Kamila penyuka ketenangan, sedangkan Arkan penyuka kebebasan
keduanya memang memiliki kesamaan tapi tidak dengan perasaan.
Tapi percaya pada takdir itu penting bukan? Kira-kira seperti apa
rencana semesta untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Kekejaman Ibu Tiri
"Ayah mah bohong aja!"
"Tapi kalo iyah gimana?"
"Aaaa gak tau?!"
Jika Arkan sedang bingung dengan perasaan nya sendiri, Kamila baru saja membuka pintu rumah nya karena tadi dia seperti biasa duduk di teras dulu menyiapkan dirinya untuk mendapat. makian dari ibu tiri nya itu.
Ceklek..
Plak...
Kamila terkejut saat ada yang menampar nya.
"Sialan lo, kenapa lo masih hidup seharusnya lo udah mati, kayak kucing aja lo punya sembilan nyawa!" pekik Livia.
"Aduuuh... Sakit!" jerit Kamila dia memegangi pipi nya.
Saat Kamila masuk ke dalam rumah nya dia terkejut karena ada yang langsung menampar nya, dia Livia!
Kamila menatap Laras yang tengah menatap nya tajam.
PLAK!
"Kamu seharus nya udah mati sama tiga preman itu!" seru Laras dia juga ikut menampar Kamila Sambil menahan sakit, Kamila membelalakkan mata nya. Bagaimana bisa Laras mengetahui soal preman itu.
Tadi, Laras dan Livia memang menyuruhnya pergi membeli makanan. Tetapi, di jalan ia bertemu kedua preman itu.
"Gimana Tante tau soal preman itu jangan jangan Tante yang sengaja nyuruh aku keluar rumah karena-"
"Ya! Saya menyuruh preman itu menodai dan membunuh kamu!" seru Laras kesal.
Kamila membelakan matanya Air mata Kamila pun turun sudah.
"Salah aku apa Tante? Aku selalu nurut apa kata Tante, aku juga selalu beres-beres rumah, tapi kenapa kalian sangat membenci aku?" kata Kamila sambil mengusap air matanya.
Laras mendekat kemudian mencengkram bahu Kamila dengan keras.
"Mau tau salah kamu apa? Salah kamu adalah .. kamu adalah pewaris Papahmu! Dia hanya memberikan tiga puluh persen dari hartanya untuk kami. Sementara kamu akan mendapatkan tujuh puluh persen.
Saya tidak terima! Asal kamu tau sejak awal saya hanya mau harta Papahmu saja, eeh ternyata ada kamu yang menjadi penghalang! Anak sial! Rasakan sekarang!"
Laras mencekik leher Kamila membuat Kamila memekik sakit.
"Tante ak-aku gak punya wewenang, itu semua Papah yang membuat suratnya!" Kamila memegang tanga Laras yang
mencekik.
"Dasar anak sialan?!"
Setelah mencekik Kamila Tanpa ampun lagi, Laras memukuli Kamila. Bahkan ia mengambil ikat pinggang dan mencambuk Kamila sehingga gadis itu kesakitan.
CTAR.... CTARRR
"AMPUN TANTE!" jerit Kamila.
Suara cambukan itu terdengar sangat nyaring.
"Saya bukan Tante apalagi Mamah kamu, kalo kamu sadar diri sebaik nya kamu pergi dari sini, angkat kaki dan keluar dari rumah ini" seru Laras.
"Iyah tuh udah sana lo pergi aja lo tuh gak berguna Kamila sadar dong belaga jadi putri," ujar Livian Kamila menggelengkan
kepala nya.
"Aku gak akan pergi sampai kapan pun. Asal kalian tau rumah ini rumah almarhum
Mamah ku. Papah dulu bisa buka usaha mini market yang sekarang Tante kelola karena modal dari Mamah! Begitu juga perusahaan Papah itu adalah warisan dari almarhum mamah ku. Jadi, aku gak akan pernah pergi dari sini!" bantah Kamila dengan suara yang gemetar.
"Anak gak tau di untung, rasakan ini!"
Plak..
Bugh... Bugh..
Laras menampar Kamila terus menerus sedangkan Livia memukuli Kamila menggunakan sapu.
Plak...
Ctar... Ctar...
Laras kembali memukuli Kamila. Kamila terpaksa menutupi wajah nya dengan kedua tangan karena tidak mau wajah nya terkena sabetan ikat pinggang. Tetapi, itu membuat tangan nya yang tadi diobati oleh Arkan sakit kembali.
