Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Baru setelah sedikit lebih tenang Nilam menanyai Ibu mertuanya, tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Jadi, Bagaimana ini bisa terjadi, Bu?"
"Kejadiannya begitu cepat, Nilam. Mobil kami di tabrak dari samping tepat dimana Ibu dan Mylea duduk." Maulida tak kalah terguncangnya karena kecelakaan yang menimpa mereka.
Maulida ingat mereka baru saja selesai mengunjungi restoran kemudian hendak pergi menuju tempat tujuan berikutnya ketika baru saja menaiki mobil tiba-tiba mobil mereka ditabrak dari samping.
"Lantas dimana orang yang menabrak?"
"Kabur."
Kabur?
Nilam menatap Alfaaro, kemudian mengalirlah cerita Alfaaro mengapa bisa ikut berada di rumah sakit.
"Ayah dirawat disini," akhir cerita itulah yang Alfaaro ceritakan.
"Bagaimana saksi mata? Rekaman CCTV ?"
"Kurasa tidak perlu, mudah menemukan mereka." timpal Alfaaro.
Tanpa sepengetahuan siapapun Alfaaro memberi penjagaan buat Nilam serta Mylea.
Cukup kejadian dimana istri Yudha menyakiti Nilam kala itu, saat setelahnya Alfaaro meminta orang untuk menjaga mereka diam-diam diluar rumah.
Yudha yang mendengar ucapan Alfaaro mendengus, berpikir pria muda itu terlalu sombong.
"Bagaimana jika Mylea..."
"Dia akan baik-baik saja, demi Tuhan aku akan mengupayakan apapun demi Mylea." Alfaaro memotong perkataan Nilam.
Harusnya kalimat itu terucap dari Yudha bukan malah Alfaaro yang tidak terikat hubungan apa-apa.
Alfaaro mendapat panggilan telepon.
Rahang pria rupawan itu mengeras dengan lirikan mata yang tertuju pada Yudha.
"Tidak! Aku tidak mentolerir penghianat. Kali ini tidak akan ada yang bisa membebaskannya dari jerat hukum."
Begitu panggilan tertutup. Alfaaro menyeringai. Melangkah mendekati Yudha dengan tatapan penuh intimidasi. Setapak demi setapak dengan perlahan mengikis jarak membuat Yudha menengadah.
"Ada apa?" tanya Yudha. Lelaki yang sejak tadi hanya diam itu akhirnya membuka suara.
"Jika anda berkesempatan bertemu dengan seseorang yang sengaja ingin mencelakai putri anda, apa yang akan anda perbuat padanya?"
"Apa maksudnya sengaja ingin mencelakai?"
"Anda hanya perlu menjawab pertanyaan ku."
"Akan ku buat dia babak belur dengan kedua tanganku." jawab Yudha tanpa keraguan.
"Sungguh?" seringai muncul di bibir Alfaaro. "Jika dia perempuan?"
"Tidak perduli siapapun dia laki-laki ataupun perempuan aku sendiri yang akan menyeretnya ke kantor polisi."
"Kalau begitu, ayo kita buktikan. Lelaki di percaya sebab kata-katanya."
*******
Pernahkah kamu merasakan bagaimana rasanya tetap hidup ketika kamu tidak lagi menyukai dunia? Ataukah pernahkah kamu merasakan bagaimana rasanya sepi dan sunyi menyapa tiada henti disaat kamu sedang dikelilingi oleh keramaian.
Putus asa?
Pasrah?
Atau....
Berserah?
Saat sampai di kantor polisi Yudha bertemu dengan Rayan. Sahabat istrinya.
Pria itu tengah di interogasi polisi.
"Anda ingin mengelabui petugas dengan memakai plat nomor serep?" tanya petugas dengan tegas.
"Saya benar-benar tidak tahu apa-apa Pak, semua sudah dipersiapkan oleh teman saya." Rayan terlihat cemas dengan tubuh yang sedikit bonyok.
"Jadi, siapa yang menyuruh anda?"
"Ruliana. Sahabat saya yang menyuruh saya Pak."
Tidak hanya terkejut rasa-rasanya Yudha hampir kehilangan kewarasan.
Yudha meraup kerah baju Rayan hendak melayangkan satu buah pukulan tapi tangannya di peganggi oleh petugas.
"Akan jadi kasus perkara baru jika Bapak tidak bisa mengendalikan emosi."
"Dia berbohong!"
"Untuk apa aku bohong? Bukti sudah di depan mata, mobil kamu juga di derek kesini." Rayan tampak frustasi.
Akhirnya Yudha berhasil terpaku ditempatnya, ketika sosok yang disebut-sebut itu akhirnya muncul dengan tangan yang telah di borgol.
