingungan, "Kalau Alex tahu aku hamil bukan anaknya dia bisa marah besar dan bisa mengusirku dari sini. Tidak, ini tidak boleh terjadi." Mauren menggelengkan kepalanya enggan hal itu terjadi.
Dia kembali mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar ingin pergi lagi. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Mami Rosa terdengar.
"Mauren kamu mau kemana? Ini sudah malam, sayang?" tanya Mami Rosa mendekati Mauren yang ada di dekat pintu kamar Alex.
"Eh, Mami. Mauren mau bertemu teman, Mami. Ada yang ulang tahu hari ini dan Mauren sudah berjanji akan datang." Dia mencari alasan kuat untuk mengelabui mertuanya yang baik namun juga bodoh ini.
"Oh, gitu. Ya sudah kamu hati-hati di jalannya. Kalau mau menginap, menginap saja di rumah teman kamu jangan pulang malam.
"Baik, Mami." ujarnya tersenyum manis tetapi dalam hati berkata, "menginap di hotel bersama pria lain."