"Rasain lo dasar anak pembawa sial," saut Livia.
Setelah puas memukuli Kamila, Laras dan Livia pun meninggalkan gadis itu begitu saja. Kamila menatap kepergian mereka.
Kamila bangkit dia pun langsung melangkah ke dalam kamar nya sambil meringis kesakitan.
Dengan lunglai ia pun meraih telepon dan menelepon sang Papah yang sedang berada di luar kota.
"Ha-Halo Pah!" ujar Kamila saat telpon sudah diangkat.
"Hallo, Mila? Ada apa malam begini telepon Papah? Kenapa, suaramu serak? Kamu menangis, Nak?"
Kamila benar-benar menahan tangisnya.
"Gak papa Pah, tadi Kamila bangun mimpi buruk. Mila kangen Papah, Papah kapan pulang?" tanya Kamila dengan suara menahan tangis.
"Sabar ya, Nak. Doakan urusan Papa cepat selesai di sini. Jadi, minggu depan Papah bisa pulang." kata Reynald.
"Kamila kangen Pah, hiks..." Pecah juga tangis Kamila.
"Hey anak Papah kok nangis, nanti Papah usahakan pulang secepatnya yah. Kamila jangan nangis, nanti Papah ikut sedih!"
"Ak-aku kangen Pah," kata Kamila lagi dengan berderai air mata.
"Sabar yah Sayang, nanti Papah usahakan pulang. Sekarang anak Papah tidur yah ini udah malem," kata Reynald dari sebrang sana.
Kamila mengadahkan kepalanya, semua tubuhnya terasa sakit.
"Iyah Pah, selamat malam!"
"Selamat malam juga tuan puterinya Papah!"
Tut...
Panggilan terputus, tangis Kamila kembali pecah dia mengambil foto ibunya di atas meja belajar dia memeluknya.
"Mah aku kangen, ak-aku gak kuat Mah! Tante Laras jahat hiks..?!"
"Mah kenapa Mamah pergi secepat ini, aku gak bisa Mah aku sendirian aku butuh Mamah! Aku gak sekuat Mamah! Apa Mamah gak bisa sekali aja dateng ke mimpi aku, aku kangen Mah!"
"Aku gak sekuat yang orang lain liat Mah, aku rapuh, hatiku hancur Mah! Kalo aku mau nyusul Mamah boleh galk sih. Aku udah gak sanggup Mah!"
Malam itu pecah sudah semua keluh kesah Kamila, air matanya terus mengalir dia memeluk foto ibunya itu. Hingga Kamila tertidur di atas meja belajarnya, sambil menangis sesenggukan.
***
Paginya, Kamila bangun dengan wajah sembab. Terlihat ada lingkaran hitam di matanya, tubuh Kamila terasa sakit semua karena semalam dia disiksa habis-habisan dan setelah itu Kamila malah tidur sambil duduk di meja belajarnya.
Kamila pun bangkit untuk mandi dan setelah mandi ia bersiap ke sekolah, tentu
saja setelah menyembunyikan semua bekas luka dan memar nya.
Setelah selesai menutupi semua luka nya Kamila mengambil tas nya lalu Kamila turun ke bawah. Betapa mengejutkan nya saat dia melihat orang yang sangat dia rindukan.
Papahnya pulang!
"Papah!" Kamila langsung memeluk Reynald.
"Anak Papah sudah siap nih!"
Kamila terkekeh.
"Papah kok di sini? Bukannya semalem kan--"
"Semalam waktu kamu telpon, Papah mutusin buat pulang aja, tapi nanti sore Papah harus berangkat lagi. "
Kamila langsung memasang wajah sedih.
"Kapan Papah bisa tinggal lama di rumah? Kamila sedih Papah pergi terus."
Reynald memeluk putrinya itu.
"Kan ada Mama Laras sama Livia."
Kamila tidak menjawab, sementara melalui ekor matanya ia melihat Laras dan Livia tengah menatapnya dengan sinis.
"Iya, kan ada Mamah sama Livia. Kamu harus mengerti dong Papah kamu ini kan kerja juga cari uang bukan seneng-seneng, Sayang," kata Laras dengan manis.
yu gabung di GC BCM
di sini kita akan belajar bersama dan juga akan mengadakan event seperti lomba puisi/pantun dll
Di sini kita akan di bimbing secara langsung ya oleh kak Lily blasom salah satu author senior. Jadi yu segera bergabung dengan cara follow akun saya. Maka saya akan undang kalian semua. Terima kasih.