Kenyataan yang mulai menyadarkan Yudha, jika kesakitan yang sesungguhnya adalah ketika tidak lagi bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. Masalah bertumpuk-tumpuk menghapus semua warna dalam dunianya dan sadisnya hanya menyisakan warna yang buram dan kelam.
Yudha semakin terbenam pada kubangan rasa bersalah yang seolah menariknya lebih dalam lagi. Bagaimana dia akan menegakkan wajahnya di hadapan Nilam? Dimana pula dia harus berkata-kata di hadapan Mylea yang telah menjadi korban karena dirinya? Saat ini yang ingin Yudha lakukan adalah menampar wajah Ruliana.
Dan itu terealisasi.
Wajah Ruliana sampai menoleh ke samping karena tamparannya dan Yudha belum puas hingga menghadiahi satu kali tamparan berikutnya.
"Kendalikan emosi Anda!"
Sejurus kemudian Yudha di seret kebelakang oleh petugas.
Yudha tidak terima jika harus dipisahkan dengan Mylea. Dia akan memperjuangkan Mylea.
"Mas Yudha." pekik Ruliana tertahan. Memasang muka tanpa rasa bersalah, Ruliana hendak mendekati Yudha.
Yudha menatapnya tajam bahkan seperti hendak memakan Ruliana hidup-hidup.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada putriku?"
Ruliana sesegukan air matanya mengalir karena sakitnya tamparan Yudha.
"Jangan pura-pura tidak tahu! Aku sudah ingatkan jika berulah, aku tidak akan tinggal diam!" tekan Yudha bersamaan dengan bara amarah yang terpancar jelas dimatanya.
"Jawab!" pekik Yudha yang menggema di lapas.
"Stop! Jangan anarkis! Jangan ribut di kantor polisi!" seru petugas kepolisian.
Ruliana semakin sesegukan tidak percaya jika suaminya jadi se-marah ini.
Ruliana merasa tubuhnya lemas melihat Yudha yang marah luar biasa terhadap dirinya dan sebab kemarahan itu adalah sosok masa lalu suaminya. Ruliana meneguk ludahnya kasar. Kemarahan Yudha tidak pernah dibayangkan oleh Ruliana. Dia pikir Yudha hanya mengancamnya. Sebab Ruliana tahu dari dulu Yudha teramat mencintainya. Tidak mungkin sampai tega menjebloskannya ke penjara. Ruliana teramat percaya diri.
"Kau dengar Ana! Kalau terjadi apa-apa sama Mylea, kamu tidak bakal selamat! Paham?"
Yudha meringsek maju dan berhasil menghempas tubuh Ruliana dan membuat istrinya itu jadi terhuyung.
Jarak mereka sekitar lima belas langkah. Yudha tidak bisa berjalan mengikis jarak sebab tubuhnya ditarik kembali oleh petugas kepolisian.
"Kali ini kamu sudah melewati batas mu, Ana! Apakah kamu tidak paham dengan kata-kataku? Cukup sudah aku membebaskan mu, aku hanya minta jangan ganggu Nilam dan keluarganya. Bukankah sudah cukup dengan aku yang lebih memilih mu dan meninggalkan mereka dimasa lalu? Apalagi yang kurang?"
Seketika air mata terbendung di pelupuk mata Yudha.
"Tidak bisakah kali ini saja, kamu ikuti keinginanku? Sekali saja, Ana! Delapan tahun, dan selama menjadi suamimu dua tahun ini aku terus mengikuti keinginanmu. Tidak bisakah kali ini saja ikuti kemauanku?"
Ruliana menggeleng dengan tatapan nanar serta air mata yang berjatuhan.
"Setelah ini Ibu tidak akan menerimaku. Nilam sudah sangat kecewa padaku. Aku kini sungguh merasa tidak sanggup kehilangan Mylea. Sepertinya aku sudah sampai pada batas ku. Aku tidak bisa lagi hidup bersamamu, Ana. Aku tidak bisa menerima perbuatan mu terhadap Ibu dan Mylea. Mulai hari ini kita bercerai."
Setelah mengatakan kesakitannya Yudha ingin berbalik pergi.
"Jangan pergi! Aku melakukannya karena aku mencintaimu!" kata Ruliana lemah dengan deraian air mata yang membasahi pipinya.
Alfaaro hanya menjadi penonton, dia tidak ikut campur urusan rumah tangga mereka, yang terpenting dalang dibalik kecelakaan Mylea sudah berada di tempat semestinya. Dan kali ini dia sendiri yang akan menjamin jika wanita itu tidak bisa bebas dengan mudahnya.
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha